BPS Sebut Penduduk Miskin di Jatim Turun

Senin, 17 Juli 2017 - 17:30 WIB
BPS Sebut Penduduk Miskin...
BPS Sebut Penduduk Miskin di Jatim Turun
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) menyebut warga miskin di Jatim mengalami penurunan. Dari data yang dimilik BPS, warga miskin di Jatim periode hingga Maret tercatat 4.617.000 jiwa, turun sekitar 21.000 jiwa dibanding September 2016 sebanyak 4.638.000 jiwa.

Jumlah penduduk miskin itu sekitar 11,77% dari total jumlah penduduk di Jatim yang sebanyak 38 juta jiwa. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono mengatakan, faktor penyebab penurunan penduduk miskin rendahnya inflasi yang hanya sebesar 2,45% pada Maret.

Selain itu harga beras turun 1,32%, yaitu dari Rp9.363 per kilogram (kg) pada September 2016 menjadi Rp9.240 per kg pada Maret. Harga eceran beberapa komoditas bahan pokok juga turun seperti telur ayam ras, cabe merah dan gula pasir. Masing-masing turun sebesar 4,19%, 26,30%, dan 4,32%.

“Ditambah nominal rata-rata upah buruh tani per hari/orang naik 13,99%. Dari Rp38.049 pada September 2016 menjadi Rp43.371 pada Maret 2017,” katanya.

Dari segi daerah kota dan desa, kata dia, selama September 2016 hingga Maret 2017, penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan turun 0,04% dan di perdesaan turun 0,01%. Pada periode ini garis kemiskinan naik 3,92% atau naik Rp12.920 per kapita per bulan.

Dari Rp329.172 per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp342.092 per kapita per bulan pada Maret 2017. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan naik 4,53%. “Sedangkan di perdesaan naik 3,25%,” ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo menargetkan, angka kemiskinan di Jatim bisa di bawah angka rata-rata jumlah penduduk miskin di Indonesia yang di kisaran 10%. Untuk itu, pihaknya menginstruksikan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jatim melakukan pemetaan secara rinci penyebab utama tingginya angka kemiskinan.

“Tiga bidang yang menjadi sorotan utama kami adalah pendidikan, kesehatan dan tenaga kerja,” terangnya.

Menurut Soekarwo, ketiga masalah tersebut berkaitan satu sama lain. Kemiskinan terjadi karena penduduk menganggur. Penduduk menganggur karena pendidikan terbatas. Oleh sebab itu untuk mengurangi kemiskinan maka pendidikan perlu diutamakan.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2810 seconds (0.1#10.140)