Kunjungi Pabrik Rokok, Ganjar Belajar Melinting Tembakau
A
A
A
KUDUS - Hari ke-12 kampanye Pilgub Jateng 2018, Calon Gubernur Ganjar Pranowo mengunjungi pabrik rokok PT Nojorono Kudus, Senin (26/2/2018). Ganjar menyempatkan bertemu buruh pelinting rokok kretek yang seluruhnya perempuan dan rata-rata sudah berusia tua.
Salah satunya Rukati (58). Perempuan asli Kudus ini mengaku sudah 47 tahun bekerja sebagai buruh pelinting rokok. Ketika Ganjar mendekat, Rukati langsung berseru.
"Pak Ganjar, kemarin saya lihat njenengan di TV acara dangdutan," katanya. "Lho kok ngerti," sahut Ganjar. "Main ketoprak juga nggih pak," sahut pekerja yang lain.
"Pak Ganjar kula ndukung lho, dados malih, nomor setunggal nggih pak," kata Rukati lagi.
Selama setengah jam Ganjar berkeliling pabrik yang memiliki 2000 karyawan itu. Dia sempat mencoba melinting tembakau dengan diajari salah satu karyawan.
Setelah dua kali mencoba, kader PDI Perjuangan itu akhirnya berhasil. Hanya saja rokok kretek buatannya tidak sesuai ukuran standar. "Ternyata susah, butuh keterampilan khusus, ibu-ibu ini hebat," ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, industri rokok tidak hanya menjadi penopang ekonomi nasional, tapi lebih khusus menjadi sandaran hidup ribuan pekerja selama puluhan tahun. Karena itulah kebijakan pemerintah terhadap rokok dan tembakau harus mempertimbangkan banyak aspek tidak hanya ekonomi tapi juga sosial.
"Saya bertemu ibu-ibu yang sudah puluhan tahun bekerja di sini, satu sama lain sudah seperti keluarga, pabrik rokok ini sudah menjadi gantungan hidup keluarganya turun temurun," katanya.
Menurut Ganjar, jika hanya memperhatikan alasan kesehatan, maka industri rokok akan tergencet bahkan bisa jadi tutup. "Tapi kan tidak bisa begitu, bagaimanapun ada ribuan bahkan jutaan pekerja dan petani yang menggantungkan hidup dari sini," tandasnya.
Salah satunya Rukati (58). Perempuan asli Kudus ini mengaku sudah 47 tahun bekerja sebagai buruh pelinting rokok. Ketika Ganjar mendekat, Rukati langsung berseru.
"Pak Ganjar, kemarin saya lihat njenengan di TV acara dangdutan," katanya. "Lho kok ngerti," sahut Ganjar. "Main ketoprak juga nggih pak," sahut pekerja yang lain.
"Pak Ganjar kula ndukung lho, dados malih, nomor setunggal nggih pak," kata Rukati lagi.
Selama setengah jam Ganjar berkeliling pabrik yang memiliki 2000 karyawan itu. Dia sempat mencoba melinting tembakau dengan diajari salah satu karyawan.
Setelah dua kali mencoba, kader PDI Perjuangan itu akhirnya berhasil. Hanya saja rokok kretek buatannya tidak sesuai ukuran standar. "Ternyata susah, butuh keterampilan khusus, ibu-ibu ini hebat," ujar Ganjar.
Menurut Ganjar, industri rokok tidak hanya menjadi penopang ekonomi nasional, tapi lebih khusus menjadi sandaran hidup ribuan pekerja selama puluhan tahun. Karena itulah kebijakan pemerintah terhadap rokok dan tembakau harus mempertimbangkan banyak aspek tidak hanya ekonomi tapi juga sosial.
"Saya bertemu ibu-ibu yang sudah puluhan tahun bekerja di sini, satu sama lain sudah seperti keluarga, pabrik rokok ini sudah menjadi gantungan hidup keluarganya turun temurun," katanya.
Menurut Ganjar, jika hanya memperhatikan alasan kesehatan, maka industri rokok akan tergencet bahkan bisa jadi tutup. "Tapi kan tidak bisa begitu, bagaimanapun ada ribuan bahkan jutaan pekerja dan petani yang menggantungkan hidup dari sini," tandasnya.
(sms)