Kirab Batik 66 Meter Peringati Pertempuran Lima Hari di Semarang

Minggu, 15 Oktober 2017 - 07:10 WIB
Kirab Batik 66 Meter...
Kirab Batik 66 Meter Peringati Pertempuran Lima Hari di Semarang
A A A
SEMARANG - Warga menggelar arak-arakan batik sepanjang 66 meter keliling kampung untuk memeringati pertempuran lima hari di Semarang, Jawa Tengah. 72 tahun silam, Kampung Batik Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, menjadi lautan api setelah dibakar tentara Jepang.

Kirab batik sepanjang 66 meter dilakukan oleh 20 remaja muda-mudi dengan mengelilingi kampung. Selama arak-arakan itu, mereka mendapat sambutan warga yang berdiri di berbagai sudut. Sementara beberapa anak tampak ikut berlari mengikuti arak-arakan. Ada pula sejumlah warga yang mengenakan pakaian ala pejuang.

Ada dua motif batik yang dikirab, yakni Parang Asem Baris dan Jagad Semarangan.

Masing-masing motif dituangkan pada kain sepanjang 33 meter. Butuh waktu hingga lima tahun, mulai dari pengumpulan ide motif, hingga proses pencantingan yang dilakukan puluhan orang.

"Untuk motif Parang Asem Baris itu butuh malam 30 kilogram, karena warna dominannya adalah putih. Jadi untuk pembuatan warna putih itu kain kita lapisi malam, makanya banyak sekali yang dibutuhkan. Kalau moti Jagad Semarangan hanya butuh sekira 10 kilogram malam dan dominan warna ungu," kata Ketua Paguyuban Kampung Batik Eko Haryanto di lokasi, Sabtu 14 Oktober 2017.

Dia mengatakan, kirab batik sepanjang 66 meter itu sengaja digelar warga untuk mengingat kembali sejarah masa lampau. Pada 17 oktober 1945, kampung batik yang berada di pesisir Semarang itu dibakar tentara Jepang untuk menciutkan nyali para pejuang kemerdekaan.

Dalam kirab tersebut, juga dilakukan ritual siraman berupa pemadaman api. Seorang sesepuh kampung mengambil dari dari sumur yang pada waktu dulu juga digunakan para pejuang untuk memadamkan api.

"Sumur ini satu-satunya yang digunakan memadamkan api. Kalau dulu dilakukan dengan bergotong royong antara pejuang dan warga, kini diwakili oleh sesepuh kampung. Untuk semangat gotong royongnya tetap dilakukan sampai sekarang, misalnya dengan membuat batik terpanjang ini," bebernya.

Para peserta kirab mengaku bangga bisa membawa batik terpanjang berkeliling kampung. Mereka seolah kembali ke masa lalu dengan cara napak tilas sejarah. Warga menyampaikan, kala itu seluruh bagian kampung anya menyisakan puing-puing karena hangus terbakar.

"Kita enjoy banget bisa melakukan kirab batik ini. Kita jadi tahu sejarah masa lalu, kembali pada puluhan atau ratusan tahun silam. Di mana para pejuang mempertahankan kampung batik ini. Semoga ke depan acara seperti ini tetap berjalan," ujar Lulu Nuraini.

Pertempuran lima hari di Semarang erat kaitannya dengan sejarah dr Kariadi yang ditembak secara keji oleh tentara Jepang. Dokter muda itu menyelidiki kabar yang menyebutkan sumber air minum bagi warga telah diracun. Dia gugur dalam usia 40 tahun dan namanya kini diabadikan menjadi nama RSUP dr Kariadi.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7695 seconds (0.1#10.140)