Misi Penyelamatan Lingkungan dan Semangat Mencetak Rekor Muri
A
A
A
PALEMBANG - Dari kampung yang sunyi ku bernyanyi, kami menyusuri sungai Musi. Ekspedisi ini terasa berat, di antara ombak-ombak berkejaran. Gerak dayung ku berpacu dengan peluh, kian membangkitkan semangat juangku.
Penggalan syair di atas mengiringi laju rakit bambu berukuran 4x8 meter yang membelah derasnya arus sungai Musi, siang itu. Di bawah terik matahari, sembilan mahasiswa tampak bersemangat mendayung menuju titik persinggahan di sebuah dusun terpencil di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Provinsi Sumatera Selatan.
Dusun kecil bernama Bingin Janggut itu, salah satu dari sekian banyak dusun yang menjadi persinggahan tim Ekspedisi Musi River (EMR) Kibar Bendera Asian Games. Di dusun ini, anggota tim yang tergabung dalam wadah Generasi Mahasiswa Persaudaraan Alam dan Lingkungan Hidup (Gema Persada LH) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang (FP-UMP), menyempatkan untuk menginap semalam.
Rute yang ditempuh tim EMR sendiri masih sangat panjang, yakni harus melewati dua kabupaten, Musi Banyuasin (Muba) dan Banyuasin. Direncanakan berakhir di Kota Palembang, 17 Agustus. Adapun panjang jarak yang ditempuh tim ekspedisi, mencapai 550 km lebih dengan lama pengarungan satu bulan.
Tentu bukan hal mudah mengarungi sungai Musi dengan menggunakan rakit, dan tak sembarang orang mampu melakukannya. Selain keberanian dan fisik yang mumpuni, mengarungi sungai terpanjang di pulau Sumatera ini juga dibutuhkan mental yang kuat.
Ini lantaran lamanya waktu pengarungan dan beratnya medan yang harus dilalui, seperti derasnya arus dan banyaknya pusaran air atau biasa masyarakat menyebut ulak. Belum lagi banyaknya buaya dan binatang buas di beberapa titik pengarungan serta rawannya rute pengarungan dari aksi pelaku kejahatan, mengharuskan anggota tim EMR ekstra waspada.
“Agar tidak kemalaman di perjalanan, menjelang sore kita menyempatkan singgah di dusun yang kita temui di sepanjang rute. Selain beristirahat untuk persiapan esok, kita juga melakukan penanaman pohon, menebar benih ikan dan lain-lain . Ini untuk mengampanyekan pesan penyelamatan lingkungan,” kata Kapten Tim Walius Putrawan.
Pria yang akrab disapa Caping ini memaparkan, saat ini misi penyelamatan lingkungan terutama di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Musi mendesak dilakukan. Sebab, sungai Musi sebagai sumber utama kehidupan masyarakat, seperti mencari ikan dan potensi lainnya. Kini malah makin rusak parah dan tercemar, akibat maraknya aktivitas industri di bagian hulu dan limbah pabrik di pinggir Sungai Musi.
"Sungai Musi bagi masyarakat ibarat ibu. Sama halnya dengan ibu, sungai Musi senantiasa memberikan kehidupan bagi masyarakat,” ujar Caping.
Ketua panitia Mugi Abdurrahman alias Kibo mengatakan, ekspedisi yang mereka gagas ini bukan kali pertama dilakukan. Bahkan sejak 1988 EMR I mengambil start dari Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin dan finish di Palembang. Lalu, EMR II tahun 1992 mengambil start di Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas dan finish di Palembang.
Kemudian, EMR III tahun 1996 start dari Tebing Tinggi Kabupaten Empatlawang dan finish di Palembang. Sedangkan EMR IV (peduli) tahun 1999, start dari Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin dan finish Palembang.
Jika ditotal, jarak yang ditempuh tim EMR I sampai EMR V, nantinya mencapai 2.000 km lebih. Jarak tempuh perjalanan ini bahkan lebih panjang dari Sungai Musi, yang hanya 750 km. “Banyak pihak berharap kegiatan ini diusulkan untuk masuk Muri (Museum Rekor Indonesia),” kata Kibo.
Ketua Muri Jaya Suprana menilai, usulan pemecahan rekor mengarungi sungai terpanjang dengan rakit sangat positif, apalagi dilakukan sekelompok mahasiswa yang peduli lingkungan. “Asal faktor keselamatan (tim yang ikut pengarungan) benar-benar diperhatikan. Jangan sampai semangat mencipta rekor mengabaikan keselamatan tim,” ujar Jaya Suprana.
