Warga Buka Supermarket Sapi untuk Permudah Pencarian Hewan Kurban
A
A
A
KULONPROGO - Warga Blimbing, Desa Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Olan Suparlan (41), mengelola supermarket sapi di rumahnya, sejak lima tahun lalu. Supermarket ini didirikan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat yang mencari sapi kurban.
Olan menggeluti bisnis jual beli sapi sejak puluhan tahun silam. Usaha ini warisan dari kakek dan ayahnya. Saat ini, sudah ada 160 ekor sapi yang ditempatkan di beberapa kandang di sekitar rumahnya. Setiap kandang dikelola sendiri dengan dibantu sejumlah pekerja untuk membersihkan dan memberikan pakan sapi.
Sapi yang dijual kebanyakan dari sekitar Kulonprogo, beberapa kabupaten lain di DIY, Jawa Tengah, dan Madura. Sapi yang ditawarkan juga berbagai jenis, mulai dari sapi jawa, PO, hingga limosin. Setiap sapi yang tiba di kandang akan diberikan nomor punggung menggunakan cat. Untuk memudahkan pembeli, Olan juga membuat daftar harga dengan mencantumkan nomor punggung dan harganya. Jika sudah ada yang terjual, dalam buku menu akan diberi keterangan sudah terjual. “Sudah banyak yang laku. Pembeli yang datang kami berikan buku dan tinggal mengecek sendiri,” tutur Olan.
Biasanya sampai Idul Adha tiba, Olan mampu menjual hingga 170 ekor. Sapi ini tidak hanya dijual di seputaran Kulonprogo dan DIY saja. Ada juga dikirim hingga ke Magelang, Purworejo, ataupun Klaten. Bahkan, ada permintaan dari Jakarta dan Bandung.
Harga setiap ekor sapi bervariasi, mulai dari Rp16 juta – 50 juta. Namun, sapi terbesar dengan bobot hingga 800 kilogram ini sudah laku dijual di Lembang, Jawa Barat. Kebanyakan sapi yang diburu konsumen di kisaran Rp18 juta hingga Rp21 juta.
Untuk memasarkan sapi-sapinya, Olah hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. Salah satunya melalui teman-temannya pedagang sapi, termasuk pelanggan hewan kurban yang datang setiap tahun. Biasanya pelanggan hanya meminta sampel harga dan foto sapi. Begitu tertarik, pembeli akan datang untuk melihat dan membeli sapi.
Olan Suparlan menjamin sapi yang dia jual dalam kondisi sehat. Dia juga memberikan pakan, transportasi pengiriman, penyembelihan, dan pengulitan. Layanan ini gratis dan tidak ada tambahan biaya lagi dari harga sapi yang sudah dibayar. “Kami akan antar H-1 dan besoknya kami antar jagal. Kami memiliki 80-an jagal yang sudah berpengalaman dalam penyembelihan dan pengulitan. Setiap tahun mereka sudah diturunkan dalam penanganan hewan kurban,” katanya.
Seorang konsumen, Bowo Supriyanto, mengaku datang dari Yogyakarta setelah mendengar ada supermarket sapi di Sentolo. Dia menjadi salah satu pelanggan di tempat ini. Menurutnya, harga sapi yang ditawarkan di supermarket itu hampir sama dengan pedagang lain. Yang membut berbeda, ada tambahan servis penyembelihan dan pengulitan sehingga memudahkan konsumen dalam penanganan hewan kurban. “Selain kita bisa memilih sapi, servis pelayanan ini yang kita cari. Di kota jarang orang yang bisa jadi jagal,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan, Drajat Purbadi mengatakan, setiap tahun pihaknya melakukan pengecekan hewan kurban di beberapa tempat penampungan hewan kurban, termasuk di tempat Olan Suparlan. “Dari pemeriksaan medis, kondisi ternak di sini cukup sehat,” ujarnya.
Olan menggeluti bisnis jual beli sapi sejak puluhan tahun silam. Usaha ini warisan dari kakek dan ayahnya. Saat ini, sudah ada 160 ekor sapi yang ditempatkan di beberapa kandang di sekitar rumahnya. Setiap kandang dikelola sendiri dengan dibantu sejumlah pekerja untuk membersihkan dan memberikan pakan sapi.
Sapi yang dijual kebanyakan dari sekitar Kulonprogo, beberapa kabupaten lain di DIY, Jawa Tengah, dan Madura. Sapi yang ditawarkan juga berbagai jenis, mulai dari sapi jawa, PO, hingga limosin. Setiap sapi yang tiba di kandang akan diberikan nomor punggung menggunakan cat. Untuk memudahkan pembeli, Olan juga membuat daftar harga dengan mencantumkan nomor punggung dan harganya. Jika sudah ada yang terjual, dalam buku menu akan diberi keterangan sudah terjual. “Sudah banyak yang laku. Pembeli yang datang kami berikan buku dan tinggal mengecek sendiri,” tutur Olan.
Biasanya sampai Idul Adha tiba, Olan mampu menjual hingga 170 ekor. Sapi ini tidak hanya dijual di seputaran Kulonprogo dan DIY saja. Ada juga dikirim hingga ke Magelang, Purworejo, ataupun Klaten. Bahkan, ada permintaan dari Jakarta dan Bandung.
Harga setiap ekor sapi bervariasi, mulai dari Rp16 juta – 50 juta. Namun, sapi terbesar dengan bobot hingga 800 kilogram ini sudah laku dijual di Lembang, Jawa Barat. Kebanyakan sapi yang diburu konsumen di kisaran Rp18 juta hingga Rp21 juta.
Untuk memasarkan sapi-sapinya, Olah hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. Salah satunya melalui teman-temannya pedagang sapi, termasuk pelanggan hewan kurban yang datang setiap tahun. Biasanya pelanggan hanya meminta sampel harga dan foto sapi. Begitu tertarik, pembeli akan datang untuk melihat dan membeli sapi.
Olan Suparlan menjamin sapi yang dia jual dalam kondisi sehat. Dia juga memberikan pakan, transportasi pengiriman, penyembelihan, dan pengulitan. Layanan ini gratis dan tidak ada tambahan biaya lagi dari harga sapi yang sudah dibayar. “Kami akan antar H-1 dan besoknya kami antar jagal. Kami memiliki 80-an jagal yang sudah berpengalaman dalam penyembelihan dan pengulitan. Setiap tahun mereka sudah diturunkan dalam penanganan hewan kurban,” katanya.
Seorang konsumen, Bowo Supriyanto, mengaku datang dari Yogyakarta setelah mendengar ada supermarket sapi di Sentolo. Dia menjadi salah satu pelanggan di tempat ini. Menurutnya, harga sapi yang ditawarkan di supermarket itu hampir sama dengan pedagang lain. Yang membut berbeda, ada tambahan servis penyembelihan dan pengulitan sehingga memudahkan konsumen dalam penanganan hewan kurban. “Selain kita bisa memilih sapi, servis pelayanan ini yang kita cari. Di kota jarang orang yang bisa jadi jagal,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan, Drajat Purbadi mengatakan, setiap tahun pihaknya melakukan pengecekan hewan kurban di beberapa tempat penampungan hewan kurban, termasuk di tempat Olan Suparlan. “Dari pemeriksaan medis, kondisi ternak di sini cukup sehat,” ujarnya.
(mcm)