Remaja Miskin Penderita Tumor Tulang Rahang Ini Butuh Bantuan
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Diky Supratman (16), warga RT 29, Jalan Ahmad Yani, Gang Baning, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng hanya bisa pasrah dengan kondisi penyakit yang dideritanya.
Sudah 4 tahun, Diky yang mulai beranjak remaja didiagnosa oleh dokter menderita tumor tulang pada bagian rahang. Diagnosa dokter tak lantas membuat anak pertama dari dua saudara pasangan Mustofa dan Marni, berputus asa.
Sejak usianya 12 tahun, tulang rahangnya terus membesar hingga sekarang. Siswa kelas III di SMP 6 Pangkalan Bun ini awalnya kerap terlihat murung dan malu saat dibawa orang tuanya ke gereja atau ke pasar oleh sang ibu, namun ia tetap tegar menghadapi kenyataan.
Diky tak pernah mengeluh sedikit pun atas apa yang dirasakan. Penyakit tumor yang membuat benjolan besar pada bagian wajahnya juga tak menurunkan semangat belajarnya, ia tetap rajin bersekolah seperti anak normal pada umumnya.
"Saya kasihan melihat kondisi anak saya, bahkan saat ke gereja atau ke pasar ia sering murung karena ejekan orang lain, tapi ia tetap tegar dan tetap semangat," ucap ibunda, Marni saat ditemui dikediamannya, Kamis (14/12/2017).
Medki sakit, Diky tak pernah meminta kepada orang tuanya untuk diobatkan atau pun mengeluh kesakitan. Diky sangat memahami kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.
Walau begitu, upaya pengobatan bukan tak pernah dilakukan, meski Mustafa hanya berprofesi sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Dua kali Diky dibawa ke rumah sakit namun belum mendapatkan pengobatan yang tepat.
"Anaknya memang tegar, tidak pernah meminta diobatkan dan kesakitan. Mungkin Diky tahu kalau orang tuanya tidak punya biaya," ujar Mustafa.
Sebagai orang tua ia bertekad akan mencarikan kesembuhan bagi sang buah hati, keterbatasan ekonomi tak lantas membuatnya berdiam diri, rencananya ia akan membawa Diky berobat ke Pulau Jawa, ia pun tak tahu dari mana nanti uang untuk biaya pengobatan, namun tekad sudah bulat, demi Diky ia pantang mundur mencari biayanya.
Tahun lalu rumah sakit di Palangkaraya tidak sanggup mengobati Diky, dan harus menjalani operasi ke Jawa. "Entah uang dari mana nanti akan kami berobatkan ke Jawa. Diky memang tidak meminta tapi sebagai orang tua tidak tega melihat kondisinya," sebutnya.
Saat ditanya, Diky hanya menjawab sepatah dua patah kata. Ia mengaku tidak ada rada sakit atau nyeri di bagian rahangnya itu. "Dulu kecil dan tiba-tiba sekarang sudah sebesar ini. Ini sebentar lagi libur sekolah mau berobat di Semarang Jawa Tengah. Mohon doanya biar saya bisa sembuh," pungkasnya.
Sudah 4 tahun, Diky yang mulai beranjak remaja didiagnosa oleh dokter menderita tumor tulang pada bagian rahang. Diagnosa dokter tak lantas membuat anak pertama dari dua saudara pasangan Mustofa dan Marni, berputus asa.
Sejak usianya 12 tahun, tulang rahangnya terus membesar hingga sekarang. Siswa kelas III di SMP 6 Pangkalan Bun ini awalnya kerap terlihat murung dan malu saat dibawa orang tuanya ke gereja atau ke pasar oleh sang ibu, namun ia tetap tegar menghadapi kenyataan.
Diky tak pernah mengeluh sedikit pun atas apa yang dirasakan. Penyakit tumor yang membuat benjolan besar pada bagian wajahnya juga tak menurunkan semangat belajarnya, ia tetap rajin bersekolah seperti anak normal pada umumnya.
"Saya kasihan melihat kondisi anak saya, bahkan saat ke gereja atau ke pasar ia sering murung karena ejekan orang lain, tapi ia tetap tegar dan tetap semangat," ucap ibunda, Marni saat ditemui dikediamannya, Kamis (14/12/2017).
Medki sakit, Diky tak pernah meminta kepada orang tuanya untuk diobatkan atau pun mengeluh kesakitan. Diky sangat memahami kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak mampu.
Walau begitu, upaya pengobatan bukan tak pernah dilakukan, meski Mustafa hanya berprofesi sebagai buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Dua kali Diky dibawa ke rumah sakit namun belum mendapatkan pengobatan yang tepat.
"Anaknya memang tegar, tidak pernah meminta diobatkan dan kesakitan. Mungkin Diky tahu kalau orang tuanya tidak punya biaya," ujar Mustafa.
Sebagai orang tua ia bertekad akan mencarikan kesembuhan bagi sang buah hati, keterbatasan ekonomi tak lantas membuatnya berdiam diri, rencananya ia akan membawa Diky berobat ke Pulau Jawa, ia pun tak tahu dari mana nanti uang untuk biaya pengobatan, namun tekad sudah bulat, demi Diky ia pantang mundur mencari biayanya.
Tahun lalu rumah sakit di Palangkaraya tidak sanggup mengobati Diky, dan harus menjalani operasi ke Jawa. "Entah uang dari mana nanti akan kami berobatkan ke Jawa. Diky memang tidak meminta tapi sebagai orang tua tidak tega melihat kondisinya," sebutnya.
Saat ditanya, Diky hanya menjawab sepatah dua patah kata. Ia mengaku tidak ada rada sakit atau nyeri di bagian rahangnya itu. "Dulu kecil dan tiba-tiba sekarang sudah sebesar ini. Ini sebentar lagi libur sekolah mau berobat di Semarang Jawa Tengah. Mohon doanya biar saya bisa sembuh," pungkasnya.
(nag)