Banjir di Demak Rendam Ratusan Rumah Warga
A
A
A
DEMAK - Ratusan rumah warga dan sejumlah sekolah di lima dukuh di Desa/Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, terendam banjir. Lima dukuh yang terendam banjir, yakni Dukuh Sayung Kidul, Sayung Wetan, Sayung Baru, Ngepreh, dan Lengkong.
"Banjir yang terjadi kali ini cukup parah. Bahkan di beberapa dukuh ketinggian air ada yang mencapai satu meter," jelas Kepala Desa Sayung, Munawir, Rabu (4/1/2017).
Munawir mengatakan, banjir juga merendam sekitar 80% jalan yang ada di wilayah Desa Sayung, sehingga melumpuhkan aktivitas warga. "Sepeda motor warga yang nekat menerobos banjir banyak yang macet. Jadi banyak warga yang tidak bisa keluar rumah," ujarnya.
Banjir tahun ini, kata Munawir, akibat Sungai Dombo tidak mampu menampung kapasitas air saat turun hujan deras karena banyak sedimentasi. Dia mengaku, sudah melaporkan masalah tersebut ke Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, namun belum ada tanggapan.
"Sudah puluhan tahun tidak ada normalisasi, sehingga muncul sedimentasi yang menghambat arus air. Setiap hari warga kerja bakti membuat bendungan atau memompa air, dengan iuran sendiri dan sampai tidak masuk kerja," terangnya.
Sementara itu, sejumlah siswa SDN 1 Sayung terpaksa menerjang air setinggi setengah meter saat pulang sekolah. Bahkan sebagian siswa terpaksa memakai sandal ke sekolah agar bisa melalui genangan air. "Sejak berangkat sekolah sudah banjir. Jadi tidak konsentrasi saat sekolah," kata Muhammad Fillah Afrian, siswa kelas 5 SDN 1 Sayung.
"Banjir yang terjadi kali ini cukup parah. Bahkan di beberapa dukuh ketinggian air ada yang mencapai satu meter," jelas Kepala Desa Sayung, Munawir, Rabu (4/1/2017).
Munawir mengatakan, banjir juga merendam sekitar 80% jalan yang ada di wilayah Desa Sayung, sehingga melumpuhkan aktivitas warga. "Sepeda motor warga yang nekat menerobos banjir banyak yang macet. Jadi banyak warga yang tidak bisa keluar rumah," ujarnya.
Banjir tahun ini, kata Munawir, akibat Sungai Dombo tidak mampu menampung kapasitas air saat turun hujan deras karena banyak sedimentasi. Dia mengaku, sudah melaporkan masalah tersebut ke Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana, namun belum ada tanggapan.
"Sudah puluhan tahun tidak ada normalisasi, sehingga muncul sedimentasi yang menghambat arus air. Setiap hari warga kerja bakti membuat bendungan atau memompa air, dengan iuran sendiri dan sampai tidak masuk kerja," terangnya.
Sementara itu, sejumlah siswa SDN 1 Sayung terpaksa menerjang air setinggi setengah meter saat pulang sekolah. Bahkan sebagian siswa terpaksa memakai sandal ke sekolah agar bisa melalui genangan air. "Sejak berangkat sekolah sudah banjir. Jadi tidak konsentrasi saat sekolah," kata Muhammad Fillah Afrian, siswa kelas 5 SDN 1 Sayung.
(wib)