Minim Modal Ikut Pilgub Jabar, Dedi Mulyadi: Biayanya Hasil Patungan

Minim Modal Ikut Pilgub Jabar, Dedi Mulyadi: Biayanya Hasil Patungan
A
A
A
PURWAKARTA - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat ?9Dedi Mulyadi mengaku selalu minim modal ketika akan menghadapi pesta demokrasi. Hal yang sama terjadi pada persiapannya untuk mengikuti Pilgub Jabar 2018. Dia harus menanggung biaya politiknya secara patungan bersama teman-teman politisinya.
“Saya pribadi tidak punya koneksi dengan orang kaya, pelaku bisnis ataupun pengembang. Selama ini soal biaya sana-sini, hanya patungan dari teman-teman saja. Teman-teman itu yang dulu bareng hidup susah,” ungkap Dedi kepada SINDOnews, Selasa (5/9/2017).
Melalui cara ini, Dedi mengaku berhasil memenangi dua kali kontestasi Pilkada Purwakarta, yakni pada 2008 dan 2013 lalu. Dalam rangka menghadapi Pilgub Jabar 2018 pun, dia menegaskan akan menggunakan cara serupa. “Teman-teman aktivis dulu ada yang senantiasa membantu saya. Tidak ada panggede (orang kaya punya jabatan). Lihat saja di Purwakarta, kan tidak ada pengembang besar,” ujarnya.
Dedi memprediksi untuk mengikuti Pilgub Jabar 2018, akan membutuhkan biaya politik yang cukup tinggi. Namun, dia tidak khawatir karena menurut dia, biaya pergerakan selalu lahir dengan sendirinya. “Jujur saja, hari ini ada nggak kandidat yang misalkan punya antara Rp50 miliar. Belum tentu ada. Maka yang jelas support finansial itu akan lahir dengan sendirinya. Sisi sosial kita kan juga modal, kebersamaan itu juga modal, partisipasi dan kedekatan dengan masyarakat juga modal,” katanya.
Dedi mencontohkan terkait kedekatan emosional yang selama ini dia bangun bersama masyarakat di Jabar. Dia menceritakan, seorang warga Cianjur Selatan yang datang kepadanya dengan membawa ikan sebagai pernyataan dukungan. Ikan tersebut kemudian dimasak dan dijadikan lauk nasi liwet sambil membedah visi dan misinya jika terpilih sebagai gubernur Jabar.
“Tahu-tahu datang bawa ikan, ya sudah dimasak saja, ngaliwet bareng. Kawan-kawan dari Partai Golkar juga selama ini saling bantu, jadi nggak khawatir sama sekali,” katanya.
“Saya pribadi tidak punya koneksi dengan orang kaya, pelaku bisnis ataupun pengembang. Selama ini soal biaya sana-sini, hanya patungan dari teman-teman saja. Teman-teman itu yang dulu bareng hidup susah,” ungkap Dedi kepada SINDOnews, Selasa (5/9/2017).
Melalui cara ini, Dedi mengaku berhasil memenangi dua kali kontestasi Pilkada Purwakarta, yakni pada 2008 dan 2013 lalu. Dalam rangka menghadapi Pilgub Jabar 2018 pun, dia menegaskan akan menggunakan cara serupa. “Teman-teman aktivis dulu ada yang senantiasa membantu saya. Tidak ada panggede (orang kaya punya jabatan). Lihat saja di Purwakarta, kan tidak ada pengembang besar,” ujarnya.
Dedi memprediksi untuk mengikuti Pilgub Jabar 2018, akan membutuhkan biaya politik yang cukup tinggi. Namun, dia tidak khawatir karena menurut dia, biaya pergerakan selalu lahir dengan sendirinya. “Jujur saja, hari ini ada nggak kandidat yang misalkan punya antara Rp50 miliar. Belum tentu ada. Maka yang jelas support finansial itu akan lahir dengan sendirinya. Sisi sosial kita kan juga modal, kebersamaan itu juga modal, partisipasi dan kedekatan dengan masyarakat juga modal,” katanya.
Dedi mencontohkan terkait kedekatan emosional yang selama ini dia bangun bersama masyarakat di Jabar. Dia menceritakan, seorang warga Cianjur Selatan yang datang kepadanya dengan membawa ikan sebagai pernyataan dukungan. Ikan tersebut kemudian dimasak dan dijadikan lauk nasi liwet sambil membedah visi dan misinya jika terpilih sebagai gubernur Jabar.
“Tahu-tahu datang bawa ikan, ya sudah dimasak saja, ngaliwet bareng. Kawan-kawan dari Partai Golkar juga selama ini saling bantu, jadi nggak khawatir sama sekali,” katanya.
(mcm)