Cengli, Aksi Simpatik Polantas Ungaran
A
A
A
UNGARAN - Cengli, dalam prokem Tionghoa Semarangan, punya arti fair merujuk sebuah kepedulian seseorang. Namun bagi polisi lalu lintas (polantas) di lingkungan Polres Semarang, Ungaran, cengli lebih dari sekadar adil maupun peduli. Cengli, kepanjangan cegah pelanggaran lalu lintas, merupakan bentuk kasih sayang polisi untuk menghindarkan pengguna kendaraan bermotor dari celaka jalan raya.
“Nama kegiatan ini, Cengli, memang kami sesuaikan dengan momen Gong Xi Fat Cai. Mirip bahasa gaul Tionghoa Semarangan. Bahwa lewat Cengli ini kami ingin kembali ingatkan masyarakat, khususnya pengendara, untuk selalu tertib lalu lintas agar terhindar dari kecelakaan di jalan raya,” ungkap Kasat Lantas Polres Semarang AKP Dwi Nugroho di sela kegiatan Cengli di halaman Beteng Willem II Ungaran, Jumat (27/1/2017).
Dalam kegiatan Cengli, polisi yang bertugas melaksanakan pemeriksaan surat dan kelengkapan keamanan kendaraan bermotor mengenakan pakaian lintas agama. Ada yang mengenakan baju muslim, pakaian adat Hindu Bali, lengkap dengan tampilan kesenian barongsai.
Bagi pengendara yang tertib mendapat bonus angpao berisi leaflet sosialisasi tertib lalu lintas dan voucer kartu perdana, pelayanan kesehatan gratis, berkesempatan foto di pixco booth bareng dengan polantas yang berkostum polcil, hewan zebra atau kepala liong, serta mendapat hadiah kue keranjang. Tidak ada sanksi tilang, pelanggar hanya diberi peringatan lisan. “Kegiatan ini sifatnya simpatik. Kami harap kesadaran tertib lalu lintas masyarakat bisa meningkat,” kata Dwi Nugroho.
Angka kecelakaan lalu lintas hingga pekan ketiga Januari ini menurun sekitar 10% dibanding Desember 2016 yang mencapai sekitar 20 kejadian kecelakaan lalu lintas. “Semoga angka kecelakaan bulan ini dan berikutnya bisa lebih menurun,” ujar Dwi Nugroho.
Ke depan, lanjut dia, kegiatan sosialisasi dan pendidikan tertib lalu lintas akan tetap digencarkan lewat kegiatan simpatik lain. “Lewat Cengli ini sekaligus kami ingin menegaskan bahwa keberagaman di Kabupaten Semarang terpelihara dengan baik,” tegasnya.
Budi Istiyawanti, 39, warga Kalisidi, Ungaran Barat, sempat kaget dengan model razia lalu lintas Polres Semarang. “Kaget juga tapi ini kreatif sekali,” katanya.
“Nama kegiatan ini, Cengli, memang kami sesuaikan dengan momen Gong Xi Fat Cai. Mirip bahasa gaul Tionghoa Semarangan. Bahwa lewat Cengli ini kami ingin kembali ingatkan masyarakat, khususnya pengendara, untuk selalu tertib lalu lintas agar terhindar dari kecelakaan di jalan raya,” ungkap Kasat Lantas Polres Semarang AKP Dwi Nugroho di sela kegiatan Cengli di halaman Beteng Willem II Ungaran, Jumat (27/1/2017).
Dalam kegiatan Cengli, polisi yang bertugas melaksanakan pemeriksaan surat dan kelengkapan keamanan kendaraan bermotor mengenakan pakaian lintas agama. Ada yang mengenakan baju muslim, pakaian adat Hindu Bali, lengkap dengan tampilan kesenian barongsai.
Bagi pengendara yang tertib mendapat bonus angpao berisi leaflet sosialisasi tertib lalu lintas dan voucer kartu perdana, pelayanan kesehatan gratis, berkesempatan foto di pixco booth bareng dengan polantas yang berkostum polcil, hewan zebra atau kepala liong, serta mendapat hadiah kue keranjang. Tidak ada sanksi tilang, pelanggar hanya diberi peringatan lisan. “Kegiatan ini sifatnya simpatik. Kami harap kesadaran tertib lalu lintas masyarakat bisa meningkat,” kata Dwi Nugroho.
Angka kecelakaan lalu lintas hingga pekan ketiga Januari ini menurun sekitar 10% dibanding Desember 2016 yang mencapai sekitar 20 kejadian kecelakaan lalu lintas. “Semoga angka kecelakaan bulan ini dan berikutnya bisa lebih menurun,” ujar Dwi Nugroho.
Ke depan, lanjut dia, kegiatan sosialisasi dan pendidikan tertib lalu lintas akan tetap digencarkan lewat kegiatan simpatik lain. “Lewat Cengli ini sekaligus kami ingin menegaskan bahwa keberagaman di Kabupaten Semarang terpelihara dengan baik,” tegasnya.
Budi Istiyawanti, 39, warga Kalisidi, Ungaran Barat, sempat kaget dengan model razia lalu lintas Polres Semarang. “Kaget juga tapi ini kreatif sekali,” katanya.
(wib)