Sungai Kaligede dan Sumur Hitam Pekat, Warga Karangandu Resah
A
A
A
JEPARA - Sungai Kaligede dan sumur warga di Desa Karangrandu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng), berwarna hitam pekat dan mengeluarkan bau tak sedap. Penyebabnya diduga kuat karena imbas dari pembuangan limbah industri besar maupun usaha rumahan yang ada di kawasan sekitar.
Perubahan air sungai dan sumur warga itu terjadi secara bertahap. Namun kondisinya benar-benar parah dalam dua bulan terakhir ini sehingga membuat warga Karangrandu resah. Pasalnya, warga setempat mengandalkan air sumur untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Sementara air sungai digunakan untuk irigasi pertanian. Apalagi kawasan Desa Karangrandu termasuk lumbung pangan di Kabupaten Jepara.
Berbagai kalangan pun menaruh simpati atas kondisi memprihatinkan tersebut. Mulai dari anggota DPR RI Abdul Wachid, anggota DPRD Jateng Wasiman, anggota DPRD Jepara Harmoko, Bupati dan Wakil Bupati Jepara Ahmad Marzuqi – Dian Kristiandi, serta Sekda Jepara Sholih. Mereka memantau langsung kondisi Kaligede yang berwarna hitam pekat dan berbau menyengat, Sabtu (19/8/2017) siang.
Abdul Wachid mengaku prihatin dengan kondisi sungai tersebut. Karena selama ini Kaligede sudah menjadi sumber kehidupan warga setempat, sekaligus irigasi pertanian. “Kalau melihat fisik air sungai kemungkinan besar memang tercemar limbah. Tapi untuk memastikan penyebabnya, kami ambil sampelnya. Nanti kami uji di Sucofindo Semarang,” kata Abdul Wachid.
Dia berjanji akan mendorong berbagai pihak baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten agar segera bertindak cepat. Langkah tersebut penting agar persoalan ini segera tertangani dan tidak membuat warga terus resah. Menurutnya harus ada langkah pendek, menengah maupun jangka panjang terkait persoalan ini.
Upaya jangka pendek misalnya dengan pembersihan air sungai maupun sumur warga yang berwarna hitam dan berbau menyengat. Caranya dengan mengalirkan air yang diduga tercemar tersebut ke laut. “Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra nanti kita dorong juga. Upaya sosialisasi dan penindakan tegas harus terus dilakukan agar persoalan ini tak berulang lagi,” ujar Wachid
Salah seorang warga Desa Karangrandu, Nasirin mengungkapkan perubahan air sungai sudah terjadi sejak setahun lalu. Namun, kondisi terparah baru dua bulan terakhir ini. “Sumur warga juga mulai berubah warnanya dan berbau. Jadi tak hanya sungai,” keluh Nasirin.
Selama ini, ungkap dia, warga terpaksa masih menggunakan air yang tercemar untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk konsumsi harus membeli air bersih seharga Rp7.000 per jeriken. Dalam sehari, warga membutuhkan setidaknya dua jeriken. “Jelas itu memberatkan. Kami berharap pemerintah setempat dapat segera menangani persoalan ini karena warga mulai gatal-gatal mandi pakai air tercemar,” pungkasnya.
Wakil Ketua DPRD Jepara, Purwanto menyatakan pihaknya akan memanggil berbagai elemen terkait persoalan ini. Baik dari kalangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara, warga, hingga PT Jialee yang diduga kuat membuang limbahnya hingga menyebabkan perubahan warna air sungai dan sumur warga. “Rencananya pekan depan. Hasil uji laboratorium sampel air sungai dari berbagai pihak juga akan kami jadikan patokan,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menegaskan pihaknya sudah menginstruksikan jajaran untuk segera mengambil tindakan mengatasi persoalan ini. Selain itu, alat berat juga diterjunkan ke lokasi untuk mempercepat pengaliran air sungai ke laut. Dinas Lingkungan Hidup Jepara juga sudah mengambil sampel air yang diduga tercemar. “Jika tak ada aral melintang, awal pekan depan sudah ada hasil dari uji laboratorium tersebut. Yang pasti pemerintah sudah bertindak. Kalau memang ada yang tak benar, pasti kami luruskan sesuai aturan,” katanya.
