Diduga Sebabkan Banjir Lumpur, Warga Sorong Tutup Dua Tambang Pasir
A
A
A
SORONG - Puluhan warga Kompleks Kilometer (KM) 10, tepatnya di Jalan Malagison, Kota Sorong, Papua Barat, melakukan aksi penutupan jalan ke dua lokasi tambang galian pasir, Selasa (15/8/2017). Penutupan akses ini dilakukan warga karena sejak kedua tambang tersebut beroperasi menyebabkan banjir di sekitar permukiman warga.
Bahkan bekas galian pasir yang telah menjadi lumpur turut masuk ke rumah warga. Akibatnya rumah warga di kawasan itu terendam banjir lumpur setinggi tumit orang dewasa. Bukan itu saja, sejumlah saluran air pun tersumbat karena dipenuhi lumpur bekas galian dari lokasi tambang pasir tersebut.
Emosi warga memuncak saat sedang melakukan pemalangan, melihat sebuah truk memasuki lokasi tambang galian pasir untuk mengambil muatan. Sontak warga marah dan memaksa sopir truk untuk tidak masuk ke lokasi tambang pasir tersebut.
Ester Kapisa, seorang warga yang rumahnya terendam banjir lumpur dengan nada emosi mengaku kesal dengan keberadaan perusahaaan tambang yang beroperasi tanpa melihat dampak negatif yang timbul kepada warga.
"Kami dulu saja, kalau hujan tidak terjadi banjir, tapi sekarang hujan baru turun 3 jam saja rumah-rumah kami terendam banjir dan lumpur," ungkapnya.
Menurut Ester kondisi ini membuat dirinya dan warga terganggu, bahkan untuk tidur harus mengungsi ke rumah saudaranya di lokasi lain. Dia berharap, pemerintah segera menyelesaikan masalah ini, agar warga setempat dapat beraktivitas tanpa rasa waswas.
Bahkan bekas galian pasir yang telah menjadi lumpur turut masuk ke rumah warga. Akibatnya rumah warga di kawasan itu terendam banjir lumpur setinggi tumit orang dewasa. Bukan itu saja, sejumlah saluran air pun tersumbat karena dipenuhi lumpur bekas galian dari lokasi tambang pasir tersebut.
Emosi warga memuncak saat sedang melakukan pemalangan, melihat sebuah truk memasuki lokasi tambang galian pasir untuk mengambil muatan. Sontak warga marah dan memaksa sopir truk untuk tidak masuk ke lokasi tambang pasir tersebut.
Ester Kapisa, seorang warga yang rumahnya terendam banjir lumpur dengan nada emosi mengaku kesal dengan keberadaan perusahaaan tambang yang beroperasi tanpa melihat dampak negatif yang timbul kepada warga.
"Kami dulu saja, kalau hujan tidak terjadi banjir, tapi sekarang hujan baru turun 3 jam saja rumah-rumah kami terendam banjir dan lumpur," ungkapnya.
Menurut Ester kondisi ini membuat dirinya dan warga terganggu, bahkan untuk tidur harus mengungsi ke rumah saudaranya di lokasi lain. Dia berharap, pemerintah segera menyelesaikan masalah ini, agar warga setempat dapat beraktivitas tanpa rasa waswas.
(wib)