Aji Dedi Mulawarman Tokoh yang Dibutuhkan untuk Memimpin Kaltim
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (FORDEBI), Aji Dedi Mulawarman sudah menyatakan siap maju di perhelatan pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) 2018.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyatakan Aji Dedi Mulawarman adalah tokoh yang dibutuhkan untuk Kaltim saat ini.
"Aji Dedi Mulawarman dibutuhkan untuk memimpin Kaltim. Kita tahu, bahwa Kaltim saat ini sedang berada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik," kata Ujang saat dihubungi, Selasa (06/12/2017).
Untuk itu, kata Ujang, orang yang memiliki kapasitas dan kapabalitas seperti Aji Dedi inilah yang bisa menyelamatkan dan menstabilkan ekonomi Kaltim.
"Saya kira, beliau sudah pakar di bidang ekonomi. Pengajar dan aktivis di bidang tersebut. Rekam jejaknya tak diragukan lagi," ujar dia.
Pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini mengungkapkan, kondisi ekonomi menjadi tolok ukur keberhasilan dan wibawa daerah di mata daerah lain.
"Ekonomi menjadi penentu keberhasilan suatu daerah, bila pertumbuhan ekonominya positif dan mencapai target, maka daerah tersebut bisa dikatakan berhasil," katanya.
Sebaliknya, tambah Ujang, jika petumbuhan ekonominya melambat atau tidak mencapai target, maka daerah tersebut bisa dikatakan gagal. Dan ini akan berimbas pada bidang kehidupan masyarakat lainnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia itu paling besar ada di Kaltim, padahal daerah tersebut memiliki kekayaan alam yang melimpah.
"Sesuai data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2017, terbesar ada di Kaltim mencapai 8,55 persen dari total pengangguran di Indonesia yakni 7,01 juta orang yang bekerja," ungkapnya.
Selain itu, melorotnya APBD Kaltim dari tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi negatif menjadi masalah tersendiri. Menurutnya, Kaltim perlu buffer ekonomi kreatif di luar yang terlalu mengandalkan produksi migas ekstraktif dan sawit yang terlalu tergantung pasar internasional.
Menurut pembacaanya, ekonomi yang tergantung pada gejolak harga pasar migas dan sawit yang terus menurun berdampak pada konstraksi pertumbuhan ekonomi. Ujungnya adalah PHK besar-besaran di perusahaan-perusahaan tambang dan sawit, sertan menurunnya kekuatan APBD dari tahun ke tahun.
"Belum lagi proyek infrastruktur yang niatnya bagus tetapi punya kecenderungan mercusuar mengakibatkan kedodoran bagi keuangan pemda. Hal ini juga tidak didukung dengan PAD yang cerdas," jelas Ujang.
Untuk itu, Ujang menegaskan, Kaltim perlu pemimpin yang punya ide segar untuk menyelamatkan Kaltim dan membawa Kaltim keluar dari masalah-masalah tersebut.
"Saya perhatikan dan baca pikiran-pikirannya melalui buku dan media massa, Aji Dedi memiliki ide segar untuk diaplikasikan dalam membangun Kaltim ke depan," pungkasnya.
Terkait hal itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyatakan Aji Dedi Mulawarman adalah tokoh yang dibutuhkan untuk Kaltim saat ini.
"Aji Dedi Mulawarman dibutuhkan untuk memimpin Kaltim. Kita tahu, bahwa Kaltim saat ini sedang berada dalam kondisi ekonomi yang kurang baik," kata Ujang saat dihubungi, Selasa (06/12/2017).
Untuk itu, kata Ujang, orang yang memiliki kapasitas dan kapabalitas seperti Aji Dedi inilah yang bisa menyelamatkan dan menstabilkan ekonomi Kaltim.
"Saya kira, beliau sudah pakar di bidang ekonomi. Pengajar dan aktivis di bidang tersebut. Rekam jejaknya tak diragukan lagi," ujar dia.
Pengajar di Universitas Al Azhar Indonesia ini mengungkapkan, kondisi ekonomi menjadi tolok ukur keberhasilan dan wibawa daerah di mata daerah lain.
"Ekonomi menjadi penentu keberhasilan suatu daerah, bila pertumbuhan ekonominya positif dan mencapai target, maka daerah tersebut bisa dikatakan berhasil," katanya.
Sebaliknya, tambah Ujang, jika petumbuhan ekonominya melambat atau tidak mencapai target, maka daerah tersebut bisa dikatakan gagal. Dan ini akan berimbas pada bidang kehidupan masyarakat lainnya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia itu paling besar ada di Kaltim, padahal daerah tersebut memiliki kekayaan alam yang melimpah.
"Sesuai data BPS, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2017, terbesar ada di Kaltim mencapai 8,55 persen dari total pengangguran di Indonesia yakni 7,01 juta orang yang bekerja," ungkapnya.
Selain itu, melorotnya APBD Kaltim dari tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi negatif menjadi masalah tersendiri. Menurutnya, Kaltim perlu buffer ekonomi kreatif di luar yang terlalu mengandalkan produksi migas ekstraktif dan sawit yang terlalu tergantung pasar internasional.
Menurut pembacaanya, ekonomi yang tergantung pada gejolak harga pasar migas dan sawit yang terus menurun berdampak pada konstraksi pertumbuhan ekonomi. Ujungnya adalah PHK besar-besaran di perusahaan-perusahaan tambang dan sawit, sertan menurunnya kekuatan APBD dari tahun ke tahun.
"Belum lagi proyek infrastruktur yang niatnya bagus tetapi punya kecenderungan mercusuar mengakibatkan kedodoran bagi keuangan pemda. Hal ini juga tidak didukung dengan PAD yang cerdas," jelas Ujang.
Untuk itu, Ujang menegaskan, Kaltim perlu pemimpin yang punya ide segar untuk menyelamatkan Kaltim dan membawa Kaltim keluar dari masalah-masalah tersebut.
"Saya perhatikan dan baca pikiran-pikirannya melalui buku dan media massa, Aji Dedi memiliki ide segar untuk diaplikasikan dalam membangun Kaltim ke depan," pungkasnya.
(nag)