Perubahan air sungai dan sumur warga itu terjadi secara bertahap. Namun kondisinya benar-benar parah dalam dua bulan terakhir ini sehingga membuat warga Karangrandu resah. Pasalnya, warga setempat mengandalkan air sumur untuk kebutuhan minum, mandi, mencuci dan lain sebagainya. Sementara air sungai digunakan untuk irigasi pertanian. Apalagi kawasan Desa Karangrandu termasuk lumbung pangan di Kabupaten Jepara.
Berbagai kalangan pun menaruh simpati atas kondisi memprihatinkan tersebut. Mulai dari anggota DPR RI Abdul Wachid, anggota DPRD Jateng Wasiman, anggota DPRD Jepara Harmoko, Bupati dan Wakil Bupati Jepara Ahmad Marzuqi – Dian Kristiandi, serta Sekda Jepara Sholih. Mereka memantau langsung kondisi Kaligede yang berwarna hitam pekat dan berbau menyengat, Sabtu (19/8/2017) siang.
Abdul Wachid mengaku prihatin dengan kondisi sungai tersebut. Karena selama ini Kaligede sudah menjadi sumber kehidupan warga setempat, sekaligus irigasi pertanian. “Kalau melihat fisik air sungai kemungkinan besar memang tercemar limbah. Tapi untuk memastikan penyebabnya, kami ambil sampelnya. Nanti kami uji di Sucofindo Semarang,” kata Abdul Wachid.
Dia berjanji akan mendorong berbagai pihak baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten agar segera bertindak cepat. Langkah tersebut penting agar persoalan ini segera tertangani dan tidak membuat warga terus resah. Menurutnya harus ada langkah pendek, menengah maupun jangka panjang terkait persoalan ini.
Upaya jangka pendek misalnya dengan pembersihan air sungai maupun sumur warga yang berwarna hitam dan berbau menyengat. Caranya dengan mengalirkan air yang diduga tercemar tersebut ke laut. “Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Gerindra nanti kita dorong juga. Upaya sosialisasi dan penindakan tegas harus terus dilakukan agar persoalan ini tak berulang lagi,” ujar Wachid
Salah seorang warga Desa Karangrandu, Nasirin mengungkapkan perubahan air sungai sudah terjadi sejak setahun lalu. Namun, kondisi terparah baru dua bulan terakhir ini. “Sumur warga juga mulai berubah warnanya dan berbau. Jadi tak hanya sungai,” keluh Nasirin.
Selama ini, ungkap dia, warga terpaksa masih menggunakan air yang tercemar untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk konsumsi harus membeli air bersih seharga Rp7.000 per jeriken. Dalam sehari, warga membutuhkan setidaknya dua jeriken. “Jelas itu memberatkan. Kami berharap pemerintah setempat dapat segera menangani persoalan ini karena warga mulai gatal-gatal mandi pakai air tercemar,” pungkasnya.
Wakil Ketua DPRD Jepara, Purwanto menyatakan pihaknya akan memanggil berbagai elemen terkait persoalan ini. Baik dari kalangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jepara, warga, hingga PT Jialee yang diduga kuat membuang limbahnya hingga menyebabkan perubahan warna air sungai dan sumur warga. “Rencananya pekan depan. Hasil uji laboratorium sampel air sungai dari berbagai pihak juga akan kami jadikan patokan,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jepara Ahmad Marzuqi menegaskan pihaknya sudah menginstruksikan jajaran untuk segera mengambil tindakan mengatasi persoalan ini. Selain itu, alat berat juga diterjunkan ke lokasi untuk mempercepat pengaliran air sungai ke laut. Dinas Lingkungan Hidup Jepara juga sudah mengambil sampel air yang diduga tercemar. “Jika tak ada aral melintang, awal pekan depan sudah ada hasil dari uji laboratorium tersebut. Yang pasti pemerintah sudah bertindak. Kalau memang ada yang tak benar, pasti kami luruskan sesuai aturan,” katanya.
(mcm)