Orang Tua Penderita Talasemia Kelimpungan Cari Donor Darah
A
A
A
TASIKMALAYA - Sejumlah orang tua yang memiliki anak menderita talasemia di RS Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya mengaku kelimpungan untuk bisa mendapatkan darah. Sebab, penyumbang darah sukarela menjadi sangat jarang mendonorkan darahnya karena khawatir bisa membatalkan puasa, sementara pihak keluarga sudah tidak memungkinkan untuk mendonorkan darah.
Pengurus Perhimpunan Orang Tua Penderita Talasemia Indonesia (POPTI) Tasikmalaya Oos mengatakan, penderita talasemia yang ada di RS Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya saat ini mencapai 75 orang, yang rata-rata harus mendapatkan donor seminggu sekali, dua minggu sekali, hingga tiga minggu sekali. Jika dirata-ratakan, kebutuhan darah bagi penderita talasemia setiap bulannya mencapai 120 labu yang selama ini diberikan dari para pendonor sukarela.
"Di sisi lain, menjelang Lebaran atau sekitar hari Rabu (21/6/2017) mendatang UTD RS Dr Soekardjo berencana akan tutup karena pegawainya harus menyiapkan kebutuhan Lebaran, sedangkan kebutuhan darah bagi anak-anak terdata butuh Golongan Darah A sebanyak enam labu, B sebanyak dua labu, AB empat labu, serta O sebanyak 15 labu lagi yang belum terpenuhi yang harus dipersiapkan bagi mereka. Saat ini saya sedang kelimpungan untuk mencari pendonornya," kata Oos, Sabtu (17/6/2017).
Opsi terakhir yang akan dilakukan Oos adalah mencari pendonor ke KSR Unsil, AMS, dan terakhir meminta bantuan ke Kodim dan Brigif Tasikmalaya yang selama ini memang kerap membantu. "Mudah-mudahan saja sebelum batas waktu yang ditentukan saya bisa menemukan pendonor bagi mereka, sehingga kebutuhan darahnya terpenuhi. Kasihan jika mereka lama tidak mendapatkan donor, akan sangat menderita bahkan bisa berakibat fatal," katanya.
Berdasarkan informasi, memasuki bulan puasa ini, stok 30 labu darah dihasilkan dari para pendonor sukarela di UTD RS Dr Soekardjo. Darah itu dipergunakan untuk keluarganya yang membutuhkan, bukan secara khusus bagi para penderita talasemia.
"Setelah magrib ramainya di sini yang mendonorkan darah, memang ada sebagian yang diberikan bagi penderita talasemia tetapi kebanyakan hanya sebagai pendonor pengganti bagi keluarganya yang sakit dan membutuhkan darah. Kami pun berharap ada solusi dan warga yang memang tidak menjalankan ibadah puasa untuk bisa mendonorkan darahnya," ujar Pengelola UTD RS Dr Soekardjo Yundi Ariandi.
Pengurus Perhimpunan Orang Tua Penderita Talasemia Indonesia (POPTI) Tasikmalaya Oos mengatakan, penderita talasemia yang ada di RS Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya saat ini mencapai 75 orang, yang rata-rata harus mendapatkan donor seminggu sekali, dua minggu sekali, hingga tiga minggu sekali. Jika dirata-ratakan, kebutuhan darah bagi penderita talasemia setiap bulannya mencapai 120 labu yang selama ini diberikan dari para pendonor sukarela.
"Di sisi lain, menjelang Lebaran atau sekitar hari Rabu (21/6/2017) mendatang UTD RS Dr Soekardjo berencana akan tutup karena pegawainya harus menyiapkan kebutuhan Lebaran, sedangkan kebutuhan darah bagi anak-anak terdata butuh Golongan Darah A sebanyak enam labu, B sebanyak dua labu, AB empat labu, serta O sebanyak 15 labu lagi yang belum terpenuhi yang harus dipersiapkan bagi mereka. Saat ini saya sedang kelimpungan untuk mencari pendonornya," kata Oos, Sabtu (17/6/2017).
Opsi terakhir yang akan dilakukan Oos adalah mencari pendonor ke KSR Unsil, AMS, dan terakhir meminta bantuan ke Kodim dan Brigif Tasikmalaya yang selama ini memang kerap membantu. "Mudah-mudahan saja sebelum batas waktu yang ditentukan saya bisa menemukan pendonor bagi mereka, sehingga kebutuhan darahnya terpenuhi. Kasihan jika mereka lama tidak mendapatkan donor, akan sangat menderita bahkan bisa berakibat fatal," katanya.
Berdasarkan informasi, memasuki bulan puasa ini, stok 30 labu darah dihasilkan dari para pendonor sukarela di UTD RS Dr Soekardjo. Darah itu dipergunakan untuk keluarganya yang membutuhkan, bukan secara khusus bagi para penderita talasemia.
"Setelah magrib ramainya di sini yang mendonorkan darah, memang ada sebagian yang diberikan bagi penderita talasemia tetapi kebanyakan hanya sebagai pendonor pengganti bagi keluarganya yang sakit dan membutuhkan darah. Kami pun berharap ada solusi dan warga yang memang tidak menjalankan ibadah puasa untuk bisa mendonorkan darahnya," ujar Pengelola UTD RS Dr Soekardjo Yundi Ariandi.
(zik)