Mesin Mati di Perlintasan, Ertiga Dihantam KA Malioboro
A
A
A
BLITAR - Kereta Api (KA) Malioboro jurusan Malang-Blitar menghantam mobil Suzuki Ertiga di perlintasan tidak berpalang pintu di Desa Ngambak, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jumat (8/12/2017) sore. Mobil berpenumpang empat orang (termasuk sopir) itu terlempar sejauh 25 meter.
Selain menghantam pohon, mobil bernopol N 1727 AS itu juga menerjang warung makan di sekitar lokasi. Keempat orang penumpang pun mengalami luka cukup serius. “Dua orang tidak sadarkan diri. Sedangkan dua lainnya masih sadar,“ ujar Brigadir Kepala Kicuk petugas Polsek Wlingi kepada wartawan.
Informasi yang dihimpun, mobil melaju dari arah selatan. Sementara kereta api berjalan cepat dari barat ke timur. Saksi di lapangan melihat kereta yang hendak ke Malang itu sudah memberi tanda. Masinis telah menyalakan lampu sign dan membunyikan klakson.
Namun pengemudi mobil diduga tidak menangkap pesan bahaya. Celakanya, saat berada di tengah perlintasan, mesin mobil mendadak mati. Tabrakan keraspun tidak terelakkan.
“Dari olah TKP diketahui keempat korban warga Malang, “terang Kicuk. Keempat korban yang terdiri dari tiga perempuan dan satu orang laki-laki itu informasinya habis bertakziah di kerabatnya di Wlingi Blitar.
Kecelakaan terjadi saat mereka hendak pulang kembali ke Malang. Saat ini keempat korban berada di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Keempatnya rata rata berusia 40-50 tahun. Rata rata mengalami luka pada bagian muka dan sekitar mata.
Petugas rumah sakit memberikan alat bantu pernapasan kepada dua orang yang tidak sadarkan diri. Sopir Ertiga memar di bagian muka dan lecet pada tangan. Kondisinya syok berat.
Menurut Kicuk kecelakaan di perlintasan tak berpalang pintu ini yang kedua kalinya. Sebelumnya pengendara motor yang melintas pernah juga tertabrak kereta. Selain tidak berpalang pintu dan tidak terpasang rambu, lokasi kecelakaan merupakan jalan sempit yang kurang layak untuk kendaraan roda empat.
“Jalan yang ada sebenarnya hanya untuk sepeda motor. Mobil bisa melintas tetapi tidak bisa simpangan. Sebagai antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang, ke depan memang seharusnya ada rambu peringatan disana, “jelasnya.
Aris, warga Wlingi mengatakan lokasi kecelakaan memang berbahaya bagi pengendara lalu lintas. Seringkali klakson kereta tidak terdengar karena kalah oleh suara lalu lalang kendaraan.
“Karenanya atas kejadian ini warga Wlingi berharap institusi terkait segera memasang tanda peringatan di lokasi kejadian. Mungkin juga bisa menempatkan petugas penjaga. Sebab perlintasan kereta ini tidak berpalang pintu,“ ujarnya.
Selain menghantam pohon, mobil bernopol N 1727 AS itu juga menerjang warung makan di sekitar lokasi. Keempat orang penumpang pun mengalami luka cukup serius. “Dua orang tidak sadarkan diri. Sedangkan dua lainnya masih sadar,“ ujar Brigadir Kepala Kicuk petugas Polsek Wlingi kepada wartawan.
Informasi yang dihimpun, mobil melaju dari arah selatan. Sementara kereta api berjalan cepat dari barat ke timur. Saksi di lapangan melihat kereta yang hendak ke Malang itu sudah memberi tanda. Masinis telah menyalakan lampu sign dan membunyikan klakson.
Namun pengemudi mobil diduga tidak menangkap pesan bahaya. Celakanya, saat berada di tengah perlintasan, mesin mobil mendadak mati. Tabrakan keraspun tidak terelakkan.
“Dari olah TKP diketahui keempat korban warga Malang, “terang Kicuk. Keempat korban yang terdiri dari tiga perempuan dan satu orang laki-laki itu informasinya habis bertakziah di kerabatnya di Wlingi Blitar.
Kecelakaan terjadi saat mereka hendak pulang kembali ke Malang. Saat ini keempat korban berada di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar. Keempatnya rata rata berusia 40-50 tahun. Rata rata mengalami luka pada bagian muka dan sekitar mata.
Petugas rumah sakit memberikan alat bantu pernapasan kepada dua orang yang tidak sadarkan diri. Sopir Ertiga memar di bagian muka dan lecet pada tangan. Kondisinya syok berat.
Menurut Kicuk kecelakaan di perlintasan tak berpalang pintu ini yang kedua kalinya. Sebelumnya pengendara motor yang melintas pernah juga tertabrak kereta. Selain tidak berpalang pintu dan tidak terpasang rambu, lokasi kecelakaan merupakan jalan sempit yang kurang layak untuk kendaraan roda empat.
“Jalan yang ada sebenarnya hanya untuk sepeda motor. Mobil bisa melintas tetapi tidak bisa simpangan. Sebagai antisipasi agar kejadian serupa tidak terulang, ke depan memang seharusnya ada rambu peringatan disana, “jelasnya.
Aris, warga Wlingi mengatakan lokasi kecelakaan memang berbahaya bagi pengendara lalu lintas. Seringkali klakson kereta tidak terdengar karena kalah oleh suara lalu lalang kendaraan.
“Karenanya atas kejadian ini warga Wlingi berharap institusi terkait segera memasang tanda peringatan di lokasi kejadian. Mungkin juga bisa menempatkan petugas penjaga. Sebab perlintasan kereta ini tidak berpalang pintu,“ ujarnya.
(wib)