Voice of Malang, Suguhan Spektakuler Bangkitnya Kembalinya Tari Topeng Malang
A
A
A
MALANG - Sebanyak 103 penari kolosal Grebeg Jowo akan berkolaborasi dengan 103 pemain keyboard dan 103 vocal Voice of Malang dalam HUT ke-103 Kota Malang. Acara yang dihelat oleh Sekolah Budaya Tunggulwulung dan Kampung Budaya Polowijen ini bertajuk "Malang Adalah Bumi Para Pemberani". Acara ini dipersembahkan oleh para pemberani yang tergabung dalam Musik Malang Bersatu (MMB) untuk merayakan HUT ke-103 Kota Malang.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen Ki Demang mengatakan, Voice of Malang adalah sebuah event spektakuler dan paling fenomenal di Kota Malang pada Tahun 2017 ini.
Menurutnya, Kota Malang saat ini memang semakin berwarna-warni. Meski demikian, warna-warninya kurang lengkap tanpa kehadiran Para Pemberani yang tergabung dalam MMB. Kota Malang tidak akan mempunyai 'suara' yang gelombang gema dan gaungnya mampu didengar dunia, bahkan tercatat dalam sejarah.
"Voice of Malang adalah sebuah bukti nyata dari dharma bhakti dan gotong royong, yang menjadi jiwa dan karakter dari arek-arek Malang, ujar dia di Malang, Jumat (14/4/2017) malam.
Ketua Sanggar Mangun Darmo Tumpang Malang Ki Soleh Adi Pramono mengatakan, kolaborasi 103 penari kolosal Grebeg Jowo dengan 103 pemain keyboard dan vocal Voice of Malang menunjukkan eksistensi diri bahwa Tari Topeng Malang dapat berkolaborasi menjadi satu pertunjukan musik kontemporer.
"Inilah kreativitas berkesenian yang tiada henti dan tidak pernah mati," ujar Ki Soleh.
Ki Soleh yang juga guru tari dalang wayang topeng akhir-akhir ini mengaku gelisah tentang arti pentingnya seni dan budaya dalam kehidupan. Menurutnya, generasi muda saat ini tidak banyak yang paham seni Tari Topeng Malang ini.
Adanya event kolaborasi dalam Voice of Malang akhir pekan ini, menurut dia, akan menjawab kegelisahannya, yakni bangkitnya kembali Tari Topeng Malang yang menjadi ciri khas Malang.
Ki Soleh pun berharap event tersebut menjadi momentum bangkitnya kesadaran masyarakat Malang akan pentingnya seni budaya di Malang yang menyejarah. "Voice of Malang mesti menjadi suguhan yang menarik dan spektakuler untuk lebih mewarnai seni budaya di Kota Malang," kata pengrajin topeng Malang itu.
Cucu Sang Maestro Topeng Malang Ki Suroso berpendapat, kolaborasi Tari Topeng Malang dengan musik-musik masa kini sungguh merupakan terobosan yang mampu mengangkat kembali keberadaan tari topeng Malang.
"Saya sendiri yang sering menari keliling luar negeri, nyatanya Tari Topeng Malang yang saya bawakan mampu menyatu dengan pertunjukan apa pun," kata Ki Suroso.
Dia menambahkan, tari topeng kolosal yang digabungkan dengan musik-musik masa kini sungguh itu merupakan terobosan sekaligus mampu mengangkat kembali nama besar Tari Topeng Malang.
"Siapa pun dapat mewarisi seni tradisi dan kebudayaan yang sangat kaya di Malang Raya ini, salah satunya adalah topeng Malang yang menjadi ciri khas dan ikon daerah Malang," tegasnya.
Ketua Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME se-Malang Raya itu menjelaskan, Tari Topeng Malang mewariskan kekayaan kreasi seni yang mampu beradaptasi terhadap pertunjukan lain, seperti tarian modern, musik gamelan kontemporer, dan mampu dipentaskan di panggung-panggung besar.
"Sekali lagi, saya tegaskan, pentas Voice of Malang mendatang merupakan pentas yang akan mengangkat kembali eksistensi Tari Topeng Malang yang mulai ditinggalkan generasi muda," kata dia.
Dosen Seni Tari Topeng Universitas Negeri Malang Roby Hidajat berpendapat, menyatukan musik kontemporer dengan Tarian Topeng Malang bukan pekerjaan mudah. Apalagi tampil dalam pagelaran besar secara kolosal.
Menurut Roby, acara Voice of Malang dengan iringan orkestra 103 keyboard serta alat musik pendukung lainnya tentu menambah decak kagum bagi para pengunjung yang mengiringi para penari kolosal topeng Grebeg Jowo bisa tampil secara harmoni. "Sungguh sesuatu yang luar biasa dan spektakuler," kata Roby.
Seniwati senior Malang, Meilia Shofa mengatakan, pentas kolaborasi 103 penari kolosal Grebeg Jowo dengan 103 pemain keyboard dan vocal Voice of Malang pada rangkaian HUT ke-103 Kota Malang adalah hal yang menakjubkan.
Meila yang sudah banyak pengalaman pentas tari di beberapa negara itu, mengajak generasi muda agar mau belajar dan memahami seni budaya khususnya tari topeng yang sudah menjadi ikon Malang.
"Pentas tersebut semoga dapat menginspirasi penari-penari topeng khususnya generasi muda yang lain untuk dapat menyuguhkan sesuatu yang berbeda untuk Kota Malang," katanya.
