Soekarwo: Pengembangan Pendidikan Harus Didukung Kesehatan
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo menegaskan pengembangan kualitas pendidikan harus didukung dengan kesehatan. Karena itu, kesehatan anak, layanan pendidikan anak usia dini (PAUD), parenting education-yang memberikan pengetahuan para ibu dan anak tentang gizi menjadi salah satu prioritas program Jatim.
Hal itu disampaikan Soekarwo saat menerima audiensi Tim Inovasi Untuk Anak Sekolah, Kemitraan Indonesia-Australia yang dipimpin Konjen Australia di Jatim, Chris Barnes, di Gedung Negara Grahadi, Selasa (27/2/2018).
Tim Inovasi antara lain terdiri dari Prof Fasli Jalal, tenaga ahli, Mark Heyward direktur program, dan Michelle Lowe, Konselor Kerja Sama Pembangunan Kedubes Australia di Jakarta.
Untuk layanan posyandu yang memberikan parenting education, lanjut pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu, tercatat sampai dengan saat ini sebanyak 12.000 dari 8.251 desa/kelurahan di Jatim. Dengan parenting education, diharapkan orang tua semakin paham tentang asupan gizi. Sebab, dari data yang ada, hanya 22% kondisi gizi buruk yang terjadi karena miskin. Selebihnya, karena salah asupan yang disebabkan kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi anak. "Pendekatan budaya juga harus menjadi strategi utama dalam pencapaian," ujarnya.
Pakde Karwo juga menjelaskan dilakukannya moratorium SMU sejak 2015 dan diubahnya komposisi SMK:SMU menjadi 70%:30%. Komposisi tersebut mendorong siswa memiliki keterampilan sehingga dapat diterima di dunia kerja. Saat ini, dari jumlah SMK sebanyak 1.771, sekitar 40% telah terakreditasi. Kemudian 291 SMK di antaranya berstandar internasional.
"Fakultas-fakultas teknik juga diposisikan sebagai pengampu. Selain itu, berbagai SMU, termasuk sekolah keagamaan diberikan pendidikan keterampilan," jelasnya.
Sementara itu, Prof Fasli Jalal mengatakan, penelitian inovasi mendapati kualitas siswa Indonesia pada beberapa tes internasional di usia yang berbeda menunjukkan hasil kurang menggembirakan. Walaupun sarana, pembiayaan, dan SDM bagus, tetapi standar kompetensi dan lulusannya kurang bagus. Hal tersebut sangat ditentukan guru, khususnya pada proses pembelajaran.
"Penelitian di Jatim menemukan sebanyak 165 inovasi proses pembelajaran masih berjalan dengan baik di provinsi ini. Inovasi-inovasi tersebut diharapkannya dapat disebarkan bukan hanya antar kabupaten/kota di Jatim, tetapi juga pada tingkat nasional," jelasnya.
Hal itu disampaikan Soekarwo saat menerima audiensi Tim Inovasi Untuk Anak Sekolah, Kemitraan Indonesia-Australia yang dipimpin Konjen Australia di Jatim, Chris Barnes, di Gedung Negara Grahadi, Selasa (27/2/2018).
Tim Inovasi antara lain terdiri dari Prof Fasli Jalal, tenaga ahli, Mark Heyward direktur program, dan Michelle Lowe, Konselor Kerja Sama Pembangunan Kedubes Australia di Jakarta.
Untuk layanan posyandu yang memberikan parenting education, lanjut pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu, tercatat sampai dengan saat ini sebanyak 12.000 dari 8.251 desa/kelurahan di Jatim. Dengan parenting education, diharapkan orang tua semakin paham tentang asupan gizi. Sebab, dari data yang ada, hanya 22% kondisi gizi buruk yang terjadi karena miskin. Selebihnya, karena salah asupan yang disebabkan kurangnya pengetahuan orangtua tentang gizi anak. "Pendekatan budaya juga harus menjadi strategi utama dalam pencapaian," ujarnya.
Pakde Karwo juga menjelaskan dilakukannya moratorium SMU sejak 2015 dan diubahnya komposisi SMK:SMU menjadi 70%:30%. Komposisi tersebut mendorong siswa memiliki keterampilan sehingga dapat diterima di dunia kerja. Saat ini, dari jumlah SMK sebanyak 1.771, sekitar 40% telah terakreditasi. Kemudian 291 SMK di antaranya berstandar internasional.
"Fakultas-fakultas teknik juga diposisikan sebagai pengampu. Selain itu, berbagai SMU, termasuk sekolah keagamaan diberikan pendidikan keterampilan," jelasnya.
Sementara itu, Prof Fasli Jalal mengatakan, penelitian inovasi mendapati kualitas siswa Indonesia pada beberapa tes internasional di usia yang berbeda menunjukkan hasil kurang menggembirakan. Walaupun sarana, pembiayaan, dan SDM bagus, tetapi standar kompetensi dan lulusannya kurang bagus. Hal tersebut sangat ditentukan guru, khususnya pada proses pembelajaran.
"Penelitian di Jatim menemukan sebanyak 165 inovasi proses pembelajaran masih berjalan dengan baik di provinsi ini. Inovasi-inovasi tersebut diharapkannya dapat disebarkan bukan hanya antar kabupaten/kota di Jatim, tetapi juga pada tingkat nasional," jelasnya.
(zik)