Banjir di Kotawaringin Barat Rendam Puluhan Rumah Hingga 1,5 Meter
A
A
A
KOTAWARINGIN BARAT - Sudah satu minggu, banjir merendam puluhan rumah di RT 1 dan RT 2, Kelurahan Pangkut, Kecamatan Arut Utara (Aruta), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng. Banjir akibat luapan Sungai Arut itu sudah merendam puluhan rumah yang berada di bantaran sungai setinggi hampir 1,5 meter. Banjir juga merendam sejumlah desa lainnya di kecamatan paling jauh di Bumi Marunting Batu Aji tersebut.
"Sudah seminggu banjirnya, air saat ini sudah mulai surut, tapi rumah yang di bantaran sungai masih 1,5 meter," kata Lugas, warga RT 1 Kelurahan Pangkut, Kamis (18/5/2017). Belum ada warga yang dievakuasi. Ketinggian banjir juga tidak menghambat aktivitas warga.
"Banjir memang sudah biasa terjadi di sini. Tahun ini saja sudah terjadi tiga kali. Kalau ketinggian banjirnya belum mencapai 2 meter, kami masih bertahan di rumah. Kecuali kalau rumah kami sudah tenggelam, kami mengungsi," timpalnya.
Banjir sepekan juga diakui warga setempat, Narto. Belum ada tinjauan dari pemerintah daerah. Dia menegaskan, biasanya pemerintah datang setelah banjir parah. "Baru nanti datang bantuan. Kalau masih tingginya sampai lutut seperti ini, jarang," ungkapnya.
Pantauan di lapangan, jalan poros perkampungan kelurahan tersebut sebagian sudah terendam banjir setinggi 60 centimeter. Beberapa warga nekat melintasi banjir tersebut menggunakan sepeda motor.
"Jalan yang bisa dilewati motor hanya ini saja, nggak ada lagi. Terpaksa kami lewati selama masih bisa dilewati," ujarnya.
Banjir yang merendam merupakan banjir kiriman dari dua kabupaten yakni Lamandau dan Seruyan. Curah hujan tinggi dari dua kabupaten tetangga itu meningkatkan debit beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Arut.
"Sudah seminggu banjirnya, air saat ini sudah mulai surut, tapi rumah yang di bantaran sungai masih 1,5 meter," kata Lugas, warga RT 1 Kelurahan Pangkut, Kamis (18/5/2017). Belum ada warga yang dievakuasi. Ketinggian banjir juga tidak menghambat aktivitas warga.
"Banjir memang sudah biasa terjadi di sini. Tahun ini saja sudah terjadi tiga kali. Kalau ketinggian banjirnya belum mencapai 2 meter, kami masih bertahan di rumah. Kecuali kalau rumah kami sudah tenggelam, kami mengungsi," timpalnya.
Banjir sepekan juga diakui warga setempat, Narto. Belum ada tinjauan dari pemerintah daerah. Dia menegaskan, biasanya pemerintah datang setelah banjir parah. "Baru nanti datang bantuan. Kalau masih tingginya sampai lutut seperti ini, jarang," ungkapnya.
Pantauan di lapangan, jalan poros perkampungan kelurahan tersebut sebagian sudah terendam banjir setinggi 60 centimeter. Beberapa warga nekat melintasi banjir tersebut menggunakan sepeda motor.
"Jalan yang bisa dilewati motor hanya ini saja, nggak ada lagi. Terpaksa kami lewati selama masih bisa dilewati," ujarnya.
Banjir yang merendam merupakan banjir kiriman dari dua kabupaten yakni Lamandau dan Seruyan. Curah hujan tinggi dari dua kabupaten tetangga itu meningkatkan debit beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Arut.
(sms)