Butuh Bantuan, Nenek Sumini Tinggal di Rumah Kumuh

Kamis, 09 Februari 2017 - 06:57 WIB
Butuh Bantuan, Nenek Sumini Tinggal di Rumah Kumuh
Butuh Bantuan, Nenek Sumini Tinggal di Rumah Kumuh
A A A
TANJUNGPINANG TIMUR - Nenek Sumini (70), membutuhkan bantuan uluran tangan dermawan. Gubuk tempat tinggal warga Kampung Bukit Asri, RT02/14, Kelurahan Batu IX, Kecamatan Tanjungunpinang Timur, sangat memperhatikan sekali.

Sumini tinggal bersama anaknya Yatno (25), di dalam gubuk yang telah reyot, bahkan sebagian atap dan dindingnya hancur dimakan lapuk karena tak pernah diganti.

Gubuk Sumini diperkirakan berukuran 4 x 3 meter telah ditempatinya sejak puluhan tahun silam. Namun, sampai sekarang lantainya masih beralaskan tanah. Gubuk kecil itu terdapat tiga ruangan, mulai dari pintu masuk didapati ruangan berukuran lebih satu meter sekaligus kamar tidur Yatno. Di dalam ruma hanya ada dua kursi bekas dan kain tikar yang terbentang sebagai tempat tidur Yatno, sementara ruangan sebalah kanan adalah tempat tidur Sumini.

Di ruangan tempat tidur Sumini hanya ada satu kasur dan beberapa ember. Ruangannya yang sempit dengan dinding yang sudah rusak, sekeliling dinding yang terbuat dari papan itu sebagian sudah lepas dikekang waktu. Saat malam hari, angin kencang masuk ke dalam kamar lewat celah dinding yang menganga. Tidak hanya dindingnya yang rusak parah, atapnya sebagian sudah lepas. Bahkan saat hujan turun, isi kamar Sumini banjir. Ember di dalam kamar itu, terkadang digunakan untuk menampung air hujan supaya tidak membajiri ruangannya.

Ruangan selanjutnya adalah dapur berisi tumpukan ranting-ranting kayu bakar yang dikumpulkan Sumini untuk keperluan memasak nasi dan air minum. Tak jauh dari pintu dapur panci liwet berwarna hitam pekat masih menduduki tungku yang terbuat dari batu. Di antara kayu-kayu bakar beberapa piring plastik dan mangkok menghiasi meja papan. Bahkan sebagian dinding dapur tidak ada lagi, sehingga terbuka lebar. Tempat tinggal Sumini tepat berada di samping SD dan PAUD Ibnu Abbas Kampung Bukit Asri.

Selama ini hidup dalam garis kemiskinan, Sumini sangat mendambakan rumah yang sedikit rapi dan lebih nyaman untuk huni. Meski tinggal di tengah Kota Gurindam (julukan Tanjungunpinang) ibu kota Provinsi Kepri, kehidupannya sangat memperhatikan. Sehari-hari waktu dihabiskan Sumini hanya berada di sekitar rumah. Sewaktu didatangi, Sumini hanya sendirian sedang duduk berada di depan pintu rumahnya sambil memperhatikan suasana sekitar rumahnya.

Nenek asal Desa Karangtalun, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, sangat ramah. Dengan suara medok ngapaknya, kata dia, sekarang ini sangat membutuhkan bantuan dari dermawan untuk perbaikan rumahnya. Dia mengatakan, yang paling penting saat ini adalah perbaikan atap rumah. Kemudian, perbaikan dinding rumahnya yang masih banyak kekurangan papan.

"Kalau lagi hujan semuanya bocor, atap, papan, kayu, dan paku tidak ada uang untuk membelinya," kata Sumini kepada KORAN SINDO BATAM, Kamis (9/2/2017).

Dia menuturkan, terkadang saat hujan turun tanpa disadarinya telah meneteskan air mata bersamaan dengan air hujan yang masuk ke dalam rumah. Hidup dalam serba kekurangan sudah dirasakan Sumini sejak suaminya meninggal beberapa tahun silam. Bahkan untuk makan saja, terkadang dia mendapat bantuan dari warga kampung.

"Dapat beras saja kadang dikasih orang baru ada yang mau dimakan," ujarnya.

Sumini menyampaikan kondisi rumah reyot sudah lama dirasakannya. Dia dan anaknya belum mampu memperbaiki rumahnya. Dia menuturkan, sekarang ini anaknya belum di salah satu pembuatan tahu di Batu 12. Meski Yatno sudah bekerja, uangnya belum mencukupi untuk memperbaiki rumah. Sementara anak pertamanya sudah berkeluarga, saat ini tinggal di Kawal, Kecamatan Gunung Bintan, Kabupaten Bintan.

"Yatno kerja buat tahu, anak paling besar tinggalnya jauh dari sini. Kami tak ada uang betulin rumah ini," katanya.

Selain membutuhkan perbaikan rumah, sambung Sumini, juga membutuhkan perlengkapan perkakas rumah tangga.
Kemudian, dia juga membutuhkan beras dan bahan-bahan makanan lainnya. Ibu dua anak ini hanya bisa berharap kepada masyarakat, khususnya warga Tanjungpinang agar dapat membantu meringankan beban keluarganya.

"Kalau bisa bantu kasih beras, kompor, indomie, dan uang buat biaya bayar listrik juga," ucapnya.

Sohir (57), tetangga Sumini menambahkan, kalau dia sudah tinggal berdampingan sejak tahun 1900-an. Seingatnya, dulu Sumini tinggal di kampung ini menumpang di rumah rumah keluarganya. Dia menyampaikan, saat suaminya masih hidup kehidupan Sumini lebih baik dari sekarang.

"Dulu sempat tinggal sendiri, ada tanah dan pondoknya, tapi mereka dijual. Pondok sekarang ini numpang di tanah orang," kata Sohir.

Dia menyampaikan beberapa kali daat rumahnya hendak roboh dibantu keluarnya untuk memperbaiki agar bagus kembali. "Saat rumahnya mau hampir roboh, kadang-kadang keluarganya datang bantu memperbaikinya," ujarnya.

Selama ini, nenurut dia, warga Kampung Bukit Asri sudah banyak membantu kehidupan Sumini. Kata dia, warga sekitar sering memberikan bantuan berupa makanan dan beras. Namun, masyarakat setempat hanya mampu membantu seadanya saja. Sohir menyampaikan tidak hanya warga tempat tinggalnya saja yang bantu Sumini, warga dari luar sering juga datang memberikan bantuan kepadanya.

"Selagi ada rata-rata warga sekitar sini bantu, biasalah tolong menolong. Sesekali ada juga yang datang dari luar kasih bantuan," ucap Sohir.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7739 seconds (0.1#10.140)