Sempat Bentrok, Sopir Taksi dan Pengemudi Gojek Damai
Sempat Bentrok, Sopir Taksi dan Pengemudi Gojek Damai
A
A
A
SOLO - Bentrokan fisik terjadi antara pengemudi ojek online (Gojek) dengan sopir taksi di Kota Solo, Rabu (15/3/2017) siang. Mereka adu fisik di dua lokasi berbeda saat saling bertemu. Namun konflik berhasil diredam oleh aparat kepolisian dan kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk berdamai.
Gesekan pertama terjadi sekitar pukul 09.15 WIB di seputar kawasan Stasiun Purwosari. Kala itu, para pengemudi gojek tengah menunggu penumpang di sisi selatan jalan.
Sedangkan di sisi utara jalan ada pengemudi taksi yang mangkal. Sesaat kemudian, sejumlah orang yang diduga sopir taksi mendatangi para pengemudi gojek.
“Jumlahnya cukup banyak ada sekitar 20 orang,” kata Stevanus Febriyanto, salah satu pengemudi Gojek, Rabu (15/3/2017) siang.
Pengemudi Gojek pun menyingkir namun ada salah satu motor yang tertinggal. Belakangan motor itu dikhabarkan mengalami kerusakan.
“Memang ada informasi sepeda motor yang dirusak, tetapi kami belum mendapatkan laporan resmi,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Solo Kompol Agus Puryadi. Setelah ketegangan itu, para sopir taksi menggeruduk Balai Kota Solo.
Mereka bermaksud mengadukan persoalan ojek online yang dianggap ilegal. Ketegangan kembali muncul setelah para pengemudi Gojek juga menuju Balai Kota Solo. Gesekan akhirnya terjadi ketika kedua kubu saling bertemu. Beberapa pengemudi Gojek dan sopir taksi terlibat saling baku pukul.
Untungnya, peristiwa dapat diredam aparat kepolisian yang berjaga di lokasi. Sopir taksi kemudian diminta masuk ke dalam dan pintu gerbang balai kota ditutup.
Perwakilan sopir taksi, ojek pangkalan, dan becak kemudian diterima perwakilan Pemkot Solo. Intinya mereka meminta agar ojek online dilarang di Kota Solo.
Guna menghindari bentrokan terus berlanjut, Polisi mengumpulkan perwakilan Gojek dan sopir taksi sambil makan siang di kantin Balai Kota Solo.
“Saya minta semuanya saling menahan diri, dan tidak terprovokasi karena semuanya bersaudara,” kata Kapolresta Solo AKBP Ribut Hari Wibowo.
Terlebih masyarakat Solo merupakan orang yang berbudaya dan beradab. Kedua belah pihak juga diminta menunggu solusi terbaik dari pemerintah.
Kedua belah pihak lalu saling meminta maaf dan memaafkan. Pertemuan di meja makan itu berakhir damai dan bersalaman.
“Kami akan menyampaikan ini (perdamaian) ke teman teman di bawah,” ungkap Josafat, perwakilan Gojek usai pertemuan.
Terpisah, perwakilan sopir taksi R Tomi mengaku rekan rekannya mendatangi pengemudi gojek sekitar Purwosari hanya sekedar bertanya apakah mereka mangkal di lokasi itu ada izinnya atau tidak.
“Saya mau ke sana ditemani rekan rekan,” tutur Tomi. Namun oleh pengemudi gojek dianggap mau mengeroyok. Dia juga menampik adanya kabar perusakan sepeda motor milik Gojek.
Gesekan pertama terjadi sekitar pukul 09.15 WIB di seputar kawasan Stasiun Purwosari. Kala itu, para pengemudi gojek tengah menunggu penumpang di sisi selatan jalan.
Sedangkan di sisi utara jalan ada pengemudi taksi yang mangkal. Sesaat kemudian, sejumlah orang yang diduga sopir taksi mendatangi para pengemudi gojek.
“Jumlahnya cukup banyak ada sekitar 20 orang,” kata Stevanus Febriyanto, salah satu pengemudi Gojek, Rabu (15/3/2017) siang.
Pengemudi Gojek pun menyingkir namun ada salah satu motor yang tertinggal. Belakangan motor itu dikhabarkan mengalami kerusakan.
“Memang ada informasi sepeda motor yang dirusak, tetapi kami belum mendapatkan laporan resmi,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Solo Kompol Agus Puryadi. Setelah ketegangan itu, para sopir taksi menggeruduk Balai Kota Solo.
Mereka bermaksud mengadukan persoalan ojek online yang dianggap ilegal. Ketegangan kembali muncul setelah para pengemudi Gojek juga menuju Balai Kota Solo. Gesekan akhirnya terjadi ketika kedua kubu saling bertemu. Beberapa pengemudi Gojek dan sopir taksi terlibat saling baku pukul.
Untungnya, peristiwa dapat diredam aparat kepolisian yang berjaga di lokasi. Sopir taksi kemudian diminta masuk ke dalam dan pintu gerbang balai kota ditutup.
Perwakilan sopir taksi, ojek pangkalan, dan becak kemudian diterima perwakilan Pemkot Solo. Intinya mereka meminta agar ojek online dilarang di Kota Solo.
Guna menghindari bentrokan terus berlanjut, Polisi mengumpulkan perwakilan Gojek dan sopir taksi sambil makan siang di kantin Balai Kota Solo.
“Saya minta semuanya saling menahan diri, dan tidak terprovokasi karena semuanya bersaudara,” kata Kapolresta Solo AKBP Ribut Hari Wibowo.
Terlebih masyarakat Solo merupakan orang yang berbudaya dan beradab. Kedua belah pihak juga diminta menunggu solusi terbaik dari pemerintah.
Kedua belah pihak lalu saling meminta maaf dan memaafkan. Pertemuan di meja makan itu berakhir damai dan bersalaman.
“Kami akan menyampaikan ini (perdamaian) ke teman teman di bawah,” ungkap Josafat, perwakilan Gojek usai pertemuan.
Terpisah, perwakilan sopir taksi R Tomi mengaku rekan rekannya mendatangi pengemudi gojek sekitar Purwosari hanya sekedar bertanya apakah mereka mangkal di lokasi itu ada izinnya atau tidak.
“Saya mau ke sana ditemani rekan rekan,” tutur Tomi. Namun oleh pengemudi gojek dianggap mau mengeroyok. Dia juga menampik adanya kabar perusakan sepeda motor milik Gojek.
(sms)
Explore More