Diterjang Badai dan Terjebak Pusaran Air Sepanjang 1 Km

Selasa, 08 Agustus 2017 - 23:15 WIB
Diterjang Badai dan Terjebak Pusaran Air Sepanjang 1 Km
Diterjang Badai dan Terjebak Pusaran Air Sepanjang 1 Km
A A A
PALEMBANG - Hujan deras disertai angin badai menerjang tim Ekspedisi Musi River (EMR) Kibar Bendera Asian Games, Selasa (8/8/2017). Buruknya cuaca di medan pengarungan siang tadi, memaksa rakit bambu yang ditumpangi sembilan anggota tim, terdampar di sebuah area hutan yang masuk wilayah perbatasan Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Sebelum terdampar dan memutuskan untuk beristirahat lantaran hari sudah menjelang malam, awalnya tim memaksa untuk tetap mengarung. Namun, kencangnya angin membuat rakit bambu tak bergerak maju, malah terseret mundur hingga seratus meter lebih.

Tak main-main, hujan dan angin badai di medan pengarungan, juga berlangsung hingga seharian. Akibatnya, jangankan berlayar, untuk bisa menjangkar pun tim tak bisa. Bahkan, saking kencangnya angin badai membuat rakit bambu sampai terangkat di bibir sungai yang medannya dipenuhi lumpur.

"Tentunya kami tak bisa melawan kehendak alam. Daripada nanti terjadi hal-hal tak diinginkan, ada baiknya kami tidak meneruskan perjalanan dan memilih untuk beristirahat barang semalam. Karena, kalau dipaksakan berjalan malam, pastinya situasinya akan makin sulit dan berbahaya bagi keselamatan tim," kata Kapten Tim Walius Putrawan alias Caping.

Selain faktor cuaca yang tak bersahabat, di lokasi pengarungan yang diterjang badai tersebut, tim juga harus melewati sebuah pusaran air berbahaya, yang masyarakat setempat menyebutnya Ulak Kesambi.

Saking berbahayanya, jangankan rakit bambu, tongkang pengangkut barang pun kerap tenggelam bahkan hilang ditelan pusaran air Ulak Kesambi, yang panjang lintasannya saja lebih dari satu kilometer. Makanya tak heran, setiap angkutan sungai khususnya perahu dan tongkang pengangkut barang harus ekstra hati-hati saat melintas di tempat ini.

Berjalan pelan dan menyisir pinggiran sungai di Ulak Kesambi secara hati-hati saja tak cukup. Setiap perahu atau tongkang pengangkut barang yang melintas Ulak Kesambi juga dituntut menjaga etika.

Ini lantaran kawasan tersebut dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Kepercayaan ini muncul dan berkembang, akibat banyaknya perahu dan tongkang pengangkut barang yang hilang terseret pusaran air Ulak Kesambi.

"Ulak Kesambi sudah sangat terkenal kerawanannya. Bahkan, menurut informasi yang kami dapat dari masyarakat setempat dan pengalaman Ekspedisi Musi River yang kami lakukan sebelum-sebelumnya, Ulak Kesambi sudah banyak sekali memakan korban. Makanya masyarakat mengkeramatkan tempat ini," kata Caping.

Kencangnya pusaran air di Ulak Kesambi lantaran wilayah ini tempat pertemuan sejumlah sungai kecil yang bermuara ke Sungai Musi, yang notabene menjadi rute pengarungan tim Ekspedisi Musi River.

Itulah makanya, arus Sungai Musi di kawasan ini berputar dan tak tentu arah. Jangankan tim EMR, masyarakat terutama nelayan setempat saja tak bisa membaca arus sungai di tempat ini, karena arusnya memang tak beraturan.

"Tapi, bukan berarti kawasan ini tak bisa dilintasi. Selama kita bisa berhati-hati dan menjaga sikap baik serta berdoa dengan yang maha kuasa, mudah-mudahan rintangan yang ada bisa dilalui," ujar Caping.

Caping sendiri mengaku, sejauh ini kondisi dan kekompakan tim ekspedisi yang tergabung dalam kelompok mahasiswa pencinta alam Gema Persada LH FP-UMP, ini masih sangat baik dan senantiasa dijaga. Dan, rencananya pengarungan akan mereka lanjutkan besok pagi.

"Seumpama besok cuacanya masih tak bersahabat, kita usahakan untuk tetap mengarung. Karena kita juga tak bisa beristirahat terlalu lama, sebab kita sudah ditarget waktu. Di mana, tanggal 17 Agustus, kita harus sudah tiba di Kota Palembang," tukasnya bersemangat.

Di tempat terpisah, Ketua Panitia Sugih Abdurahman alias Kibo menyebutkan, pihaknya dalam hal ini panitia pelaksana Ekspedisi Musi River Kibar Bendera Asian Games terus memonitor perkembangan dan situasi yang dihadapi tim yang mengarung Sungai Musi. Selain tim yang mengarungi Sungai Musi, ada juga panitia atau tim darat yang tugasnya memantau, melaporkan, termasuk menyuplai apa-apa saja yang dibutuhkan tim di sungai.

"Tim darat juga yang mempersiapkan tempat atau lokasi yang dirasa bagus untuk tim sungai beristirahat. Tapi, ini juga melihat situasi di lapangan. Seperti hari ini tadi, tim darat tak bisa menjangkau tim yang mengarung di sungai. Karena, menurut laporan tim di sungai, mereka terjebak badai dan terdampar di hutan dekat Desa Lebong, Banyuasin," ujar Kibo.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6168 seconds (0.1#10.140)