Ini Akhir Drama 7 Jam Penyekapan Anak Kandung Oleh Warga Singapura
A
A
A
BATAM - "Gubrakkk" suara pintu rumah nomor 41 di Perumahan Seraya Garden didobrak polisi pada Kamis malam (6/4/2017). Suara itu diringi jeritan Nur Irsya Rul (sebelumnya disebut Masya) yang mengiringi kesibukan polisi mengamankan sang anak dari cengkraman ayahnya. Kondisi mencekam itu juga diiringi teriakan pria dewasa yang dipastikan berasal dari mulut sang ayah.
"Amankan, amankan. Itu gunting juga amankan," instruksi dari salah seorang polisi. Iya, saat itu Nur Irsya Rul alias Masya (8) hidup di bawah ancaman sang ayah warga Singapura keturunan Melayu. Ada dua parang dan gunting alat yang disiapkan untuk membunuh anaknya. Dia mengancam membunuh anaknya agar orang tak berani merebut dari cengkramannya.
Suasana kritis itu berlangsung lima menit, hingga polisi berhasil menyelamatkan Nur Irsya Rul dan mengamankan Kamaruzaman. Nur Irsya Rul lebih dulu dibawa tim psikologi Polda Kepri menuju kendaraan milik polisi. Dan Kamaruzaman diangkut dengan mobil lain dengan bak terbuka.
Drama penyelamatan Nur Irsya Rul mengundang perhatian warga sekitar dimana penyekapan ini berlangsung sejak pukul 12.00 hingga berhasil diselamatkan pukul 19.00 WIB. Penyelamatan itu bak sandiwara dalam sebuah sinetron.
Sang ibu hadir dalam kegelisahan untuk mematikan anaknya benar-benar lepas dari ancaman lelaki yang sudah dia jatuhkan talak tiga itu.
"Anakku.... anakku... tolong anakku ya Allah," terikan histris sang ibu yang bernama Neneng Nurhayati.
Warga pun langsung medekap sang ibu seraya berusaha membuat ibu yang akrab disapa Eneng itu tak khawatir. Sepanjang aksi penyelamatan itu yang di dalam ucapan Neneng hanya anaknya. Dia tak ingin anaknya mengalami apapun selama dalam sekapan ayahnya.
"Tolong ya allah, tolong lndungi kami ya Allah," terus diterikan perempuan berdarah Medan Jawa itu.
Bahkan, suara sirine mobil polisi sempat dianggap Neneng ambulans yang menandakan anaknya dalam keadaan darurat. "Bunyi apa itu, bunyi apa itu. Ya Allah," ratap Neneng.
Tak ingin melihat sang ibu berlarut dalam kekhawatirannya, Tim Psikologi mencoba menangkan sang ibu.
Polisi memastikan kondisi Nur Irsya Rul dalam keadaan baik. Dan saat itu sang anak langsung diselamatkan k Polesta Barelang.
Neneng pun berangsur tenang hingga diberi air putih dan diamankan di rumah tetangganya yang berjarak dua rumah dari loksi penyekapan anaknya.
Kapolresta Barelang, AKBP Hengki memastikan kondisi Nur Irsya Rul dalam keadaan selamat tanpa mengalami kekerasan dari sang ayah. Tindakan menobrak pintu rumah Kamaruzaman karena bujukan dari kepolisian tak dihiraukan. "Negosiasi buntu, tak mau buka pintu, terpaksa kita ambil tindakan," ujarnya.
Dia mengungkapkan kondisi Nur Irsya Rul selamat walaupun sempat dipegang dan dipeluk ayahnya. Polisi langsung melerai keduanya dan menyelamatkan Nur Irsya Rul. "Kondisi baik, kita amankan gunting dan dua parang," kata dia.
Informasi penyekapan ini bermula dari laporan sang istri yang mengaku anaknya dijemput paksa oleh Sarohman di sekolahan anaknya. SD Al-Azhar. "Ini masih masalah keluarga, mereka sudah talak tiga," kata dia.
Dari informasi yang diterima polisi, status Kamarulzaman juga menyalahi izin tempat tinggal, bahkan paspor yang dipegang sudah mati selama 10 tahun. "Ini jadi catatan imigrasi Singapura," ujarnya.
