Kisah Veteran Bintan Pertahankan Tanah Air
A
A
A
BINTAN TIMUR - Pada Upacara HUT ke-72 RI yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Bintan di Relief Antam Kijang, Bintan Timur, Kamis (17/8/2017), di antara para undangan yang duduk di kursi VIP ada beberapa veteran yang telah mempertaruhkan nyawanya demi membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebelum maupun pascakemerdekaan.
Di antara para veteran adalan Mukilan Curoloyo (75) yang mengikuti berbagai operasi saat dirinya masih bertugas sebagai marinir. Suka duka dilalui veteran pensiunan pangkat terakhir Serka Marinir pada tahun 1990 itu. Kenangan yang takkan terlupakannya, pernah satu bulan tidak berganti baju saat ditugaskan di Timor Timur pada tahun 1976 sampai 1977.
"Kalau tidak berganti baju dua atau tiga minggu itu sudah biasa. Senjata saya bawa terus ke mana-mana, bahkan nyaris tidak tidur, karena musuh ada di mana-mana," ujar Mukilan.
Ia juga pernah mengikuti Operasi Trikora, Operasi Tumpas di Makassar dan Operasi Seroja. "Sangat berkesan dan masih terbayang-bayang sampai saat ini. Apalagi saat kontak senjata, saya hanya bisa memohon kepada Allah SWT agar diberi keselamatan," kata Mukilan.
Saat ini, veteran yang satu angkatan Mukilan satu per satu sudah menutup usia dan dan kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebagian yang masih ada, semua terpencar, tidak lagi bersama di satu daerah. "Satu per satu dipanggil (meninggal dunia)."
Ditanya penghargaan apa saja yang sudah ia terima dari pemerintah, ia mengaku berterima kasih diberikan bantuan bedah rumah (rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di tempat tinggalnya yang beralamat di Kampung Budi Mulya, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur (Bintim) beberapa tahun lalu.
"Saya ucapkan terima kasih kepada negara yang masih ingat kepada saya, saya kemarin dapat bantuan bedah rumah," ucap Mukilan.
Veteran lainnya, Ahmad HW (80), menceritakan kejadian dan perjuangan kemerdekaan, melawan penjajah, baik secara fisik maupun perjuangan pemikiran dan pengorbanan dan untuk memikirkan pergerakan perlawanan kepada penjajah. Perjuangan fisik khususnya tahun 1945-1949.
Pada 1963, ia turut perjuangan Dwikora, terkait dengan konfrontasi Malaysia. "Saya berjaga-jaga bersama pasukan lainnya di sepanjang Pantai Sebong, Pantai Nongsa Batam, dengan baret ungu," ujar Ahmad.
Tugasnya adalah melaksanakan pengamanan pengintaian. Ia terkenang teman seperjuangan yang bernama Usman dan Harun yang terbunuh di Singapura, dihukum mati karena dituduh sebagai teroris.
"Tugas kita memang pengintaian, mata-mata. Fakta di persidangan dinyatakan bersalah dan dituduh teroris," ujarnya, sedih.
"Mereka (Usman dan Harun) pahlawan."
Di antara para veteran adalan Mukilan Curoloyo (75) yang mengikuti berbagai operasi saat dirinya masih bertugas sebagai marinir. Suka duka dilalui veteran pensiunan pangkat terakhir Serka Marinir pada tahun 1990 itu. Kenangan yang takkan terlupakannya, pernah satu bulan tidak berganti baju saat ditugaskan di Timor Timur pada tahun 1976 sampai 1977.
"Kalau tidak berganti baju dua atau tiga minggu itu sudah biasa. Senjata saya bawa terus ke mana-mana, bahkan nyaris tidak tidur, karena musuh ada di mana-mana," ujar Mukilan.
Ia juga pernah mengikuti Operasi Trikora, Operasi Tumpas di Makassar dan Operasi Seroja. "Sangat berkesan dan masih terbayang-bayang sampai saat ini. Apalagi saat kontak senjata, saya hanya bisa memohon kepada Allah SWT agar diberi keselamatan," kata Mukilan.
Saat ini, veteran yang satu angkatan Mukilan satu per satu sudah menutup usia dan dan kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebagian yang masih ada, semua terpencar, tidak lagi bersama di satu daerah. "Satu per satu dipanggil (meninggal dunia)."
Ditanya penghargaan apa saja yang sudah ia terima dari pemerintah, ia mengaku berterima kasih diberikan bantuan bedah rumah (rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) di tempat tinggalnya yang beralamat di Kampung Budi Mulya, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur (Bintim) beberapa tahun lalu.
"Saya ucapkan terima kasih kepada negara yang masih ingat kepada saya, saya kemarin dapat bantuan bedah rumah," ucap Mukilan.
Veteran lainnya, Ahmad HW (80), menceritakan kejadian dan perjuangan kemerdekaan, melawan penjajah, baik secara fisik maupun perjuangan pemikiran dan pengorbanan dan untuk memikirkan pergerakan perlawanan kepada penjajah. Perjuangan fisik khususnya tahun 1945-1949.
Pada 1963, ia turut perjuangan Dwikora, terkait dengan konfrontasi Malaysia. "Saya berjaga-jaga bersama pasukan lainnya di sepanjang Pantai Sebong, Pantai Nongsa Batam, dengan baret ungu," ujar Ahmad.
Tugasnya adalah melaksanakan pengamanan pengintaian. Ia terkenang teman seperjuangan yang bernama Usman dan Harun yang terbunuh di Singapura, dihukum mati karena dituduh sebagai teroris.
"Tugas kita memang pengintaian, mata-mata. Fakta di persidangan dinyatakan bersalah dan dituduh teroris," ujarnya, sedih.
"Mereka (Usman dan Harun) pahlawan."
(zik)