Sandera Papua Diangkut Bus Antipeluru
A
A
A
TIMIKA - Tim gabungan TNI dan Polri hari ini akan kembali mengevakuasi ratusan warga Kampung Kimbely dan Banti Utikini, Mimika yang Jumat (17/11/2017) lalu telah dibebaskan dari penyanderaan kelompok kriminal bersenjata (KKB) menuju Timika.
Ratusan warga ini mayoritas penduduk lokal yang sebelumnya menolak untuk dievakuasi. Ancaman dari KKB yang belum reda membuat aparat gabungan tak ingin mengambil risiko. Guna mengantisipasi serangan lagi dari KKB, ratusan warga ini akan diangkut dengan bus khusus antipeluru. Jarak antara lokasi penjemputan ke Timika juga cukup jauh, yakni mencapai sekitar 70 mil atau 112 km.
Selain jarak yang cukup jauh, kondisi jalan juga belum sepenuhnya aman. Bahkan acara pemberian kenaikan pangkat luar biasa oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kepada 58 prajurit yang berhasil melakukan operasi pembebasan sandera kemarin batal digelar di Kampung Kimbely atau Banti. Sebab jalan menuju kedua kampung tersebut dalam kondisi masih rusak berat lantaran digali menggunakan alat berat oleh pihak KKB, beberapa waktu lalu. Acara pemberian kenaikan pangkat kepada prajurit dari kesatuan Batalyon Infanteri 751 Rider Jayapura, Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Kostrad itu akhirnya dilaksanakan di Kampung Utikini Lama, Distrik Tembagapura.
Panglima menyatakan, tindakan tegas operasi pembebasan dilakukan karena berbagai upaya pendekatan yang telah dilakukan oleh Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar bersama para tokoh tidak juga meluluhkan hati para anggota kelompok separatis bersenjata itu. "Para sandera juga terintimidasi, bahkan 12 wanita dilaporkan mengalami kekerasan seksual," ujarnya.
Tidak hanya itu, sebagian warga sipil mengaku dijarah dan dirampas harta bendanya. Berdasarkan data yang diterima pihak kepolisian, jumlah uang yang dirampas mencapai Rp107,5 juta, emas hasil dulangan yang dijarah sebanyak 254,4 gram, dan sebanyak 200-an telepon genggam disita oleh KKB.
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, banyak kendala dan ancaman keselamatan yang dihadapi petugas. Selain medan berbahaya dan jaraknya jauh, KKB memiliki senjata yang setiap saat bisa memuntahkan pelurunya. "Kami juga harus memikirkan bagaimana keselamatan warga yang akan dievakuasi," terangnya.
Kebanyakan yang akan dievakuasi adalah warga lokal yang sejak lahir tinggal di desa tersebut. Rencananya mereka akan dievakuasi dengan menggunakan belasan bus antipeluru. "Demi keamanan dan keselamatan akhirnya mereka mau dievakuasi," ujar Boy. Jumat (17/11/2017) lalu, tercatat sudah ada 344 warga yang diselamatkan ke Timika.
Kombes Pol Tornagogo Sihombing yang ikut dalam operasi pembebasan sandera kepada KORAN SINDO mengungkapkan, ratusan warga yang akan dievakuasi tersebut saat ini di Tembagapura. Petugas kata dia akan melakukan pengawalan khusus sampai mereka benar-benar aman. "Jarak antara Tembagapura ke Timika sekitar 70 mil dan itu cukup jauh. Doakan saja semoga semuanya selamat," ungkapnya.
Mantan Kasat Keamanan Negara (Kamneg) Direskrimum Polda Metro Jaya ini mengungkapkan penyelamatan para sandera dilakukan dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer dari Polsek Tembagapura. Kapolda, Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dan Asisten bidang Operasi Kapolri Irjen Pol M Iriawan turut melakukan pembebasan ini. Rombongan lalu melintasi Kampung Utikini, Desa Longsoran dan terakhir Desa Kimbeli. "Disitu kami menemukan sandera sebanyak 344 orang yang sebagian besar penduduk pendatang terdiri dari Suku Buton, Tator, Maluku, dan Jawa," terangnya .
Satu persatu para sandera berhasil dievakuasi dengan pengawalan ketat aparat gabungan. Namun, saat tiba di Desa Utikini rombongan tiba-tiba diberondong tembakan oleh KKB dari arah bukit. Baku tembak antara KKB dan rombongan termasuk kapolda, pangdam dan Asisten Operasi Kapolri berlangsung selama hampir tiga jam. "Kami terpaksa balas menembak KKB agar mereka tidak menghambat jalan menuju Polsek Tembagapura," ungkap mantan Kapolres Bandara Soekarno-Hatta itu.
Sementara itu, polisi memastikan senjata yang dimiliki KKB hasil rampasan dari TNI-Polri yang gugur saat baku tembak dan selundupan dari luar negeri.
Pengamat Militer Al-Araf mengapresiasi pembebasan sandera KKB di Papua oleh tim gabungan TNI-Polri. Namun, di sisi lain menurutnya, situasi saat ini menunjukkan bahwa masih ada gejolak yang perlu menjadi perhatian serius soal Papua.
