41 Pasien Keracunan Massal di Luwu Dipulangkan
A
A
A
BELOPA - Sebanyak 41 dari 55 pasien keracunan massal yang dirawat di Puskesmas Bua kondisinya mulai membaik dan dipulangkan, Rabu (1/3/2017). Tim dokter Puskesmas Bua memperbolehkan ke 41 orang pasien ini untuk pulang dan menjalani rawat jalan.
Hasil pemeriksaan mereka menunjukan pengaruh racun yang ada di tubuhnya sudah mulai hilang. Meski demikian, Kepala Puskesmas Bua, Bunadi Kadir, kepada KORAN SINDO, menyampaikan mereka yang sudah dinyatakan sehat dan pulang agar tidak terlalu melakukan aktivitas berat.
"Perbanyak istirahat, dan sedikit olahraga serta makan makanan bergizi seperti sayur dan minum susu agar bakteri atau toksin racun dalam tubuh mereka benar-benar hilang," ujarnya.
Bunadi Kadir mengaku telah memberikan pemahaman kepada 41 pasien yang dipulangkan tadi pagi termasuk segera melaporkan kondisinya dengan mendatangi puskesmas jika kembali merasakan gejala-gejala keracunan seperti sebelumnya.
Terkait hasil pemeriksaan bahan makanan seperti ayam petelur, air sumur dan bumbu yang digunakan membuat masakan ayam dangkot, Bunadi mengatakan belum ada. Hasilnya menurutnya baru bisa diketahui paling lambat satu minggu kedepan.
Khusus sampel makanan berupa daging dan bumbu yang digunakan sudah dikirim ke laboratorium kesehatan milik BPOM di Makassar sementara sampel atau contoh air sumur yang digunakan memasak ayam diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu.
"Baik tim laboratorium kesehatan Makassar maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu menjanjikan hasilnya bisa diketahui dalam satu minggu kedepan, paling lambat senin depan," ujarya.
Meski demikian, Kepala Puskesmas Bua, berkeyakinan keracunan yang menimpa 55 orang warga di Bua Kabupaten Luwu diakibatkan karena kuman atau bakteri.
"Jika diakibatkan karena zat kimia, biasanya setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat kimia efeknya langsung terasa. Sementara dalam kejadian ini berbeda, siang sekitar pukul 13.00 mereka makan, tengah malam baru mereka rasakan gejala, biasanya itu dikarenakan kuman atau bakteri," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Luwu, H Amru Saher, telah menyampaikan kabar ini ke Bupati Luwu, H Andi Mudzakkar dan menetapkan musibah ini sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB.
"Ini merupakan kejadian yang luar biasa, hanya dalam 24 jam pasien keracunan massal mencapai 55 orang, itu yang dirawat di Puskesmas Bua, belum terhitung pasien yang dirawat di rumah sakit di Kota Palopo," ujar Amru Saher.
Terkait biaya pengobatan korban keracunan massal ini, Wakil Bupati, menyampaikan akan ditanggung oleh pemerintah.
"Karena ini KLB, seluruh pasien tidak dikenakan biaya pengobatan satu rupiah pun, gratis sampai dinyatakan sehat dan keluar dari puskesmas dan rumah sakit," timpalnya.
Untuk diketahui, 14 pasien keracunan hingga saat ini masih menjalani pemeriksaan dan perawatan intensif oleh dokter Puskesmas Bua. Kondisi mereka masih terlihat lemah bahkan mereka mengaku masih merasa mual dan pusing serta diare.
"Perasaan saya masih pusing, mual dan masih diare, semoga tidak berpengaruh ke kandungan saya," ujar Ilmiati warga Desa Posi yang hamil 5 bulan juga korban keracunan. Ilmiati masih dalam keadaan lemah, dokter masih memasang infus untuk membantu pengobatan dan asupan gizinya.
Hasil pemeriksaan mereka menunjukan pengaruh racun yang ada di tubuhnya sudah mulai hilang. Meski demikian, Kepala Puskesmas Bua, Bunadi Kadir, kepada KORAN SINDO, menyampaikan mereka yang sudah dinyatakan sehat dan pulang agar tidak terlalu melakukan aktivitas berat.
"Perbanyak istirahat, dan sedikit olahraga serta makan makanan bergizi seperti sayur dan minum susu agar bakteri atau toksin racun dalam tubuh mereka benar-benar hilang," ujarnya.
Bunadi Kadir mengaku telah memberikan pemahaman kepada 41 pasien yang dipulangkan tadi pagi termasuk segera melaporkan kondisinya dengan mendatangi puskesmas jika kembali merasakan gejala-gejala keracunan seperti sebelumnya.
Terkait hasil pemeriksaan bahan makanan seperti ayam petelur, air sumur dan bumbu yang digunakan membuat masakan ayam dangkot, Bunadi mengatakan belum ada. Hasilnya menurutnya baru bisa diketahui paling lambat satu minggu kedepan.
Khusus sampel makanan berupa daging dan bumbu yang digunakan sudah dikirim ke laboratorium kesehatan milik BPOM di Makassar sementara sampel atau contoh air sumur yang digunakan memasak ayam diperiksa oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu.
"Baik tim laboratorium kesehatan Makassar maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu menjanjikan hasilnya bisa diketahui dalam satu minggu kedepan, paling lambat senin depan," ujarya.
Meski demikian, Kepala Puskesmas Bua, berkeyakinan keracunan yang menimpa 55 orang warga di Bua Kabupaten Luwu diakibatkan karena kuman atau bakteri.
"Jika diakibatkan karena zat kimia, biasanya setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat kimia efeknya langsung terasa. Sementara dalam kejadian ini berbeda, siang sekitar pukul 13.00 mereka makan, tengah malam baru mereka rasakan gejala, biasanya itu dikarenakan kuman atau bakteri," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Luwu, H Amru Saher, telah menyampaikan kabar ini ke Bupati Luwu, H Andi Mudzakkar dan menetapkan musibah ini sebagai Kejadian Luar Biasa atau KLB.
"Ini merupakan kejadian yang luar biasa, hanya dalam 24 jam pasien keracunan massal mencapai 55 orang, itu yang dirawat di Puskesmas Bua, belum terhitung pasien yang dirawat di rumah sakit di Kota Palopo," ujar Amru Saher.
Terkait biaya pengobatan korban keracunan massal ini, Wakil Bupati, menyampaikan akan ditanggung oleh pemerintah.
"Karena ini KLB, seluruh pasien tidak dikenakan biaya pengobatan satu rupiah pun, gratis sampai dinyatakan sehat dan keluar dari puskesmas dan rumah sakit," timpalnya.
Untuk diketahui, 14 pasien keracunan hingga saat ini masih menjalani pemeriksaan dan perawatan intensif oleh dokter Puskesmas Bua. Kondisi mereka masih terlihat lemah bahkan mereka mengaku masih merasa mual dan pusing serta diare.
"Perasaan saya masih pusing, mual dan masih diare, semoga tidak berpengaruh ke kandungan saya," ujar Ilmiati warga Desa Posi yang hamil 5 bulan juga korban keracunan. Ilmiati masih dalam keadaan lemah, dokter masih memasang infus untuk membantu pengobatan dan asupan gizinya.
(sms)