Direktur TMI: Sejarah Pahlawan Tan Malaka Layak Masuk Kurikulum Pendidikan

Kamis, 09 November 2017 - 21:46 WIB
Direktur TMI: Sejarah Pahlawan Tan Malaka Layak Masuk Kurikulum Pendidikan
Direktur TMI: Sejarah Pahlawan Tan Malaka Layak Masuk Kurikulum Pendidikan
A A A
KEDIRI - Pemerintahan Presiden Joko Widodo diminta untuk memasukkan sejarah Pahlawan Kemerdekaan Nasional Tan Malaka ke dalam kurikulum resmi departemen pendidikan dan kebudayaan. Direktur Eksekutif Tan Malaka Institute (TMI) Khatibul Umam Wiranu juga meminta negara memberi ruang sekaligus mendorong siswa dan mahasiswa belajar tentang Tan Malaka.

"Tidak usah orang per orang yang memberikan pencerahan. Tetapi negara yang memberikan ruang dan mendorong siswa dan mahasiswa untuk belajar Tan Malaka," ujar Khatibul Umam di sela Dialog Kebangsaan Pahlawan Kemerdekaan Nasional Tan Malaka di STAIN Kediri, Kamis (9/11/2017).

Masuk ke dalam kurikulum pendidikan menjadi target utama acara dialog kebangsaan yang bertajuk "Tan Malaka, Perjalanan Politik Seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional". Apalagi Tan Malaka adalah pahlawan nasional yang ditetapkan dalam surat keputusan Presiden Soekarno.

Umam yang juga anggota DPR RI itu mengatakan, Tan Malaka berjasa besar buat republik karena salah satu pendiri Republik Indonesia. Putra Pandam Gadang, Suliki Sumatera Barat yang terbunuh di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri adalah founding father.

Namun ironisnya jasanya seperti dilupakan. Kurikulum pendidikan resmi tidak pernah mencatatnya. Tan Malaka tidak dipelajari seperti halnya siswa mempelajari Soekarno, Moh Hatta, Sutan Sjahrir maupun pahlawan nasional lainya. "Negara harus memberikan hak-hak Tan Malaka sebagai pahlawan, "tegas Umam.

Dalam dialog kebangsaan ini hadir juga Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Zulhasril Nasir. Hadir juga sebagai pembicara Dwijo Utomo Maksum, mantan jurnalis Majalah Tempo yang sempat menjadi editor laporan khusus tentang Tan Malaka.

Umam menjelaskan bahwa desakan masuknya sejarah Tan Malaka ke dalam kurikulum telah dibahas di departemen pendidikan dan kebudayaan. Pembahasan itu bahkan menghadirkan sejarawan Belanda Harry Albert Poeze, yakni peneliti Tan Malaka yang telah meriset Tan selama 40 tahun. "Pembahasan itu berlangsung di Jakarta. Dan ini merupakan kemajuan, "paparnya.

Selain kurikulum, Umam juga meminta negara segera meresmikan makam Tan Malaka di Selopanggung Kediri. Peresmian itu termasuk pemugaran menjadi makam pahlawan kemerdekaan nasional tersebut.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9951 seconds (0.1#10.140)