Pemilik Sanggar Padma Kartyasa itu pun juga berharap pentas Voice of Malang itu dapat memotivasi generasi muda lebih kreatif dalam berkarya untuk merawat seni budaya sebagai perekat persatuan bangsa.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen Ki Demang mengatakan, Voice of Malang adalah sebuah event spektakuler dan paling fenomenal di Kota Malang pada Tahun 2017 ini.
Menurutnya, Kota Malang saat ini memang semakin berwarna-warni. Meski demikian, warna-warninya kurang lengkap tanpa kehadiran Para Pemberani yang tergabung dalam MMB. Kota Malang tidak akan mempunyai 'suara' yang gelombang gema dan gaungnya mampu didengar dunia, bahkan tercatat dalam sejarah.
"Voice of Malang adalah sebuah bukti nyata dari dharma bhakti dan gotong royong, yang menjadi jiwa dan karakter dari arek-arek Malang, ujar dia di Malang, Jumat (14/4/2017) malam.
Ketua Sanggar Mangun Darmo Tumpang Malang Ki Soleh Adi Pramono mengatakan, kolaborasi 103 penari kolosal Grebeg Jowo dengan 103 pemain keyboard dan vocal Voice of Malang menunjukkan eksistensi diri bahwa Tari Topeng Malang dapat berkolaborasi menjadi satu pertunjukan musik kontemporer.
"Inilah kreativitas berkesenian yang tiada henti dan tidak pernah mati," ujar Ki Soleh.
Ki Soleh yang juga guru tari dalang wayang topeng akhir-akhir ini mengaku gelisah tentang arti pentingnya seni dan budaya dalam kehidupan. Menurutnya, generasi muda saat ini tidak banyak yang paham seni Tari Topeng Malang ini.
Adanya event kolaborasi dalam Voice of Malang akhir pekan ini, menurut dia, akan menjawab kegelisahannya, yakni bangkitnya kembali Tari Topeng Malang yang menjadi ciri khas Malang.
Ki Soleh pun berharap event tersebut menjadi momentum bangkitnya kesadaran masyarakat Malang akan pentingnya seni budaya di Malang yang menyejarah. "Voice of Malang mesti menjadi suguhan yang menarik dan spektakuler untuk lebih mewarnai seni budaya di Kota Malang," kata pengrajin topeng Malang itu.
Cucu Sang Maestro Topeng Malang Ki Suroso berpendapat, kolaborasi Tari Topeng Malang dengan musik-musik masa kini sungguh merupakan terobosan yang mampu mengangkat kembali keberadaan tari topeng Malang.
"Saya sendiri yang sering menari keliling luar negeri, nyatanya Tari Topeng Malang yang saya bawakan mampu menyatu dengan pertunjukan apa pun," kata Ki Suroso.
Dia menambahkan, tari topeng kolosal yang digabungkan dengan musik-musik masa kini sungguh itu merupakan terobosan sekaligus mampu mengangkat kembali nama besar Tari Topeng Malang.
"Siapa pun dapat mewarisi seni tradisi dan kebudayaan yang sangat kaya di Malang Raya ini, salah satunya adalah topeng Malang yang menjadi ciri khas dan ikon daerah Malang," tegasnya.
Ketua Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME se-Malang Raya itu menjelaskan, Tari Topeng Malang mewariskan kekayaan kreasi seni yang mampu beradaptasi terhadap pertunjukan lain, seperti tarian modern, musik gamelan kontemporer, dan mampu dipentaskan di panggung-panggung besar.
"Sekali lagi, saya tegaskan, pentas Voice of Malang mendatang merupakan pentas yang akan mengangkat kembali eksistensi Tari Topeng Malang yang mulai ditinggalkan generasi muda," kata dia.
Dosen Seni Tari Topeng Universitas Negeri Malang Roby Hidajat berpendapat, menyatukan musik kontemporer dengan Tarian Topeng Malang bukan pekerjaan mudah. Apalagi tampil dalam pagelaran besar secara kolosal.
Menurut Roby, acara Voice of Malang dengan iringan orkestra 103 keyboard serta alat musik pendukung lainnya tentu menambah decak kagum bagi para pengunjung yang mengiringi para penari kolosal topeng Grebeg Jowo bisa tampil secara harmoni. "Sungguh sesuatu yang luar biasa dan spektakuler," kata Roby.
Seniwati senior Malang, Meilia Shofa mengatakan, pentas kolaborasi 103 penari kolosal Grebeg Jowo dengan 103 pemain keyboard dan vocal Voice of Malang pada rangkaian HUT ke-103 Kota Malang adalah hal yang menakjubkan.
Meila yang sudah banyak pengalaman pentas tari di beberapa negara itu, mengajak generasi muda agar mau belajar dan memahami seni budaya khususnya tari topeng yang sudah menjadi ikon Malang.
"Pentas tersebut semoga dapat menginspirasi penari-penari topeng khususnya generasi muda yang lain untuk dapat menyuguhkan sesuatu yang berbeda untuk Kota Malang," katanya.
Pemilik Sanggar Padma Kartyasa itu pun juga berharap pentas Voice of Malang itu dapat memotivasi generasi muda lebih kreatif dalam berkarya untuk merawat seni budaya sebagai perekat persatuan bangsa.
(zik)