Balita Penderita Gizi Buruk Ini Belum Masuk Data Dinkes Pangandaran

Minggu, 26 Februari 2017 - 15:47 WIB
Balita Penderita Gizi...
Balita Penderita Gizi Buruk Ini Belum Masuk Data Dinkes Pangandaran
A A A
PANGANDARAN - Salah satu balita penderita gizi buruk bernama Zulpratama Anugrah (40 bulan), luput dari pendataan Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran. Zulpratama adalah anak pertama pasangan suami istri (pasutri) Watino (32) dan Susanti (23), warga Dusun/Desa Maruyungsari, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran pada pemberitaan sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Yani Achmad Marzuki mengatakan, jumlah penderita balita kasus gizi buruk di Pangandaran ada 80 balita.

"Dari 80 balita penderita kasus gizi buruk tersebut sedang diverifikasi. Saat ini baru terverifikasi 19 balita dan sisanya masih dalam tahap verifikasi," kata Yani.

Setelah selesai dilakukan verifikasi, pihak Dinas Kesehatan akan mengategorikan apakah kasus gizi buruk tersebut gizi buruk murni atau gizi buruk penyerta, sehingga penanganan yang dilakukan akan maksimal.

Sebelumnya Yani juga mengatakan, di Kecamatan Padaherang kasus penderita gizi buruk dialami oleh lima balita yakni Anggita, Rino, Arismunandar, Aleva, dan Kenanga. Dari kelima balita tersebut hanya Kenanga yang mengalami gizi buruk murni, sedangkan yang lainnya gizi buruk penyerta.

Sementara, berdasarkan hasil investigasi KORAN SINDO di lapangan, Zulpratama tidak masuk data kasus gizi buruk. Padahal, berdasarkan pengakuan keluarganya, Zulpratama sudah teridentivikasi mengalami gizi buruk sejak lahir yang disebabkan jantung bocor.

"Anak saya divonis mengalami gizi buruk oleh pihak medis, sejak lahir pada tubuhnya mengalami biru di ujung jari kaki, jari tangan, dan bibir," kata Susanti.

Bahkan, setiap kali Zulpratama menangis, bibir, jari kaki, dan jari tangan berwarna biru. Selain itu, pertumbuhan berat badan tidak mengalami perkembangan yang baik. Sebelum usia 3 tahun, Zulpratama hanya memiliki berat badan 6 kilogram dan saat ini hanya 9 kilogram.

"Sehari-hari anak saya hanya menghabiskan waktu dalam ayunan lantaran tidak bisa jalan dan gampang mengalami capek," tambahnya.

Selain itu, nafsu makan yang dialami Zulpratama pun sangat buruk. Dia bahkan jarang makan lantaran mengalami sakit di bagian dada sebelah kanan. Tulangnya pun seperti tidak tumbuh seimbang dengan tulang dada sebelah kiri.

"Berdasarkan rujukan petugas medis setempat, anak saya harus diobati ke Bandung. Kami sekeluarga hingga saat ini belum melaksanakan saran tersebut lantaran terhambat biaya pengobatan," papar Susanti.

Sementara, Watino mengaku untuk mencukupi kebutuhan ekonomi dan makan keluarga dirinya hanya mengandalkan menjadi buruh serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu.

"Kami bukan tidak mau mengobati anak pertama kami, namun lantaran terimpit biaya untuk saat ini hanya pasrah dan berusaha seadanya saja dengan mengandalkaan Pemberian Makanan Penambah Tambahan (PMP-T) yang diberikan oleh petugas medis," kata Watino.

Sambil meneteskan air mata, Watino sangat berharap anaknya bisa hidup sehat layaknya anak seusianya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1438 seconds (0.1#10.140)