Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pendiri Nahdlatul Wathan dan Gerakan Mujahidin

Minggu, 05 Maret 2017 - 05:00 WIB
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pendiri Nahdlatul Wathan dan Gerakan Mujahidin
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Pendiri Nahdlatul Wathan dan Gerakan Mujahidin
A A A
Tuan Guru Kiai Hajji (TGKH) Muhammād Zainuddīn Abdul Madjid dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 Masehi.

Beliau lahir dari perkawinan Tuan Guru Hajjī Abdul Madjīd (beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu'minah atau Guru Minah) dengan seorang wanita shālihah bernama Hajjah Halīmah al-Sa'dīyyah.

Nama kecil beliau adalah Muhammād Saggāf, nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul Madjīd, didatangi dua walīyullāh, masing-masing dari Hadhramaũt dan Maghrabī.

Kedua walīyullāh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni Saqqāf. Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul Madjīd supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama Saqqāf, yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya".

Kata Saqqāf di Indonesiakan menjadi Saggāf dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi Segep. Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan Gep oleh ibu beliau, Hajjah Halīmah Al-Sa'dīyyah.

Setelah menunaikan ibadah hajjī, nama kecil beliau tersebut diganti dengan Hajjī Muhammād Zainuddīn. Nama ini pun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulamā besar yang mengajar di Masjīd Al-Harām.

Akhlāq dan kepribadian ulamā besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā' besar itu adalah Syaīkh Muhammād Zainuddin Serawak, dari Serawak, Malaysia.

Untuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammad Zainuddīn remaja kembali berangkat menuntut ilmu ke Mekkah diantar kedua orangtuanya.

TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekkah selama 13 tahun kembali kembali ke Indonesia atas perintah dari guru yang paling beliau kagumi yakni Syaikh Hasan Muhammad Al-Masysyath, pada tahun 1934.

Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekkah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M.

kemudian pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI). Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria.

Kemudian pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) khusus untuk kaum wanita.

Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan.

Dan secara khusus nama madrasah tersebut beliau abadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' beliau ambil dari kedua madrasah tersebut. Beliau aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok dan mengajar.

Pada tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah.

Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M.

sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.

Begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain sebagainya.

Pada zaman penjajahan, Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah.

Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama 'Gerakan Al-Mujahidin.

Gerakan Al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia.

Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong.

Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada' sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Timur.

sumber

wikipedia
diolah dari berbagai sumber
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1576 seconds (0.1#10.140)