Untuk saat ini, kepolisian masih mengamankan pelaku di Polresta Barelang. Kata Kapolres saat ini polisi masih fokus untuk menyelamatkan Nur Irsya Rul. "Yang penting anaknya selamat dulu," tandasnya.
"Amankan, amankan. Itu gunting juga amankan," instruksi dari salah seorang polisi. Iya, saat itu Nur Irsya Rul alias Masya (8) hidup di bawah ancaman sang ayah warga Singapura keturunan Melayu. Ada dua parang dan gunting alat yang disiapkan untuk membunuh anaknya. Dia mengancam membunuh anaknya agar orang tak berani merebut dari cengkramannya.
Suasana kritis itu berlangsung lima menit, hingga polisi berhasil menyelamatkan Nur Irsya Rul dan mengamankan Kamaruzaman. Nur Irsya Rul lebih dulu dibawa tim psikologi Polda Kepri menuju kendaraan milik polisi. Dan Kamaruzaman diangkut dengan mobil lain dengan bak terbuka.
Drama penyelamatan Nur Irsya Rul mengundang perhatian warga sekitar dimana penyekapan ini berlangsung sejak pukul 12.00 hingga berhasil diselamatkan pukul 19.00 WIB. Penyelamatan itu bak sandiwara dalam sebuah sinetron.
Sang ibu hadir dalam kegelisahan untuk mematikan anaknya benar-benar lepas dari ancaman lelaki yang sudah dia jatuhkan talak tiga itu.
"Anakku.... anakku... tolong anakku ya Allah," terikan histris sang ibu yang bernama Neneng Nurhayati.
Warga pun langsung medekap sang ibu seraya berusaha membuat ibu yang akrab disapa Eneng itu tak khawatir. Sepanjang aksi penyelamatan itu yang di dalam ucapan Neneng hanya anaknya. Dia tak ingin anaknya mengalami apapun selama dalam sekapan ayahnya.
"Tolong ya allah, tolong lndungi kami ya Allah," terus diterikan perempuan berdarah Medan Jawa itu.
Bahkan, suara sirine mobil polisi sempat dianggap Neneng ambulans yang menandakan anaknya dalam keadaan darurat. "Bunyi apa itu, bunyi apa itu. Ya Allah," ratap Neneng.
Tak ingin melihat sang ibu berlarut dalam kekhawatirannya, Tim Psikologi mencoba menangkan sang ibu.
Polisi memastikan kondisi Nur Irsya Rul dalam keadaan baik. Dan saat itu sang anak langsung diselamatkan k Polesta Barelang.
Neneng pun berangsur tenang hingga diberi air putih dan diamankan di rumah tetangganya yang berjarak dua rumah dari loksi penyekapan anaknya.
Kapolresta Barelang, AKBP Hengki memastikan kondisi Nur Irsya Rul dalam keadaan selamat tanpa mengalami kekerasan dari sang ayah. Tindakan menobrak pintu rumah Kamaruzaman karena bujukan dari kepolisian tak dihiraukan. "Negosiasi buntu, tak mau buka pintu, terpaksa kita ambil tindakan," ujarnya.
Dia mengungkapkan kondisi Nur Irsya Rul selamat walaupun sempat dipegang dan dipeluk ayahnya. Polisi langsung melerai keduanya dan menyelamatkan Nur Irsya Rul. "Kondisi baik, kita amankan gunting dan dua parang," kata dia.
Informasi penyekapan ini bermula dari laporan sang istri yang mengaku anaknya dijemput paksa oleh Sarohman di sekolahan anaknya. SD Al-Azhar. "Ini masih masalah keluarga, mereka sudah talak tiga," kata dia.
Dari informasi yang diterima polisi, status Kamarulzaman juga menyalahi izin tempat tinggal, bahkan paspor yang dipegang sudah mati selama 10 tahun. "Ini jadi catatan imigrasi Singapura," ujarnya.
Untuk saat ini, kepolisian masih mengamankan pelaku di Polresta Barelang. Kata Kapolres saat ini polisi masih fokus untuk menyelamatkan Nur Irsya Rul. "Yang penting anaknya selamat dulu," tandasnya.
(sms)