Cerita Pilu Anak Korban Tragedi Pasar Bitung Berdarah
A
A
A
Kristina Hilato (15) anak sulung Farida Abdul (39) korban pembunuhan di Pasar Winenet Bitung meminta agar pelaku yang juga merupakan ayah kandungnya dihukum seberat-beratnya.
"Walau pun dia (pelaku) adalah ayah kandung saya dan 3 orang adik, namun saya berharap jika bisa hukuman yang diberikan bisa sama dengan yang dialami oleh ibu saya sekarang ini," ujarnya dengan mata berkaca- kaca, selasa (18/4/2017).
Menurut siswa kelas IX SMP ini, sejak dirinya duduk di kelas 5 SD, ayahnya yang juga pelaku pembunuhan memang sudah tidak tinggal bersama dengan mereka. "Selama ini yang menghidupi kami berempat adalah ibu. Walau pun kerjanya hanya berjualan sayur namun Alhamdulilah, saya masih bisa sekolah," tuturnya.
Malam sebelum kejadian pahit itu menurut remaja berambut ikal ini sempat diberitahu ibunya bahwa jika ayah mereka datang tidak usah dibukakan pintu.
"Mama pesan kalau papa datang ke kosan kami di dalam pasar agar tidak usah dibuka pintu sebab, mama sudah tidak ingin lagi bertemu. Saya masih sempat melihat mama mengurus sayur yang akan dipakai berjualan besoknya namun karena harus sekolah, saya akhirnya tidur duluan. Paginya baru dengar ada kejadian ini," tambahnya.
Selama ibu dan pelaku pisah ranjang, menurut dia, tidak pernah sekali pun ayahnya datang untuk memberi nafkah pada mereka. Yang ada justru ayahnya yang kerap datang mendadak minta uang pada ibunya.
"Sekarang, mama sudah meninggal namun ada pesan yang disampaikan pada saya bahwa saya harus terus sekolah agar bisa membantu adik-adik yang masih kecil," imbuhnya.
Kristina sendiri mengutarakan, mereka 4 orang kakak beradik, 2 orang perempuan dan dua orang laki-laki, masing masing dirinya sebagai anak sulung, Marsya Hilato (10) putus sekolah, Muhhamad Iksan Hilato (4) dan bungsu Zulkifli Hilato (2,5). Dan mereka kini tinggal di rumah nenek mereka Kartini Sumaila (56).
"Walau pun dia (pelaku) adalah ayah kandung saya dan 3 orang adik, namun saya berharap jika bisa hukuman yang diberikan bisa sama dengan yang dialami oleh ibu saya sekarang ini," ujarnya dengan mata berkaca- kaca, selasa (18/4/2017).
Menurut siswa kelas IX SMP ini, sejak dirinya duduk di kelas 5 SD, ayahnya yang juga pelaku pembunuhan memang sudah tidak tinggal bersama dengan mereka. "Selama ini yang menghidupi kami berempat adalah ibu. Walau pun kerjanya hanya berjualan sayur namun Alhamdulilah, saya masih bisa sekolah," tuturnya.
Malam sebelum kejadian pahit itu menurut remaja berambut ikal ini sempat diberitahu ibunya bahwa jika ayah mereka datang tidak usah dibukakan pintu.
"Mama pesan kalau papa datang ke kosan kami di dalam pasar agar tidak usah dibuka pintu sebab, mama sudah tidak ingin lagi bertemu. Saya masih sempat melihat mama mengurus sayur yang akan dipakai berjualan besoknya namun karena harus sekolah, saya akhirnya tidur duluan. Paginya baru dengar ada kejadian ini," tambahnya.
Selama ibu dan pelaku pisah ranjang, menurut dia, tidak pernah sekali pun ayahnya datang untuk memberi nafkah pada mereka. Yang ada justru ayahnya yang kerap datang mendadak minta uang pada ibunya.
"Sekarang, mama sudah meninggal namun ada pesan yang disampaikan pada saya bahwa saya harus terus sekolah agar bisa membantu adik-adik yang masih kecil," imbuhnya.
Kristina sendiri mengutarakan, mereka 4 orang kakak beradik, 2 orang perempuan dan dua orang laki-laki, masing masing dirinya sebagai anak sulung, Marsya Hilato (10) putus sekolah, Muhhamad Iksan Hilato (4) dan bungsu Zulkifli Hilato (2,5). Dan mereka kini tinggal di rumah nenek mereka Kartini Sumaila (56).
(nag)