Satu Korban Bukit Ambrol di Desa Sambirejo Ditemukan Tewas

Satu Korban Bukit Ambrol di Desa Sambirejo Ditemukan Tewas
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Upaya evakuasi terhadap dua korban bukit Ambrol di Dusun Jentir, Desa Sambirejo, Ngawen mulai dilakukan sejak kemarin pagi. Sore harinya tim gabungan Basarnas, BPBD, Kepolisian dan juga TNI berhasil menemukan satu korban dalam keadaan tewas. Korban yang diketahui bernama Minto Miharjo (80) ditemukan sekitar pukul 16.30 WIB dengan luka di sekujur tubuhnya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Budhi Hardjo mengatakan, pencarian terhadap korban memang banyak mengalami kendala. Besarnya bebatuan menyebabkan sulitnya mencari posisi korban. Terlebih lagi dengan situasi bukit yang masih labil dan memiliki potensi longsor.
"Namun karena keuletan dan pemetaan dan keterangan warga, jenazah Mbah Minto Miharjo berhasil kita temukan sore tadi," terangnya kepada wartawan di lokasi kejadian, Sabtu (4/3/2017).
Dijelaskannya, pihaknya juga mendatangkan dua alat berat untuk evakuasi, sedangkan sore hari alat berat dari Basarnas juga tiba dan akan digunakan untuk cadangan. Setelah alat digunakan evakuasi, korban masih belum ditemukan. "Tim kemudian meminta keterangan mengenai kebiasan korban ketika petang hari. Akhirnya lokasi yang disebutkan menjadi fokus pencarian," imbuhnya.
Benar saja tubuh Kakek tersebut berhasil ditemukan di bagian rumah belakang yang tertimpa kayu dan juga kasur. Dengan demikian, kondisi tubuhnya relatif utuh karena ada pelindung kayu dan juga kasur.
"Posisinya diantara dua batu besar tapi tdak tergencet batu. Akhirnya batu kita pecah dan jenazah bisa diangkat," bebernya.
Koordinator Tim Gabungan Letkol Muhammad Taufik Hanif mengatakan, upaya evakuasi terpaksa dihentikan karena sudah sore. Rencananya hari ini akan dilanjutkan untuk mencari satu korban lagi istri Minto Miharjo, yaitu Ny Tugiyem (75). "Kondisi medan memang sangat berat karena batuannya besar sekali," imbuhnya.
Dijelaskannya, para relawan hanya bisa menyingkirkan material dengan ukuran sedang. Sedangkan untuk batuan besar harus menggunakan alat berat. "Mudah mudahan esok bisa kita temukan satu korban lagi," ucap Komandan Kodim 0730 Gunungkidul ini.
Petang kemarin, setelah korban ditemukan langsung dilakukan pemeriksaan dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan malam itu juga.
Bukit Longsor Dipicu getaran alat Berat
Ambrolnya bukit yang dikenal dengan nama Gunung Buthak masih memungkinkan terjadinya longsor susulan. Getaran alat berat juga diduga ikut memicu pelepasan rekatan batu di atas bukit. Selain itu hujan juga bewrpengarh terhadap kestabilan batu yang sudah hampir separuh ambrol.
Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Yogyakarta Eko Teguh Paripurna mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan di sekitar lokasi longsor. Dari hasil pengamatan tersebut, terdapat tiga titik di puncak bukit yang rawan runtuh.
“Potensi itu masih ada. Jika ada getaran atau curah hujan maka potensi akan runtuh sangat tinggi sehingga proses evakuasi harus ekstra hati-hati,” katanya di lokasi longsor.
Dari analisanya, longsor di bukit Gunung Butak yang terjadi tidak lepas dari aktivitas penambangan di sekitar lokasi. Kondisi bebatuan yang terdiri dari beberapa lapisan ini tergetar dengan aktivitas penambangan yang menggunakan alat berat.
"Getaran-getaran yang muncul dari mesin pemecah batu ini membuat susunan bebatuan yang menjadi tidak stabil dan akhirnya ambrol," tandasnya.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Budhi Hardjo mengatakan, pencarian terhadap korban memang banyak mengalami kendala. Besarnya bebatuan menyebabkan sulitnya mencari posisi korban. Terlebih lagi dengan situasi bukit yang masih labil dan memiliki potensi longsor.
"Namun karena keuletan dan pemetaan dan keterangan warga, jenazah Mbah Minto Miharjo berhasil kita temukan sore tadi," terangnya kepada wartawan di lokasi kejadian, Sabtu (4/3/2017).
Dijelaskannya, pihaknya juga mendatangkan dua alat berat untuk evakuasi, sedangkan sore hari alat berat dari Basarnas juga tiba dan akan digunakan untuk cadangan. Setelah alat digunakan evakuasi, korban masih belum ditemukan. "Tim kemudian meminta keterangan mengenai kebiasan korban ketika petang hari. Akhirnya lokasi yang disebutkan menjadi fokus pencarian," imbuhnya.
Benar saja tubuh Kakek tersebut berhasil ditemukan di bagian rumah belakang yang tertimpa kayu dan juga kasur. Dengan demikian, kondisi tubuhnya relatif utuh karena ada pelindung kayu dan juga kasur.
"Posisinya diantara dua batu besar tapi tdak tergencet batu. Akhirnya batu kita pecah dan jenazah bisa diangkat," bebernya.
Koordinator Tim Gabungan Letkol Muhammad Taufik Hanif mengatakan, upaya evakuasi terpaksa dihentikan karena sudah sore. Rencananya hari ini akan dilanjutkan untuk mencari satu korban lagi istri Minto Miharjo, yaitu Ny Tugiyem (75). "Kondisi medan memang sangat berat karena batuannya besar sekali," imbuhnya.
Dijelaskannya, para relawan hanya bisa menyingkirkan material dengan ukuran sedang. Sedangkan untuk batuan besar harus menggunakan alat berat. "Mudah mudahan esok bisa kita temukan satu korban lagi," ucap Komandan Kodim 0730 Gunungkidul ini.
Petang kemarin, setelah korban ditemukan langsung dilakukan pemeriksaan dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan malam itu juga.
Bukit Longsor Dipicu getaran alat Berat
Ambrolnya bukit yang dikenal dengan nama Gunung Buthak masih memungkinkan terjadinya longsor susulan. Getaran alat berat juga diduga ikut memicu pelepasan rekatan batu di atas bukit. Selain itu hujan juga bewrpengarh terhadap kestabilan batu yang sudah hampir separuh ambrol.
Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Yogyakarta Eko Teguh Paripurna mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan di sekitar lokasi longsor. Dari hasil pengamatan tersebut, terdapat tiga titik di puncak bukit yang rawan runtuh.
“Potensi itu masih ada. Jika ada getaran atau curah hujan maka potensi akan runtuh sangat tinggi sehingga proses evakuasi harus ekstra hati-hati,” katanya di lokasi longsor.
Dari analisanya, longsor di bukit Gunung Butak yang terjadi tidak lepas dari aktivitas penambangan di sekitar lokasi. Kondisi bebatuan yang terdiri dari beberapa lapisan ini tergetar dengan aktivitas penambangan yang menggunakan alat berat.
"Getaran-getaran yang muncul dari mesin pemecah batu ini membuat susunan bebatuan yang menjadi tidak stabil dan akhirnya ambrol," tandasnya.
(kri)