Nenek Berusia Seabad Ini Masih Mendulang Emas di Gunung Latimojong
A
A
A
BELOPA - Rawinja, seorang nenek yang berusia seabad di Desa Kadong-Kadong, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu masih mendulang emas di Sungai Kadong-Kadong sebuah wilayah di sekitar kaki Gunung Latimojong. Menurut dia, aktivitas mendulang emas sudah dilakukan sejak dia berumur 10 tahun bersama orang tuanya. Rawinja sendiri merupakan anak pertama dari 10 orang bersaudara.
Dirinya menyebutkan, sudah 100 tahun lebih umurnya tidak pernah bosan ataupun letih mencari biji emas hasil empasan banjir dari Gunung Latimojong yang dikenal banyak menyimpan emas.
"Kalau habis banjir pasti ramai pendulang emas di sungai, emas ini adalah emas dari Gunung Latimojong yang dibawa banjir," ujar Rawina saat ditemui, Kamis, (16/3/2017) siang.
Diceritakan, pada zaman dulu, biji emas yang dia dapatkan di sungai dia jual dengan harga paling murah dua Kaccili atau setengah sen. Untuk menentukan harga emas pada masa itu, mereka tidak menentukannya berdasarkan berat tetapi besaran biji emas.
"Belum ada timbangan saat itu, jadi biji emas yang kecil, besar sedikit dari biji pasir kami jual dengan harga satu Kaccili, atau setengah sen, jika besar sedikit baru bisa dijual satu sen," ujarnya.
Aktivfitas mendulang emas katanya bukan satu-satunya yang ditekuni selama ini, kadang dia ke kebun kadang juga turun ke sawah. Karena hasil dari mendulang emas tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari dia dan orang tuanya saat itu.
Setelah dewasa mendulang emas masih tetap dilakukannya, hasil dari mendulang emas ini saat dia dewasa kadang dibelikan baju atau bedak. "Hasilnya biasa saya belikan baju juga bedak," ujarnya dengan sedikit tersenyum.
Sementara hasil mendulang emas dia saat ini dia gunakan hanya untuk membeli kebutuhan sehari. "Mana cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup jika itu diharapkan, selama saya mendulang ada hampir 100 tahun lamanya, paling banyak mendapatkan empat (4) gram per hari, beruntung saya punya anak yang kuat bekerja dan memperhatikan kami orang tuanya.
Rawinja sendiri merupakan isteri dari Yunus. Suaminya ini terpaut lebih muda beberapa tahun dari dia dan masih hidup hingga saat ini. Sebelum menikah dengan Yunus, Rawinja adalah seorang janda. Pernikahan dari dua suami, Raminja dikaruniahi 10 orang anak, 30 cucu dan 10 cicit.
Semasa hidupnya, Rawinja mengaku tidak pernah jatuh sakit yang berat hanya mengalami beberapa sakit di badan bagian pinggang dan sakit di lutut.
Kesehatan Rawinjapun banyak dikagumi warga sekitar. Tidak ada yang bisa memastikan umurnya berapa, namun dari beberapa saksi hidup di kampung ini yang telah berumur 80 tahun lebih termasuk adik kandungnya bernama Nuri yang telah berumur 83 tahun mengatakan kakaknya sudah berumur lebih 100 tahun.
Selain aktif bekerja mendukang dan ke sawah, Rawinja juga dikenal sebagai guru mengaji meski muridnya saat ini adalah cucunya sendiri. Penglihatan Rawinja sendiri masih bagus sehingga masih fasih membaca Alqur'an.
Dirinya menyebutkan, sudah 100 tahun lebih umurnya tidak pernah bosan ataupun letih mencari biji emas hasil empasan banjir dari Gunung Latimojong yang dikenal banyak menyimpan emas.
"Kalau habis banjir pasti ramai pendulang emas di sungai, emas ini adalah emas dari Gunung Latimojong yang dibawa banjir," ujar Rawina saat ditemui, Kamis, (16/3/2017) siang.
Diceritakan, pada zaman dulu, biji emas yang dia dapatkan di sungai dia jual dengan harga paling murah dua Kaccili atau setengah sen. Untuk menentukan harga emas pada masa itu, mereka tidak menentukannya berdasarkan berat tetapi besaran biji emas.
"Belum ada timbangan saat itu, jadi biji emas yang kecil, besar sedikit dari biji pasir kami jual dengan harga satu Kaccili, atau setengah sen, jika besar sedikit baru bisa dijual satu sen," ujarnya.
Aktivfitas mendulang emas katanya bukan satu-satunya yang ditekuni selama ini, kadang dia ke kebun kadang juga turun ke sawah. Karena hasil dari mendulang emas tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari dia dan orang tuanya saat itu.
Setelah dewasa mendulang emas masih tetap dilakukannya, hasil dari mendulang emas ini saat dia dewasa kadang dibelikan baju atau bedak. "Hasilnya biasa saya belikan baju juga bedak," ujarnya dengan sedikit tersenyum.
Sementara hasil mendulang emas dia saat ini dia gunakan hanya untuk membeli kebutuhan sehari. "Mana cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup jika itu diharapkan, selama saya mendulang ada hampir 100 tahun lamanya, paling banyak mendapatkan empat (4) gram per hari, beruntung saya punya anak yang kuat bekerja dan memperhatikan kami orang tuanya.
Rawinja sendiri merupakan isteri dari Yunus. Suaminya ini terpaut lebih muda beberapa tahun dari dia dan masih hidup hingga saat ini. Sebelum menikah dengan Yunus, Rawinja adalah seorang janda. Pernikahan dari dua suami, Raminja dikaruniahi 10 orang anak, 30 cucu dan 10 cicit.
Semasa hidupnya, Rawinja mengaku tidak pernah jatuh sakit yang berat hanya mengalami beberapa sakit di badan bagian pinggang dan sakit di lutut.
Kesehatan Rawinjapun banyak dikagumi warga sekitar. Tidak ada yang bisa memastikan umurnya berapa, namun dari beberapa saksi hidup di kampung ini yang telah berumur 80 tahun lebih termasuk adik kandungnya bernama Nuri yang telah berumur 83 tahun mengatakan kakaknya sudah berumur lebih 100 tahun.
Selain aktif bekerja mendukang dan ke sawah, Rawinja juga dikenal sebagai guru mengaji meski muridnya saat ini adalah cucunya sendiri. Penglihatan Rawinja sendiri masih bagus sehingga masih fasih membaca Alqur'an.
(sms)