Empat Titik Situs Pemandian Kuno Ditemukan di Malang
A
A
A
MALANG - Sedikitnya empat titik situs pemandian (petirtaan) kuno ditemukan di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Situs ini berada di tebing Sungai Manten yang melintasi perbatasan desa tersebut.
Keempat situs ini posisinya berada di tebing sungai yang jenis batuannya merupakan batu cadas. Namun, dilihat dengan kasat mata, batu cadasnya berbeda dengan batu cadas yang berada di sungai. Lebih keras dari batu cadas biasa.
Kalau diukur secara keseluruhan, situs yang ditemukan ini berada di sekitar 100 meter tebing sungai. Diduga masih ada situs lainnya yang merupakan bagian ari situs ini.
Di lokasi paling ujung timur situsnya seperti petirtaan yang terdapat sembilan arca. Namun, arca tersebut bentuknya sudah aus dan sulit dikenali. Hanya beberapa saja seperti arca Ganesha, Dewa Wisnu, dan Shiwa yang bisa dideteksi.
Arca-arca ini di atasnya seperti jalannya pancuran air yang diduga dulu ada jaladwara atau pancuran yang salah satunya ada di Balai Desa Ngawonggo. Jaladwara ini terbuat dari batu andesit yang sengaja didatangkan untuk melengkapi situs ini.
Di sebelah situs yang terdiri dari sembilan pancuran ini ada sebuah bangunan yang mirip kolam bertingkat dua. Kolam tersebut berukuran sekitar 5x6 meter dan 4x5 meter. Kolam satu dan kolam dua dipisahkan saluran untuk mengalirkan air. Beberapa relief yang diduga berupa angka-angka juga terukir di dinding kolam.
Di sebelahnya lagi, juga ada seperti tebing yang terukir dan ada lubang yang diduga ada gua atau reruntuhan bangunan. Di sebelahnya lagi atau paling barat juga ada semacam petirtaan juga yang masih mengalir air dari atasnya yang kini difungsikan sebagai saluran irigasi.
Menurut Haryoto, juru kunci candi-candi se-Malang Raya langung melakukan survei awal setelah kabar ini menyebar di media sosial. Bersama juru pelihara dari candi Kidal yang juga berada di kawasan tajinan, dan Candi Badut, Hartoyo menyusuri bentuk detail candi untuk diamati dan dijadikan laporan ke Balai Pelestarian peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan.
"Ini masih survei awal, nanti akan kita laporkan dan menunggu tindakan dari sana seperti apa," kata Hartoyo, Selasa (26/4/2017).
Situs petirtaan yang berada di tebing Sungai Manten ini pertama kali disebar di media sosial oleh Yasin, pemuda setempat dan temannya, Senin (24/4/2017). Respons dari warga netizan dan para pemerhati situs-situs purbakala sangat cepat sehingga langsung dilakukan survei awal. Kepala Desa setempat juga langsung menggelar rapat koordinasi sambil menunggu tindakan dari pihak berwenang bagaimana langkah selanjutnya terkait petirtaan ini.
Keempat situs ini posisinya berada di tebing sungai yang jenis batuannya merupakan batu cadas. Namun, dilihat dengan kasat mata, batu cadasnya berbeda dengan batu cadas yang berada di sungai. Lebih keras dari batu cadas biasa.
Kalau diukur secara keseluruhan, situs yang ditemukan ini berada di sekitar 100 meter tebing sungai. Diduga masih ada situs lainnya yang merupakan bagian ari situs ini.
Di lokasi paling ujung timur situsnya seperti petirtaan yang terdapat sembilan arca. Namun, arca tersebut bentuknya sudah aus dan sulit dikenali. Hanya beberapa saja seperti arca Ganesha, Dewa Wisnu, dan Shiwa yang bisa dideteksi.
Arca-arca ini di atasnya seperti jalannya pancuran air yang diduga dulu ada jaladwara atau pancuran yang salah satunya ada di Balai Desa Ngawonggo. Jaladwara ini terbuat dari batu andesit yang sengaja didatangkan untuk melengkapi situs ini.
Di sebelah situs yang terdiri dari sembilan pancuran ini ada sebuah bangunan yang mirip kolam bertingkat dua. Kolam tersebut berukuran sekitar 5x6 meter dan 4x5 meter. Kolam satu dan kolam dua dipisahkan saluran untuk mengalirkan air. Beberapa relief yang diduga berupa angka-angka juga terukir di dinding kolam.
Di sebelahnya lagi, juga ada seperti tebing yang terukir dan ada lubang yang diduga ada gua atau reruntuhan bangunan. Di sebelahnya lagi atau paling barat juga ada semacam petirtaan juga yang masih mengalir air dari atasnya yang kini difungsikan sebagai saluran irigasi.
Menurut Haryoto, juru kunci candi-candi se-Malang Raya langung melakukan survei awal setelah kabar ini menyebar di media sosial. Bersama juru pelihara dari candi Kidal yang juga berada di kawasan tajinan, dan Candi Badut, Hartoyo menyusuri bentuk detail candi untuk diamati dan dijadikan laporan ke Balai Pelestarian peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan.
"Ini masih survei awal, nanti akan kita laporkan dan menunggu tindakan dari sana seperti apa," kata Hartoyo, Selasa (26/4/2017).
Situs petirtaan yang berada di tebing Sungai Manten ini pertama kali disebar di media sosial oleh Yasin, pemuda setempat dan temannya, Senin (24/4/2017). Respons dari warga netizan dan para pemerhati situs-situs purbakala sangat cepat sehingga langsung dilakukan survei awal. Kepala Desa setempat juga langsung menggelar rapat koordinasi sambil menunggu tindakan dari pihak berwenang bagaimana langkah selanjutnya terkait petirtaan ini.
(wib)