N-219 Sukses Lakukan Uji Terbang
A
A
A
BANDUNG - Pesawat N-219 produksi PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga Antariksa Nasional (LAPAN) sukses melakukan uji coba terbang perdana di Bandung, Rabu (16/8/2018). First flight test dilakukan di Bandara Husein Sastaranega Bandung, Jawa Barat, dengan pilot Captain Esther Gayatri Saleh dan first officer captain Adi Budi Atmoko serta Yustinus sebagai flight test engineer (FTE).
Pesawat take off pada pukul 09.12 WIB dan landing sekitar pukul 09.40. Pesawat melakukan penerbangan di sekitar kawasan Batujajar dan Waduk Saguling kemudian kembali mendarat di Bandara Husein Sastranegara.
Captain Esther mengaku tidak ada kendala berarti saat melakukan penerbangan sekitar 20 menit di langit Bandung. "Tidak ada persiapan khusus, tapi saya apresiasi pesawat ini. Cukup bagus. Saya bersyukur kepada Tuhan," kata dia.
Selama ini, proses uji coba dilalui bersama untuk memberikan masukan-masukan. “Sebelum terbang, kami pun melakukan simulasi,” sebutnya.
Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, pesawat ini adalah produk asli dalam negeri pengembangan dari N-250. Pesawat tersebut hasil kerja sama teknologi dan investasi dengan LAPAN. "Proses pembuatan dimulai tahun 2014. Desain tidak menggunakan media gambar, tapi digital. Waktu itu ada ratusan meja gambar dan itu saya minta digudangkan," jelas dia.
Menurut dia, produksi komponen pesawat dilakukan pada 2015 melibatkan sekitar 5.800 tenaga kerja. Pesawat ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar RP1 triliun hingga bisa diproduksi massal.
Pesawat take off pada pukul 09.12 WIB dan landing sekitar pukul 09.40. Pesawat melakukan penerbangan di sekitar kawasan Batujajar dan Waduk Saguling kemudian kembali mendarat di Bandara Husein Sastranegara.
Captain Esther mengaku tidak ada kendala berarti saat melakukan penerbangan sekitar 20 menit di langit Bandung. "Tidak ada persiapan khusus, tapi saya apresiasi pesawat ini. Cukup bagus. Saya bersyukur kepada Tuhan," kata dia.
Selama ini, proses uji coba dilalui bersama untuk memberikan masukan-masukan. “Sebelum terbang, kami pun melakukan simulasi,” sebutnya.
Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, pesawat ini adalah produk asli dalam negeri pengembangan dari N-250. Pesawat tersebut hasil kerja sama teknologi dan investasi dengan LAPAN. "Proses pembuatan dimulai tahun 2014. Desain tidak menggunakan media gambar, tapi digital. Waktu itu ada ratusan meja gambar dan itu saya minta digudangkan," jelas dia.
Menurut dia, produksi komponen pesawat dilakukan pada 2015 melibatkan sekitar 5.800 tenaga kerja. Pesawat ini diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar RP1 triliun hingga bisa diproduksi massal.
(wib)