Presma BEM UMM: Kampung Adalah Identitas Nusantara
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (BEMU UMM) hari ini Minggu (21/5/2017) melakukan studi banding ke Kampung Budaya Polowijen (KBP). Dalam kunjungan tersebut, fungsionaris BEMU diterima oleh penggagas KBP, Ki Demang.
"Kami studi sejarah seni dan kebudayaan yang ada di KBP. Selain itu, kami juga mengikuti serangkaian kegiatan antara lain, senam sehat Polowijen; latihan tari Topeng Malang, workshop kriya topeng dan batik, dan diakhiri dengan sarahehan bareng warga Polowijen," kata Presiden Mahasiswa BEMU, Fais Mirwan Hamid dalam siaran persnya yang diterima SINDOnews.
Fais mengatakan, mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa, sudah seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga, merawat kebudayaan yang tak lain adalah warisan Nusantara.
Kampung atau desa, lanjut mahasiswa akhir Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIPOL UMM itu, adalah 'halaman' depan bangsa Indonesia. Dari situlah sebenarnya kita semua mengenal identitas nusantara yang menjadi kebanggaan merah putih Republik Indonesia.
"Kampung Budaya Polowijen, dan kampung-kampung budaya lain adalah miniatur kekayaan sejarah seni dan budaya Nusantara," ujar Fais.
Sebagai puncak kegiatan, pengurus BEM UMM secara simbolis memberikan sumbangan satu buah gazebo kepada KBP.
Menurut Fais, gazebo tersebut diberikan secara hibah kepada masyarakat Polowijen, yang akan difungsikan untuk latihan membatik, memahat topeng Malangan, maupun sebagai kios budaya yang menjual pernak-pernik hasil karya masyarakat Polowijen, dan pastinya juga sebagai tempat bimbingan belajar (bimbel) bagi anak-anak Polowijen.
"Semoga dengan kegiatan ini bisa memberikan manfaat besar bagi masyarakat Polowijen, dan bagi kami yang masih menyandang mahasiswa harus memiliki kepekaan sosial yang kuat, visioner demi perubahan bangsa yang lebih baik," pungkas Fais.
"Kami studi sejarah seni dan kebudayaan yang ada di KBP. Selain itu, kami juga mengikuti serangkaian kegiatan antara lain, senam sehat Polowijen; latihan tari Topeng Malang, workshop kriya topeng dan batik, dan diakhiri dengan sarahehan bareng warga Polowijen," kata Presiden Mahasiswa BEMU, Fais Mirwan Hamid dalam siaran persnya yang diterima SINDOnews.
Fais mengatakan, mahasiswa sebagai agen perubahan bangsa, sudah seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menjaga, merawat kebudayaan yang tak lain adalah warisan Nusantara.
Kampung atau desa, lanjut mahasiswa akhir Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIPOL UMM itu, adalah 'halaman' depan bangsa Indonesia. Dari situlah sebenarnya kita semua mengenal identitas nusantara yang menjadi kebanggaan merah putih Republik Indonesia.
"Kampung Budaya Polowijen, dan kampung-kampung budaya lain adalah miniatur kekayaan sejarah seni dan budaya Nusantara," ujar Fais.
Sebagai puncak kegiatan, pengurus BEM UMM secara simbolis memberikan sumbangan satu buah gazebo kepada KBP.
Menurut Fais, gazebo tersebut diberikan secara hibah kepada masyarakat Polowijen, yang akan difungsikan untuk latihan membatik, memahat topeng Malangan, maupun sebagai kios budaya yang menjual pernak-pernik hasil karya masyarakat Polowijen, dan pastinya juga sebagai tempat bimbingan belajar (bimbel) bagi anak-anak Polowijen.
"Semoga dengan kegiatan ini bisa memberikan manfaat besar bagi masyarakat Polowijen, dan bagi kami yang masih menyandang mahasiswa harus memiliki kepekaan sosial yang kuat, visioner demi perubahan bangsa yang lebih baik," pungkas Fais.
(nag)