Deddy Mizwar ke PDIP, Ridwan Kamil di Atas Angin
A
A
A
BANDUNG - Langkah Deddy Mizwar yang menjajaki kemungkinan dukungan PDIP di Pilgub Jabar 2018 dinilai akan hanya akan merugikan dirinya sendiri. Manuver pria yang akrab disapa Demiz itu justru membuat rival kuatnya, Ridwan Kamil kini berada di atas angin.
Analisa tersebut diungkapkan pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan. Menurutnya, komunikasi politik yang dibangun Demiz dengan PDIP akan menggerus suara dan simpati warga Jabar yang dikenal agamis dan pemilih tradisional.
Firman mengakui, langkah Demiz itu cukup mengejutkan karena menjajaki dukungan dengan partai yang berbeda garis ideologi. Pasalnya, delama ini, Demiz sudah identik menjadi kandidat cagub Jabar berlatar belakang agamis. Terlebih, Demiz pun memiliki kedekatan dengan PKS yang dikenal memiliki basis pemilih agamis.
"Demiz mempresentasikan religius, makanya diusung PKS, yapi kenapa datang ke PDIP yang garis ideologi nasionalis," ungkap Firman di Bandung, Kamis (19/10/2017).
Firman menilai, langkah Demiz tersebut merugikan dirinya sendiri karena akan mengubah persepsi yang selama ini berkembang di masyarakat. Bahkan, kata Firman, langkah itu pun akan mengubah persepsi masyarakat terkait sosok Demiz yang tidak pragmatis karena selama ini Demiz memilih menunggu dukungan ketimbang aktif mendatangi partai.
"Dengan begini, akan mengubah persepsi. Jadi yang mencari-cari dukungan, inkonsistensi. Ini bisa kontraproduktif," tegasnya.
Seharusnya, Demiz meningkatkan intensitas komunikasi politiknya dengan partai yang memiliki kesamaan ideologi, seperti PKS. "Bahkan, seharusnya beliau membangun politik dengan partai pengusung awal, Gerindra. Itu harusnya dicairkan, dibanding mencari dukungan ke partai lain yang berbeda garis ideologi," jelas Firman.
Dengan kondisi saat ini, Firman menilai, pesaing Demiz di Pilgub Jabar akan diuntungkan. Selama ini, Demiz selalui dibayang-bayangi Ridwan Kamil. Pria yang akrab dipanggil Emil itu bahkan disebut-sebut sebagai rival terberat Demiz.
"Secara teori, ketika seorang kandidat melakukan langkah politik yang bisa menimbulkan sentimen negatif, kompetitor bisa diuntungkan, salah satunya Kang Emil," sebutnya.
Karenanya, Firman menyarankan agar Emil tidak melakukan langkah serupa seperti yang dilakukan Demiz, termasuk dalam memilih sosok pendampingnya di Pilgub Jabar 2018 nanti. "Saya melihat ada nilai plus jika Kang Emil didampingi figur yang merepresentasikan kelompok religi," ujar Firman.
Jika melihat nama-nama yang muncul, menurutnya, figur yang tepat disandingkan dengan Emil muncul dari PKB yang sudah resmi memberikan dukungan kepada Emil. Selain itu, peluang lainnya muncul dari PPP yang juga disebut-sebut akan mendukung Emil, meski belum resmi menyatakan dukungannya.
Lebih jauh Firman mengatakan, dirinya tidak melihat munculnya sosok agamis dari kader Golkar yang dikabarkan juga akan mengusung Emil. Kader Golkar yang muncul seperti Dedi Mulyadi dan Daniel Muttaqien Syafiuddin dinilainya tidak merepresentasikan kelompok agamis.
"Jadi daripada dengan Golkar, lebih baik PPP. Kecuali kalau Golkar bisa memunculkan sosok agamis, tapi di internal Golkar belum ada sosok agamis," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, kabar mengejutkan datang Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. Salah satu kandidat cagub Jabar itu menyambangi Kantor DPD PDIP Jabar di Jalan Pelajar, Pejuang, Kota Bandung, Senin (16/10/2017).
