Penyakit ISPA di Palembang Masih Tinggi
A
A
A
PALEMBANG - Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Palembang, Sumatera Selatan, masih cukup tinggi diderita oleh masyarakat kota pempek ini.
Berdasarkan laporan penyakit yang ditangani pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Palembang, penderita penyakit ISPA masih menduduki peringkat pertama.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, dr Letizia mengungkapkan, tingginya penderita ISPA disebabkan masih banyak masyarakat yang kurang perduli terhadap pola hidup sehat.
Meskipun masih cukup tinggi, dirinya bersyukur instansi pemerintah lainnya berhasil menekan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), angka penderita ISPA di Palembang mulai berkurang.
"Tapi masyarakat harus tetap mewaspadai kondisi cuaca saat ini, antara musim kemarau dan memasuki musim hujan," jelas dia.
Selain itu, dikatakan dia, hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA juga sangat erat. Untuk itu masyarakat diminta jaha kesehatan dan asupan makanan yang dikonsumsi.
"Dan faktor kebersihan lingkungan juga menjadi faktor utama timbulnya berbagai macam penyakit termasuk infeksi saluran pernapasan," kata dia.
Dia menjelaskan, ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikro organisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas dan tidak dapat minum.
Usia balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di Negara berkembang.
Indonesia, selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
"Kami berharap agar masyarakat menjaga pola makannya, seperti memperbanyak makan sayur dan buah. Karena ISPA ini masih mendominasi penyakit yang ditangani rumah sakit dan Puskesmas," imbau dia.
Berdasarkan laporan penyakit yang ditangani pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Palembang, penderita penyakit ISPA masih menduduki peringkat pertama.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palembang, dr Letizia mengungkapkan, tingginya penderita ISPA disebabkan masih banyak masyarakat yang kurang perduli terhadap pola hidup sehat.
Meskipun masih cukup tinggi, dirinya bersyukur instansi pemerintah lainnya berhasil menekan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), angka penderita ISPA di Palembang mulai berkurang.
"Tapi masyarakat harus tetap mewaspadai kondisi cuaca saat ini, antara musim kemarau dan memasuki musim hujan," jelas dia.
Selain itu, dikatakan dia, hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA juga sangat erat. Untuk itu masyarakat diminta jaha kesehatan dan asupan makanan yang dikonsumsi.
"Dan faktor kebersihan lingkungan juga menjadi faktor utama timbulnya berbagai macam penyakit termasuk infeksi saluran pernapasan," kata dia.
Dia menjelaskan, ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikro organisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, yang kemudian diikuti dengan napas cepat dan napas sesak. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernapas dan tidak dapat minum.
Usia balita adalah kelompok yang paling rentan dengan infeksi saluran pernapasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di Negara berkembang.
Indonesia, selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.
"Kami berharap agar masyarakat menjaga pola makannya, seperti memperbanyak makan sayur dan buah. Karena ISPA ini masih mendominasi penyakit yang ditangani rumah sakit dan Puskesmas," imbau dia.
(rhs)