Masjid Agung Jateng Jadi Pusat Kajian Islam Internasional dan Simbol Perdamaian
A
A
A
SEMARANG - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) akan dikembangkan sebagai masjid berjaringan internasional. Dewan Pengurus Pelaksana (DPP) MAJT telah menjalin kerja sama dengan masjid raya di sejumlah negara di antaranya China, Amerika Serikat, Rusia, Malaysia, dan Australia hingga sejumlah negara Eropa.
Ketua DPP MAJT KH Noor Ahmad MAA Noor mengungkapkan, bentuk jalinan kerja sama yang utama meliputi bidang dakwah, pendidikan atau beasiswa dan pengembangan masjid. Harapannya, MAJT juga bisa menjadi simbol perdamaian masyarakat dunia.
“Ya supaya Islam di seluruh dunia itu satu, damai, tidak ada radikalisme, sekuler, mengkafirkan yang lain. Hubungan antar masyarakat damai seperti yang dibawa Rasul Muhammad SAW,” kata Noor Ahmad di Semarang, Jumat (14/7/2017).
Dia menyebutkan, belum lama ini MAJT kedatangan Imam masjid di New York, Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali, yang juga salah satu simbol toleransi di AS. Tokoh-tokoh Islam dari Negeri Tirai Bambu sebelumnya juga sudah menjalin kerja sama dengan MAJT. Begitu juga ulama-ulama dari Malaysia.
“Saat di Moskow Rusia, imam masjid besar di sana juga berkeinginan berkunjung ke Semarang. Suatu saat kami lakukan kerja sama serupa dengan masjid-masjid di Eropa,” ujar mantan Rektor Unwahas Semarang ini.
Menurut dia, fungsi masjid ini bukan hanya dijadikan tempat bernaungnya umat Islam di Indonesia, namun juga umat lain. “Yang kami kembangkan masjid untuk umat dan semua umat akan berlindung pada masjid. Saya kira itu yang dilakukan Nabi Muhammad,” kata Noor Ahmad.
Di sisi lain, MAJT juga akan dijadikan sebagai pusat kajian dan pengembangan Islam Nusantara. Bahkan pengembangannya ditarget hingga berskala internasional. “Jika MAJT jadi ikon internasional, maka akan jadi pusat kajian masyarakat dunia sehingga diharapkan akan jadi rujukan, atau simbol sebagai Islam wasathiyah di Indonesia,” paparnya.
Ketua DPP MAJT KH Noor Ahmad MAA Noor mengungkapkan, bentuk jalinan kerja sama yang utama meliputi bidang dakwah, pendidikan atau beasiswa dan pengembangan masjid. Harapannya, MAJT juga bisa menjadi simbol perdamaian masyarakat dunia.
“Ya supaya Islam di seluruh dunia itu satu, damai, tidak ada radikalisme, sekuler, mengkafirkan yang lain. Hubungan antar masyarakat damai seperti yang dibawa Rasul Muhammad SAW,” kata Noor Ahmad di Semarang, Jumat (14/7/2017).
Dia menyebutkan, belum lama ini MAJT kedatangan Imam masjid di New York, Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali, yang juga salah satu simbol toleransi di AS. Tokoh-tokoh Islam dari Negeri Tirai Bambu sebelumnya juga sudah menjalin kerja sama dengan MAJT. Begitu juga ulama-ulama dari Malaysia.
“Saat di Moskow Rusia, imam masjid besar di sana juga berkeinginan berkunjung ke Semarang. Suatu saat kami lakukan kerja sama serupa dengan masjid-masjid di Eropa,” ujar mantan Rektor Unwahas Semarang ini.
Menurut dia, fungsi masjid ini bukan hanya dijadikan tempat bernaungnya umat Islam di Indonesia, namun juga umat lain. “Yang kami kembangkan masjid untuk umat dan semua umat akan berlindung pada masjid. Saya kira itu yang dilakukan Nabi Muhammad,” kata Noor Ahmad.
Di sisi lain, MAJT juga akan dijadikan sebagai pusat kajian dan pengembangan Islam Nusantara. Bahkan pengembangannya ditarget hingga berskala internasional. “Jika MAJT jadi ikon internasional, maka akan jadi pusat kajian masyarakat dunia sehingga diharapkan akan jadi rujukan, atau simbol sebagai Islam wasathiyah di Indonesia,” paparnya.
(mcm)