Deddy mengungkapkan, selain dalam kapasitasnya sebagai pembina parpol di Jabar, dirinya tak menampik jika lawatannya itu sebagai permulaan komunikasi politik antara dirinya dengan PDIP di ajang Pilgub Jabar 2018. "Ini baru awal, baru main mata. Dari mata bisa saja kan turun ke hati," ungkapnya.
Analisa tersebut diungkapkan pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Firman Manan. Menurutnya, komunikasi politik yang dibangun Demiz dengan PDIP akan menggerus suara dan simpati warga Jabar yang dikenal agamis dan pemilih tradisional.
Firman mengakui, langkah Demiz itu cukup mengejutkan karena menjajaki dukungan dengan partai yang berbeda garis ideologi. Pasalnya, delama ini, Demiz sudah identik menjadi kandidat cagub Jabar berlatar belakang agamis. Terlebih, Demiz pun memiliki kedekatan dengan PKS yang dikenal memiliki basis pemilih agamis.
"Demiz mempresentasikan religius, makanya diusung PKS, yapi kenapa datang ke PDIP yang garis ideologi nasionalis," ungkap Firman di Bandung, Kamis (19/10/2017).
Firman menilai, langkah Demiz tersebut merugikan dirinya sendiri karena akan mengubah persepsi yang selama ini berkembang di masyarakat. Bahkan, kata Firman, langkah itu pun akan mengubah persepsi masyarakat terkait sosok Demiz yang tidak pragmatis karena selama ini Demiz memilih menunggu dukungan ketimbang aktif mendatangi partai.
"Dengan begini, akan mengubah persepsi. Jadi yang mencari-cari dukungan, inkonsistensi. Ini bisa kontraproduktif," tegasnya.
Seharusnya, Demiz meningkatkan intensitas komunikasi politiknya dengan partai yang memiliki kesamaan ideologi, seperti PKS. "Bahkan, seharusnya beliau membangun politik dengan partai pengusung awal, Gerindra. Itu harusnya dicairkan, dibanding mencari dukungan ke partai lain yang berbeda garis ideologi," jelas Firman.
Dengan kondisi saat ini, Firman menilai, pesaing Demiz di Pilgub Jabar akan diuntungkan. Selama ini, Demiz selalui dibayang-bayangi Ridwan Kamil. Pria yang akrab dipanggil Emil itu bahkan disebut-sebut sebagai rival terberat Demiz.
"Secara teori, ketika seorang kandidat melakukan langkah politik yang bisa menimbulkan sentimen negatif, kompetitor bisa diuntungkan, salah satunya Kang Emil," sebutnya.
Karenanya, Firman menyarankan agar Emil tidak melakukan langkah serupa seperti yang dilakukan Demiz, termasuk dalam memilih sosok pendampingnya di Pilgub Jabar 2018 nanti. "Saya melihat ada nilai plus jika Kang Emil didampingi figur yang merepresentasikan kelompok religi," ujar Firman.
Jika melihat nama-nama yang muncul, menurutnya, figur yang tepat disandingkan dengan Emil muncul dari PKB yang sudah resmi memberikan dukungan kepada Emil. Selain itu, peluang lainnya muncul dari PPP yang juga disebut-sebut akan mendukung Emil, meski belum resmi menyatakan dukungannya.
Lebih jauh Firman mengatakan, dirinya tidak melihat munculnya sosok agamis dari kader Golkar yang dikabarkan juga akan mengusung Emil. Kader Golkar yang muncul seperti Dedi Mulyadi dan Daniel Muttaqien Syafiuddin dinilainya tidak merepresentasikan kelompok agamis.
"Jadi daripada dengan Golkar, lebih baik PPP. Kecuali kalau Golkar bisa memunculkan sosok agamis, tapi di internal Golkar belum ada sosok agamis," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, kabar mengejutkan datang Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar. Salah satu kandidat cagub Jabar itu menyambangi Kantor DPD PDIP Jabar di Jalan Pelajar, Pejuang, Kota Bandung, Senin (16/10/2017).
Deddy mengungkapkan, selain dalam kapasitasnya sebagai pembina parpol di Jabar, dirinya tak menampik jika lawatannya itu sebagai permulaan komunikasi politik antara dirinya dengan PDIP di ajang Pilgub Jabar 2018. "Ini baru awal, baru main mata. Dari mata bisa saja kan turun ke hati," ungkapnya.
(wib)