Jubir Wahidin-Andika: Semua Tudingan Lawan Hanya Karangan dan Hoax
A
A
A
CILEGON - Juru Bicara Tim Pemenangan Pasangan Cagub dan Cawagub Banten Wahidin Halim-Andika Hazrumy, Jazuli Abdillah mengungkapkan bahwa tudingan kecurangan dari rivalnya kepada kubunya merupakan karangan yang sengaja dibuat.
"Mengenai kecurangan, kami rasa tuduhan dan demonstrasi itu hanya bentuk pelampiasan kekecewaan dari yang bakal kalah. Kami sangat memahami psikologi orang kalah, biasanya protes dan gugatan itu menjadi hiburan sementara saja. Semua tudingan lawan hanya karangan dan hoax," ujar Jazuli kepada SINDOnews.
Menurutnya, kedua paslon sudah bertanding fair, di arena yang sama, waktu kampanye yang sama, tahapannya sama, aturannya sama, wasitnya sama, batasannya sama, kesempatannya sama besar pada Pilkada Banten 2017.
"Kalau kami akhirnya lebih unggul itu karena sistem kerja yang dijalankan lebih efektif, mesin politik bergerak terukur, sistematis, dan jelas," katanya.
Saat ini, lanjut Jazuli, semua pandangan mata melihat sudah ada hasil. Ibarat tanding sepak bola, kalau kalah jangan menyalahkan lapangan atau wasit.
"Kita harus sportif. Kami justru dari awal merasa tidak setara, mereka kan incumbent, semua infrastruktur untuk melakukan kecurangan kan ada di mereka. Mereka petahana. Kalau petahana teriak kecewa karena kalah itu seperti melawan kehendak rakyat," tegasnya.
Sebelumnya, saksi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, Rano Karno-Embay Mulya Syarief, memutuskan untuk meninggalkan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi, Penetapan, dan Pengumuman Hasil Suara tingkat KPU Provinsi Banten, Minggu (26/2/2017).
Saksi pasangan Rano-Embay, Donny Tri Istikomah mengatakan, keputusan walk out tersebut dilakukan karena Panwaslu dan KPU tidak bisa membuktikan kebenaran materiil adanya persoalan kecurangan yang terjadi di Kota Tangerang dan daerah lainnya secara terstruktur, sistematik, dan masif (TSM).
"Di Banten khususnya Kota Tangerang itu terlalu banyak pelanggaran dan kecurangan yang sifatnya terstruktur, sistematis, dan masif tapi diabaikan, termasuk di sidang pleno ini dan untuk apa kami bertahan," kata Donny.
"Mengenai kecurangan, kami rasa tuduhan dan demonstrasi itu hanya bentuk pelampiasan kekecewaan dari yang bakal kalah. Kami sangat memahami psikologi orang kalah, biasanya protes dan gugatan itu menjadi hiburan sementara saja. Semua tudingan lawan hanya karangan dan hoax," ujar Jazuli kepada SINDOnews.
Menurutnya, kedua paslon sudah bertanding fair, di arena yang sama, waktu kampanye yang sama, tahapannya sama, aturannya sama, wasitnya sama, batasannya sama, kesempatannya sama besar pada Pilkada Banten 2017.
"Kalau kami akhirnya lebih unggul itu karena sistem kerja yang dijalankan lebih efektif, mesin politik bergerak terukur, sistematis, dan jelas," katanya.
Saat ini, lanjut Jazuli, semua pandangan mata melihat sudah ada hasil. Ibarat tanding sepak bola, kalau kalah jangan menyalahkan lapangan atau wasit.
"Kita harus sportif. Kami justru dari awal merasa tidak setara, mereka kan incumbent, semua infrastruktur untuk melakukan kecurangan kan ada di mereka. Mereka petahana. Kalau petahana teriak kecewa karena kalah itu seperti melawan kehendak rakyat," tegasnya.
Sebelumnya, saksi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten, Rano Karno-Embay Mulya Syarief, memutuskan untuk meninggalkan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi, Penetapan, dan Pengumuman Hasil Suara tingkat KPU Provinsi Banten, Minggu (26/2/2017).
Saksi pasangan Rano-Embay, Donny Tri Istikomah mengatakan, keputusan walk out tersebut dilakukan karena Panwaslu dan KPU tidak bisa membuktikan kebenaran materiil adanya persoalan kecurangan yang terjadi di Kota Tangerang dan daerah lainnya secara terstruktur, sistematik, dan masif (TSM).
"Di Banten khususnya Kota Tangerang itu terlalu banyak pelanggaran dan kecurangan yang sifatnya terstruktur, sistematis, dan masif tapi diabaikan, termasuk di sidang pleno ini dan untuk apa kami bertahan," kata Donny.
(zik)