Mengasah Kreativitas di Sanggar Anak Studio Biru

Selasa, 31 Oktober 2017 - 14:43 WIB
Mengasah Kreativitas di Sanggar Anak Studio Biru
Mengasah Kreativitas di Sanggar Anak Studio Biru
A A A
SLEMAN - Puluhan anak terlihat sedang berkumpul di ruangan dalam Sanggar Anak Studio Biru di Dusun Ripungan, Sengir, Sumberharjo, Prambanan, Sleman, DIY, Senin (30/10/2017) siang.

Berbeda dengan anak di perkotaan, anak-anak di dusun itu tidak nampak menunduk sambil menggenggam gawai. Mereka bercengkerama hangat satu sama lain sambil menunggu pengelola taman bacaan sanggar tersebut membagikan buku kepada mereka.

Melihat hal tersebut, pengelola sanggar Rendra Suparmadi yang biasa dipanggil Kak Rendra langsung menghampiri anak-anak dan memberikan buku. Setelah menerima buku, anak-anak itu langsung duduk melingkar dan membaca dengan antusias. Tidak sekadar membaca buku, mereka harus mengulas dan menyampaikan apa yang dibaca kepada anak-anak lain secara lisan. Kegiatan itu dilakukan rutin, setelah anak-anak itu pulang sekolah.

"Kegiatan ini memang sengaja kami berika kepada anak-anak, yaitu sebagai pelengkap pendidikan formal,” kata pendiri dan pengelola Sanggar Anak Studio Biru Rendra Suparmadi.

Rendra menceritakan awal berdirinya sanggar ini. Pada tahun 2006, ada kegiatan trauma healing bagi anak-anak korban gempa di dusun setempat. Setelah itu, aktivitas di lokasi itu tetap dipertahankan dan pada tahun 2009 dikembangkan menjadi sanggar. Setahun kemudian ada warga yang menghibahkan tanahnya untuk tempat sanggar dan taman bacaan.

"Setelah resmi berdiri, terus mendapat apresiasi dan sumbangan buku berbagai komunitas, di antaranya dari Yayasan 1001 Buku yang bekerja sama dengan MNC Media," ujarnya.

Koleksi buku sampai sekarang mencapai 3.000 eksemplar dari berbagai judul, baik fiksi, nonfiksi, cerita anak, cerita rakyat, buku keterampilan, teknologi, dan pengetahuan umum.

Sanggar Anak Studio Biru bukan hanya sebagai tempat untuk membaca, namun juga melatih kreativitas anak dalam mengembangkan bakatnya. Karena itu, mereka juga diajari bagaimana membuat karya seni yang sumbernya dari buku yang dibaca, seperti origami, menulis, mendongeng, membuat buku harian, dan keterampilan lainnya.

"Sanggar ini juga sebagai tempat warga berkumpul dalam mencari informasi baik dari buku maupun fasilitas lain yang ada di sini, maupun untuk kegiatan edukasi lain."

Menurut Rendra, untuk lebih mendekatkan anak-anak dan masyarakat terhadap akses informasi, pihaknya akan terus mengembangkan menjadi sanggar terpadu dalam satu kompleks. Ruang bacaan, ruang kreativitas, menerima tamu, dan kegiatan anak akan terpisah. Karena itu, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi termasuk jemput bola untuk kepedulian dalam membangun tempat ini.

"Dengan adanya pengembangan sarana dan prasarana tersebut, selain akan membuat sanggar ini akan representatif, juga menjadi tempat yang menyenangkan, sehingga meski terletak di daerah terpencil, fasilitasnya lengkap."

"Rata-rata tiap hari ada 10 anak yang berkunjung dan kalau libur atau Minggu bisa 50 anak lebih. Yang berkunjung bukan hanya dari dusun setempat namun juga luar dusun," ujarnya.

Ari Prasetya (8), warga dusun setempat mengatakan sangat senang dengan adanya sanggar tersebut. Sebab, di tempat ini bisa membaca banyak buku, terutama buku cerita.

"Saya juga sering mengerjakan tugas atau PR sekolah bersama teman-teman di sini," kata siswa SDN Tempursari, Sengir, Sumberharjo, Prambanan itu.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6238 seconds (0.1#10.140)