Dahulu Pelajar Berprestasi, Kini Hidup Dipasung
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Jumiati (23), warga Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah harus hidup dipasung karena sering marah secara tiba-tiba dan menghancurkan seisi rumah. Pemasungan ini terpaksa dilakukan pihak keluarga karena takut Jumiati mengganggu orang lain dan pergi.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Ini kami lakukan demi keselamatan Jumiati dan keselamatan semua orang. Karena kalau tidak dipasung bisa menghancurkan seisi rumah dan takut mengganggu orang lain. Ini baru kita pasung tiga hari setelah merusak kaca rumah tetangga dan sempat menghilang 10 hari dan balik sendiri," ujar ibu dari Jumiati, Sarnin (55), di rumah sederhananya, Rabu (26/7/2017).
Jumiati mengalami gangguan kejiwaan sejak 3,5 tahun silam, seusai lulus SMA. Padahal, Jumiati saat itu mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Namun, karena mengalami gangguan kejiwaan, musnah sudah keinginan Jumiati untuk berkuliah.
"Jadi ceritanya habis lulus sekolah SMA Jumiati pergi ke Kota Palangka Raya menemui ayahnya. Namun setelah pulang tiba-tiba sering linglung dan hilang ingatan. Namun kadang baik-baik saja bahkan diajak mengobrol juga nyambung. Tapi kalau sudah kambuh saya pun dianiaya habis-habisan," kata Sarnin yang sudah berpisah dengan suaminya ini.
Jumiati adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Anaknya sejak SD hingga SMA selalu rangking tiga besar dan selalu dapat beasiswa dari sekolah maupun pemerintah.
"Anaknya ini sejak kecil pintar. Tapi Allah berkehendak lain. Saya berharap ada pihak yang membantu terutama pemerintah daerah. Sebab segala upaya sudah saya lakukan demi anak saya ini. Materi pun sudah banyak habis tapi tidak sembuh juga. Terpaksa saya pasung begini demi kebaikan Jumiati dan orang lain," kata Sarnin sambil meneteskan air mata.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak. Ini kami lakukan demi keselamatan Jumiati dan keselamatan semua orang. Karena kalau tidak dipasung bisa menghancurkan seisi rumah dan takut mengganggu orang lain. Ini baru kita pasung tiga hari setelah merusak kaca rumah tetangga dan sempat menghilang 10 hari dan balik sendiri," ujar ibu dari Jumiati, Sarnin (55), di rumah sederhananya, Rabu (26/7/2017).
Jumiati mengalami gangguan kejiwaan sejak 3,5 tahun silam, seusai lulus SMA. Padahal, Jumiati saat itu mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Namun, karena mengalami gangguan kejiwaan, musnah sudah keinginan Jumiati untuk berkuliah.
"Jadi ceritanya habis lulus sekolah SMA Jumiati pergi ke Kota Palangka Raya menemui ayahnya. Namun setelah pulang tiba-tiba sering linglung dan hilang ingatan. Namun kadang baik-baik saja bahkan diajak mengobrol juga nyambung. Tapi kalau sudah kambuh saya pun dianiaya habis-habisan," kata Sarnin yang sudah berpisah dengan suaminya ini.
Jumiati adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Anaknya sejak SD hingga SMA selalu rangking tiga besar dan selalu dapat beasiswa dari sekolah maupun pemerintah.
"Anaknya ini sejak kecil pintar. Tapi Allah berkehendak lain. Saya berharap ada pihak yang membantu terutama pemerintah daerah. Sebab segala upaya sudah saya lakukan demi anak saya ini. Materi pun sudah banyak habis tapi tidak sembuh juga. Terpaksa saya pasung begini demi kebaikan Jumiati dan orang lain," kata Sarnin sambil meneteskan air mata.
(zik)