KKB Papua Makin Brutal, Brimob Ditembak

Kamis, 16 November 2017 - 07:47 WIB
KKB Papua Makin Brutal,...
KKB Papua Makin Brutal, Brimob Ditembak
A A A
MIMIKA - Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) semakin brutal melakukan aksi teror terhadap warga dan aparat keamanan di Papua. Dini hari kemarin, KKB menembak dua anggota Detasemen Brimob B Polda Papua yang tengah berpatroli. Satu anggota Brimob meninggal dunia, dan satunya mengalami luka.

Tren penembakan KKB terhadap aparat keamanan di Papua pada tahun ini terus meningkat. Berdasarkan data Polda Papua, sejak Januari hingga November 2017, telah terjadi serangkaian aksi penembakan sebanyak 18 kali. Dari jumlah tersebut, telah mengakibatkan empat aparat meninggal dunia dan 13 mengalami luka-luka.

Aksi penembakan yang menimpa dua anggota Brimob dini hari kemarin terjadi di Mile 69 Tembagapura. Dua anggota Brimob yang sedang melakukan patrol, yakni Brigadir Firman dan Bripka Yongki Rumte diberondong tembakan oleh KKB. Brigadir Firman meninggal di lokasi kejadian karena mengalami luka tembak di bagian punggungnya. Sementara Bripka Yongki juga mengalami luka tembak di bagian punggung, namun masih selamat. Dua anggota Brimob tersebut kemarin telah dievakuasi ke Timika.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol A Musthofa Kamal mengungkapkan, rentetan insiden ini berawal saat terjadinya penembakan terhadap kendaraan patroli zona Tembagapura di Mile 69 pada Selasa (14/11/2017) sekitar pukul 08.20 WIT. Saat itu, anggota Brimob melakukan pengawalan terhadap karyawan PT Freeport Indonesia menggunakan mobil Patroli zona Tembagapura dari mile 68 menuju mile 72.

Setibanya di Mile 69 areal helipad, rombongan ditembaki oleh KKB sebanyak 3 kali. Kemudian anggota membalas dengan mengeluarkan tembakan rentetan. Namun kendaraan pengawalan tetap jalan dan kurang lebih 50 meter kembali ditembaki dari arah depan. Saat itu, salah satu karyawan PT Freeport Indonesia bernama Raden Totok Sahadewo mengalami luka tembak di paha kanan. Setelah melakukan tembakan balasan, penyerangan berhenti.

Kepolisian pun kemudian melakukan patroli di sekitar lokasi untuk meningkatkan keamanan. Namun sekitar pukul 03.50 WIT, anggota KKB kembali melakukan penyerangan terhadap anggota Brimob. “Saat penembakan anggota Brimob sedang patroli menelusuri perbukitan di daerah Mile 69," ujar Kamal.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, selain Brigadir Firman, anggota Brimob yang meninggal sebulan terakhir ini adalah Briptu Berry Permana Putra. Korban meninggal pada Minggu (22/10) setelah ditembak KKB di Tembagapura, Mimika.

Terkait penyanderaan di Kampung Banti dan Kimbely, Mimika, kepolisian juga meminta anggota KKB memberikan akses untuk penyaluran makanan. "Kami harap KKB melihat bahwa di sana ada ibu-ibu, ibu hamil dan anak-anak yang memerlukan makanan tambahan, asupan gizi yang cukup," katanya.

Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua sebelumnya telah memberikan bantuan berupa bahan makanan kepada 1.300 warga yang menjadi korban penyanderaan KKB. Namun KKB tidak memberikan akses kepada warga untuk menerima bantuan makanan tersebut.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, pihaknya masih melakukan cara persuasif untuk mengatasi KKB. "Tapi mengenai langkah teknis lain, tidak bisa disampaikan kepada publik karena pasti akan diketahui mereka (KKB)," kata Tito.

Tito mengatakan tidak ada batas waktu untuk upaya persuasif. Sebab Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar serta Pangdam XVII Cendrawasih Mayjen TNI George Elnadus Supit yang akan menentukan sikap tersebut. ‎

Kepada korban yang meninggal dunia dalam bertugas, Tito memberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat. "Kita berikan penghargaan karena pengabdian mereka atas jasanya membela negara," ujarnya.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan kepolisian dan prajurit TNI yang dikirim untuk mengatasi kelompok KKB di Papua hendaknya didukung semua elemen masyarakat. Namun dia heran, ada beberapa kelompok yang malah menyoroti aparat ketika bertindak tegas menghadapi KKB yang memegang senjata modern.

"Kalau polisi dan tentara ke sana, jangan ditakut-takuti melanggar HAM, itu untuk negara. Jangan ditakut-takuti,” katanya.

Kalangan DPR mendorong perlunya membentuk tim pencari fakta (TPF) untuk mengusut kasus penyanderaan di Mimika. Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid, kasus ini perlu penanganan serius dan harus diungkap apa yang sebenarnya terjadi di Papua.
(M Yamin/Binti Mufarida/Kiswondari/Okezone)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1302 seconds (0.1#10.140)