Tak Tahan Bau Limbah, 15 Keluarga di Sukoharjo Mengungsi

Rabu, 25 Oktober 2017 - 21:11 WIB
Tak Tahan Bau Limbah,...
Tak Tahan Bau Limbah, 15 Keluarga di Sukoharjo Mengungsi
A A A
SUKOHARJO - Sekitar 15 keluarga di Dusun Tawang Krajan, Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, terpaksa mengungsi karena tidak tahan dengan bau tak sedap limbah yang dibuang melalui saluran pembuangan di dekat tempat tinggalnya. Mereka meninggalkan rumah setelah mengeluhkan pusing, mual, dan muntah akibat bau menyengat.

Seorang pengungsi Atik mengaku, bau menyengat muncul sejak sepekan terakhir. Bau tak enak seperti bau septic tank muncul pada jam-jam tertentu, misalnya pagi, petang, dan malam. Warga yang menghirup selanjutnya menjadi pusing, sesak napas hingga ada yang pingsan.

“Kami sudah menggunakan masker agar mengurangi bau, tetapi tidak mempan,” ujar Atik, Rabu (25/10/2017). Karena tak tahan, warga terdampak harus mengungsi ke rumah sanak saudara di wilayah setempat yang rumahnya tidak terjangkau bau tak enak.

Bau busuk diduga berasal dari limbah PT Rayon Utama Makmur (RUM), pabrik pengolahan benang di Desa Plesan, Kecamatan Nguter, Sukoharjo. Dari lima RT yang ada di Dusun Tawang Krajan, hanya RT 1 dan 2 yang terdampak bau limbah, sebab lokasinya paling dekat dengan perusahaan itu.

Warga sudah mencari asal sumber bau dan menduga bau tak enak muncul saat pabrik melakukan uji coba produksi. Kejadian sudah dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo. Apabila tak kunjung ada penyelesaian, warga mengancam menggelar unjuk rasa ke pabrik yang bersangkutan.

Petugas DLH Sukoharjo, Purwanto Adi Nugroho menyatakan, pihaknya telah mengecek ke lapangan atas aduan warga terkait limbah PT RUM. Pipa saluran limbah dan juga kadar pH air dicek untuk memastikan kadar pencemarannya. “Bila belum memenuhi syarat, maka perusahaan harus mengolah limbah sebelum dibuang ke saluran air,” tandas Purwanto.

Manajer SDM PT RUM Haryo Ngadiyono mengaku, pihaknya tengah melakukan uji coba produksi bahan baku beberapa waktu lalu. Dalam proses tersebut diakui menggunakan bahan kimia untuk mengolah pulp. Namun limbah dialirkan ke saluran pengolahan di dalam pabrik. Kemungkinan besar, bau timbul dari proses pengolahan limbah karena ada masalah mesin. Pengelola pabrik tengah mengupayakan menangani masalah agar mesin lebih sempurna.

Pihaknya juga akan menemui warga sekitar yang terdampak untuk sosialisasi lanjutan. “Kami mengakui ada trouble dengan mesin dan dihentikan. Terkait keluhan warga, sudah diterima dan akan kami tindaklanjuti,” terang Haryo.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1657 seconds (0.1#10.140)