Kisah di Balik Pembangunan Monumen Perjuangan TNI AU

Sabtu, 04 Februari 2017 - 05:01 WIB
Kisah di Balik Pembangunan Monumen Perjuangan TNI AU
Kisah di Balik Pembangunan Monumen Perjuangan TNI AU
A A A
SORE hari tanggal 29 Juli 1947, Pesawat Dakota VT-CLA bersiap mendarat di Maguwo, Yogyakarta. Namun, pesawat yang membawa obat-obatan dari Palang Merah Malaya untuk Palang Merah Indonesia itu diberondong dua pesawat pemburu KittyHawk Belanda dari arah utara.

Pesawat Dakota VT-CLA terguncang namun berusaha melakukan pendaratan darurat. Nahas, usaha itu tidak berhasil. Pesawat Dakota menabrak pohon di atas sawah, lalu hancur dan terbakar.

Peristiwa tersebut menewaskan awak pesawat tersebut yaitu pilot berkebangsaan Australia mantan perwira RAAF Noel Constantine dan seorang kopilot berkebangsaan Inggris mantan perwira RAF Roy Hazelhurst.

Bersama mereka turut pula tewas Komodor Udara Adisutjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, operator radio Adisumarmo Wirjokusumo, Zainal Arifin, dan seorang teknisi India, Bidha Ram. Akibat luka yang parah, istri Constantine juga tewas tak berapa lama setelah kecelakaan. Satu-satunya yang selamat adalah Abdul Gani Handonotjokro.

Lantas, apa kaitan peristiwa jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA dengan Monumen Perjuangan TNI AU?

Tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang menyebabkan gugurnya tiga tokoh dan perintis TNI AU yakni Komodor Muda Udara A. Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokusumo, terletak di Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Di lokasi itulah dibangun monumen dengan nama Monumen Ngoto pada 1 Maret 1948.

Monumen tersebut berbentuk tugu dengan batang tubuh segi enam kerucut yang menopang di atas lapik segi empat bersusun dua mengecil. Pada puncak tugu terpancang seekor burung garuda merentang sayap. Tugu ini berada dalam areal pagar yang bagian belakangnya ada dinding bereliefkan peristiwa sejarah.

Setelah berjalan beberapa tahun memperingati Hari Bakti dengan acara ziarah ke Monumen Ngoto dan makam para pahlawan TNI AU tersebut yang berada di Pemakaman Umum Kuncen I dan Kuncen II, Pimpinan TNI AU Marsekal TNI Hanafi Asnan merencanakan di Monumen Ngoto tersebut juga dibuatkan tempat pemakaman kembali kerangka jenazah para pahlawan tersebut.

Pemikiran tersebut muncul lantaran setiap tanggal 29 Juli, TNI AU selalu melaksanakan upacara militer di makam pahlawan nasional tersebut. Namun, karena sempitnya lokasi, tata upacara militer tidak dapat dilaksanakan dengan khidmat dan mengurangi kemegahan serta kebesaran sebagai penghormatan kepada dua tokoh (Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh).

Selain itu, jalan raya di dekat makam apabila ditutup pada saat upacara bakal mengganggu aktivitas masyarakat yang menggunakan jalan tersebut.

TNI AU kemudian menawarkan kepada pihak keluarga Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh untuk memindahkan makam kedua pahlawan nasional tersebut ke Taman Makam Pahlawan Semaki. Namun, pihak keluarga merasa keberatan apabila makam kedua tokoh tersebut dipisahkan dari istri mereka masing-masing.

Akhirnya, Kasau memberi solusi jalan untuk memindahkan jasad kedua pahlawan beserta istri masing-masing ke areal monumen, lokasi tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA. Setelah diadakan peninjauan, lokasi tersebut disetujui oleh ahli waris kedua keluarga.

Pada awal tahun 2000, berdasarkan instruksi Kasau, monumen dipugar dan makam kedua pahlawan tersebut beserta istri masing-masing dipindahkan dari Kuncen I dan Kuncen II ke dalam areal monumen. Prosesi pemakaman kembali dilaksanakan dengan upacara militer pada tanggal 14 Juli 2000. Sementara, makam Adisumarmo tetap berada di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasau No. Skep /78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000, monumen tersebut diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI AU. Upacara peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2000.

Monumen tersebut memiliki luas 9473 meter persegi. Di bagian utara terdapat sebuah tugu, areal makam dan relief peristiwa yang terjadi pada tanggal 29 Juli 1947, mulai dari saat operasi udara pertama yaitu misi pengeboman Salatiga, Semarang, dan Ambarawa sampai peristiwa penembakan pesawat Dakota VT-CLA.

Tugu yang pada awalnya hanya setinggi 4,5 meter dinaikkan menjadi 7 meter. Patung burung garuda juga mengalami perbaikan mulai dari bentuk sampai bahan yang terbuat dari tembaga. Rentang sayap garuda dilebarkan menjadi 2 meter. Areal makam seluas 40 meter persegi dilengkapi dengan cungkup, terletak di sebelah timur tugu.

Di bagian selatan dibangun pringgitan, pendopo dengan pajangan display foto berupa lempengan yang memuat informasi tentang peristiwa 29 Juli 1947. Di antara bagian selatan dan utara terdapat plaza dengan sebuah ornamen mata angin, dibuat untuk keperluan upacara pada ziarah dan upacara lainnya.

Sementara, di sebelah utara dilengkapi sebuah bangunan untuk tempat tinggal petugas penjaga monumen. Sedangkan di bagian luar sebelah selatan selain dibuat areal parkir yang cukup luas, dilengkapi dengan ruang tunggu pengemudi dan toilet.

Di dalam lingkungan Monumen Perjuangan TNI AU ini juga dipamerkan replika ekor pesawat Dakota VT-CLA. Ekor pesawat ini merupakan bagian pesawat yang masih utuh. Sementara, bagian lainnya hancur berkeping-keping.

Sumber: id.wikipedia.org dan tni-au.mil.id.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5078 seconds (0.1#10.140)