Pemkab Karawang Bangun Pintu Air untuk Atasi Banjir
A
A
A
KARAWANG - Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, akan membangun pintu air untuk mengatasi banjir yang setiap tahun menimpa Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat. Pintu air akan dibangun di Desa Parungsari dengan biaya sebesar Rp18 miliar.
Pembangunan pintu air tersebut berdasarkan rekomendasi dari peneliti ITB yang sempat melakukan penelitian atas kontur tanah Desa Karangligar yang mengalami penurunan 2 meter selama 30 tahun sehingga menjadi daerah banjir saat musim hujan.
"Kita mengikuti rekomendasi dari peneliti ITB yang memberikan kita tiga opsi untuk mengatasi banjir di Desa Karangligar yaitu relokasi warga, menjadikan ruang terbuka hijau dan pembangunan pintu air. Kita memilih opsi ketiga yaitu membangun pintu air dengan konsekuensi menyiapkan anggaran pembangunannya." kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Banuara Nadeak, Kamis (16/11/2017).
Banuara mengatakan hasil dari penelitian ITB itu mengungkapkan telah terjadi penurunan permukaan tanah secara perlahan di Desa Karangligar hingga 2 meter.
Akibat penurunan itu daerah tersebut menjadi daerah langganan banjir yang paling parah di Kabupaten Karawang. "Daerah ini kan diapit oleh Sungai Cibeet dari Bogor dan Sungai Citarum dari Bandung dan menjadi titik pertemuan kedua sungai. Saat terjadi hujan besar air sungai tumpah ke Desa Karangligar," katanya.
Dengan adanya hasil penelitian ITB ini menjawab pertanyaan masyarakat sekitar kenapa daerah ini menjadi langganan banjir.
Awalnya masyarakat Karangligar mengira jika banjir yang kerap meremdam desa mereka akibat aktifitas pengeboran yang dilakukan Pertamina, sehingga permukaan tanah mengalami penurunan. "Tahun depan kita harapkan tidak lagi terjadi banjir di Desa ini setelah kita membangun pintu air," pungkasnya.
Pada saat musim hujan Desa Karangligar selalu mengalami banjir yang cukup parah hingga mencapai atap rumah. Bahkan banjir bisa terjadi pada saat Karawang tidak terjadi hujan akibat banjir kiriman dari Bogor dan Bandung. Warga di sana sudah terbiasa bolak balik mengungsi karena setelah air surut kemudian mendadak banjir.
Pembangunan pintu air tersebut berdasarkan rekomendasi dari peneliti ITB yang sempat melakukan penelitian atas kontur tanah Desa Karangligar yang mengalami penurunan 2 meter selama 30 tahun sehingga menjadi daerah banjir saat musim hujan.
"Kita mengikuti rekomendasi dari peneliti ITB yang memberikan kita tiga opsi untuk mengatasi banjir di Desa Karangligar yaitu relokasi warga, menjadikan ruang terbuka hijau dan pembangunan pintu air. Kita memilih opsi ketiga yaitu membangun pintu air dengan konsekuensi menyiapkan anggaran pembangunannya." kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Banuara Nadeak, Kamis (16/11/2017).
Banuara mengatakan hasil dari penelitian ITB itu mengungkapkan telah terjadi penurunan permukaan tanah secara perlahan di Desa Karangligar hingga 2 meter.
Akibat penurunan itu daerah tersebut menjadi daerah langganan banjir yang paling parah di Kabupaten Karawang. "Daerah ini kan diapit oleh Sungai Cibeet dari Bogor dan Sungai Citarum dari Bandung dan menjadi titik pertemuan kedua sungai. Saat terjadi hujan besar air sungai tumpah ke Desa Karangligar," katanya.
Dengan adanya hasil penelitian ITB ini menjawab pertanyaan masyarakat sekitar kenapa daerah ini menjadi langganan banjir.
Awalnya masyarakat Karangligar mengira jika banjir yang kerap meremdam desa mereka akibat aktifitas pengeboran yang dilakukan Pertamina, sehingga permukaan tanah mengalami penurunan. "Tahun depan kita harapkan tidak lagi terjadi banjir di Desa ini setelah kita membangun pintu air," pungkasnya.
Pada saat musim hujan Desa Karangligar selalu mengalami banjir yang cukup parah hingga mencapai atap rumah. Bahkan banjir bisa terjadi pada saat Karawang tidak terjadi hujan akibat banjir kiriman dari Bogor dan Bandung. Warga di sana sudah terbiasa bolak balik mengungsi karena setelah air surut kemudian mendadak banjir.
(nag)