Sementara Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin mendesak agar aparat bisa menumpas para penyandera yang dikabarkan berasal dari berbagai kelompok itu. "Saya menyarankan dilakukan operasi bersama TNI dan Polri untuk melakukan pengejaran," ucapnya. (M Yamin/Kiswondari/Binti Mufarida/Rahmat Sahid)
Ratusan warga ini mayoritas penduduk lokal yang sebelumnya menolak untuk dievakuasi. Ancaman dari KKB yang belum reda membuat aparat gabungan tak ingin mengambil risiko. Guna mengantisipasi serangan lagi dari KKB, ratusan warga ini akan diangkut dengan bus khusus antipeluru. Jarak antara lokasi penjemputan ke Timika juga cukup jauh, yakni mencapai sekitar 70 mil atau 112 km.
Selain jarak yang cukup jauh, kondisi jalan juga belum sepenuhnya aman. Bahkan acara pemberian kenaikan pangkat luar biasa oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kepada 58 prajurit yang berhasil melakukan operasi pembebasan sandera kemarin batal digelar di Kampung Kimbely atau Banti. Sebab jalan menuju kedua kampung tersebut dalam kondisi masih rusak berat lantaran digali menggunakan alat berat oleh pihak KKB, beberapa waktu lalu. Acara pemberian kenaikan pangkat kepada prajurit dari kesatuan Batalyon Infanteri 751 Rider Jayapura, Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Kostrad itu akhirnya dilaksanakan di Kampung Utikini Lama, Distrik Tembagapura.
Panglima menyatakan, tindakan tegas operasi pembebasan dilakukan karena berbagai upaya pendekatan yang telah dilakukan oleh Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar bersama para tokoh tidak juga meluluhkan hati para anggota kelompok separatis bersenjata itu. "Para sandera juga terintimidasi, bahkan 12 wanita dilaporkan mengalami kekerasan seksual," ujarnya.
Tidak hanya itu, sebagian warga sipil mengaku dijarah dan dirampas harta bendanya. Berdasarkan data yang diterima pihak kepolisian, jumlah uang yang dirampas mencapai Rp107,5 juta, emas hasil dulangan yang dijarah sebanyak 254,4 gram, dan sebanyak 200-an telepon genggam disita oleh KKB.
Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, banyak kendala dan ancaman keselamatan yang dihadapi petugas. Selain medan berbahaya dan jaraknya jauh, KKB memiliki senjata yang setiap saat bisa memuntahkan pelurunya. "Kami juga harus memikirkan bagaimana keselamatan warga yang akan dievakuasi," terangnya.
Kebanyakan yang akan dievakuasi adalah warga lokal yang sejak lahir tinggal di desa tersebut. Rencananya mereka akan dievakuasi dengan menggunakan belasan bus antipeluru. "Demi keamanan dan keselamatan akhirnya mereka mau dievakuasi," ujar Boy. Jumat (17/11/2017) lalu, tercatat sudah ada 344 warga yang diselamatkan ke Timika.
Kombes Pol Tornagogo Sihombing yang ikut dalam operasi pembebasan sandera kepada KORAN SINDO mengungkapkan, ratusan warga yang akan dievakuasi tersebut saat ini di Tembagapura. Petugas kata dia akan melakukan pengawalan khusus sampai mereka benar-benar aman. "Jarak antara Tembagapura ke Timika sekitar 70 mil dan itu cukup jauh. Doakan saja semoga semuanya selamat," ungkapnya.
Mantan Kasat Keamanan Negara (Kamneg) Direskrimum Polda Metro Jaya ini mengungkapkan penyelamatan para sandera dilakukan dengan berjalan kaki sejauh 5 kilometer dari Polsek Tembagapura. Kapolda, Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit dan Asisten bidang Operasi Kapolri Irjen Pol M Iriawan turut melakukan pembebasan ini. Rombongan lalu melintasi Kampung Utikini, Desa Longsoran dan terakhir Desa Kimbeli. "Disitu kami menemukan sandera sebanyak 344 orang yang sebagian besar penduduk pendatang terdiri dari Suku Buton, Tator, Maluku, dan Jawa," terangnya .
Satu persatu para sandera berhasil dievakuasi dengan pengawalan ketat aparat gabungan. Namun, saat tiba di Desa Utikini rombongan tiba-tiba diberondong tembakan oleh KKB dari arah bukit. Baku tembak antara KKB dan rombongan termasuk kapolda, pangdam dan Asisten Operasi Kapolri berlangsung selama hampir tiga jam. "Kami terpaksa balas menembak KKB agar mereka tidak menghambat jalan menuju Polsek Tembagapura," ungkap mantan Kapolres Bandara Soekarno-Hatta itu.
Sementara itu, polisi memastikan senjata yang dimiliki KKB hasil rampasan dari TNI-Polri yang gugur saat baku tembak dan selundupan dari luar negeri.
Pengamat Militer Al-Araf mengapresiasi pembebasan sandera KKB di Papua oleh tim gabungan TNI-Polri. Namun, di sisi lain menurutnya, situasi saat ini menunjukkan bahwa masih ada gejolak yang perlu menjadi perhatian serius soal Papua.
Sementara Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin mendesak agar aparat bisa menumpas para penyandera yang dikabarkan berasal dari berbagai kelompok itu. "Saya menyarankan dilakukan operasi bersama TNI dan Polri untuk melakukan pengejaran," ucapnya. (M Yamin/Kiswondari/Binti Mufarida/Rahmat Sahid)
(nfl)