Nantinya, lanjut Jaya Suprana, setelah panitia atau perwakilan tim EMR menyampaikan usulan berikut persyaratan dan dokumen kegiatan, pihak Muri selekasnya membentuk tim yang akan melakukan verifikasi.
Penggalan syair di atas mengiringi laju rakit bambu berukuran 4x8 meter yang membelah derasnya arus sungai Musi, siang itu. Di bawah terik matahari, sembilan mahasiswa tampak bersemangat mendayung menuju titik persinggahan di sebuah dusun terpencil di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Provinsi Sumatera Selatan.
Dusun kecil bernama Bingin Janggut itu, salah satu dari sekian banyak dusun yang menjadi persinggahan tim Ekspedisi Musi River (EMR) Kibar Bendera Asian Games. Di dusun ini, anggota tim yang tergabung dalam wadah Generasi Mahasiswa Persaudaraan Alam dan Lingkungan Hidup (Gema Persada LH) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang (FP-UMP), menyempatkan untuk menginap semalam.
Rute yang ditempuh tim EMR sendiri masih sangat panjang, yakni harus melewati dua kabupaten, Musi Banyuasin (Muba) dan Banyuasin. Direncanakan berakhir di Kota Palembang, 17 Agustus. Adapun panjang jarak yang ditempuh tim ekspedisi, mencapai 550 km lebih dengan lama pengarungan satu bulan.
Tentu bukan hal mudah mengarungi sungai Musi dengan menggunakan rakit, dan tak sembarang orang mampu melakukannya. Selain keberanian dan fisik yang mumpuni, mengarungi sungai terpanjang di pulau Sumatera ini juga dibutuhkan mental yang kuat.
Ini lantaran lamanya waktu pengarungan dan beratnya medan yang harus dilalui, seperti derasnya arus dan banyaknya pusaran air atau biasa masyarakat menyebut ulak. Belum lagi banyaknya buaya dan binatang buas di beberapa titik pengarungan serta rawannya rute pengarungan dari aksi pelaku kejahatan, mengharuskan anggota tim EMR ekstra waspada.
“Agar tidak kemalaman di perjalanan, menjelang sore kita menyempatkan singgah di dusun yang kita temui di sepanjang rute. Selain beristirahat untuk persiapan esok, kita juga melakukan penanaman pohon, menebar benih ikan dan lain-lain . Ini untuk mengampanyekan pesan penyelamatan lingkungan,” kata Kapten Tim Walius Putrawan.
Pria yang akrab disapa Caping ini memaparkan, saat ini misi penyelamatan lingkungan terutama di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Musi mendesak dilakukan. Sebab, sungai Musi sebagai sumber utama kehidupan masyarakat, seperti mencari ikan dan potensi lainnya. Kini malah makin rusak parah dan tercemar, akibat maraknya aktivitas industri di bagian hulu dan limbah pabrik di pinggir Sungai Musi.
"Sungai Musi bagi masyarakat ibarat ibu. Sama halnya dengan ibu, sungai Musi senantiasa memberikan kehidupan bagi masyarakat,” ujar Caping.
Ketua panitia Mugi Abdurrahman alias Kibo mengatakan, ekspedisi yang mereka gagas ini bukan kali pertama dilakukan. Bahkan sejak 1988 EMR I mengambil start dari Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin dan finish di Palembang. Lalu, EMR II tahun 1992 mengambil start di Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas dan finish di Palembang.
Kemudian, EMR III tahun 1996 start dari Tebing Tinggi Kabupaten Empatlawang dan finish di Palembang. Sedangkan EMR IV (peduli) tahun 1999, start dari Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin dan finish Palembang.
Jika ditotal, jarak yang ditempuh tim EMR I sampai EMR V, nantinya mencapai 2.000 km lebih. Jarak tempuh perjalanan ini bahkan lebih panjang dari Sungai Musi, yang hanya 750 km. “Banyak pihak berharap kegiatan ini diusulkan untuk masuk Muri (Museum Rekor Indonesia),” kata Kibo.
Ketua Muri Jaya Suprana menilai, usulan pemecahan rekor mengarungi sungai terpanjang dengan rakit sangat positif, apalagi dilakukan sekelompok mahasiswa yang peduli lingkungan. “Asal faktor keselamatan (tim yang ikut pengarungan) benar-benar diperhatikan. Jangan sampai semangat mencipta rekor mengabaikan keselamatan tim,” ujar Jaya Suprana.
Nantinya, lanjut Jaya Suprana, setelah panitia atau perwakilan tim EMR menyampaikan usulan berikut persyaratan dan dokumen kegiatan, pihak Muri selekasnya membentuk tim yang akan melakukan verifikasi.
(rhs)