Derita Penyakit Kelainan Genetik, Yusup Supriatna Butuh Bantuan
A
A
A
SUMEDANG - YUSUP Supriatna (14), hanya terbujur kaku dan tak berdaya di pembaringan. Kondisi tubuhnya memprihatinkan, tulangnya hanya tinggal terbungkus kulit tipis.
Derita yang dialami anak lelaki kelahiran 9 September 2002 ini dia rasakan sepanjang hidupnya, tepatnya sejak usia 11 hari setelah dilahirkan sang ibu, Apong Hartati (40), warga Desa Cisurat, Kecamatan Wado, Sumedang, Jawa Barat. Kini, mereka tinggal di tempat relokasi di Dusun Kisepat, Desa Sukapura, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang.
Apong, ibunda Yusup, mengatakan, kondisi fisik anak pertama dari dua bersaudara yang kini hanya tinggal tulang belulang ini, bermula saat Yusup berusia 11 hari. Ketika itu, Yusup mengalami pendarahan pusar.
"Saat itu juga Yusup langsung kami bawa ke RSUD Sumedang. Dan hasil pemeriksaan waktu itu, pusar Yusup harus dijahit. Dan, selama menunggu proses penjahitan itu, Yusup harus dirawat di rumah sakit. Tapi seingat saya, waktu itu, dokter hanya memberikan obat tetes saja dan saat dirawat itu, Yusup sempat kehabisan darah," kenang istri dari Komar (45), kepada KORAN SINDO di RSUD Sumedang, Selasa (3/1/2017).
Karena saat itu kehabisan biaya dan kondisi Yusup selama dirawat inap di RSUD Sumedang tak kunjung membaik, pihak keluarga memutuskan untuk merawat Yusup di rumah.
"Kondisi Yusup sebenarnya sempat tumbuh normal dan bertahan hingga usia lima tahun. Tapi sejak itu, badan Yusup mulai mengalami penyusutan. Segala upaya terus kami lakukan untuk menyembuhkan Yusup, namun kondisi Yusup terus memburuk dan hingga kami kewalahan membiayai pengobatannya," tuturnya.
Sejak kondisi badan Yusup terus mengalami penyusutan dan kian parah, lanjutnya, derita Yusup kian bertambah karena sudah tidak bisa bicara dan tidak berdaya sama sekali.
"Untuk makan dan minum pun sudah tidak bisa, sehingga harus disuapi. Yang saya paling tidak tega itu kalau sudah terasa penyakitnya anak saya selalu menangis kejang."
Saat ini, Apong mengaku pasrah setelah berbagai upaya tidak bisa membuat Yusup sembuh normal, seperti anak seusianya.
"Dari hari ke hari kondisi anak saya terlihat makin memburuk. Tapi sebagai seorang ibu, saya berharap anak ini masih bisa kembali normal dan sembuh seperti sediakala. Karena kami juga sudah tidak mampu membiayai pengobatannya, saya berharap ada pihak yang membantu terutama dari pihak yang mengerti kesehatan."
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumedang Retno Ernawati menyebutkan, Yusup menderita penyakit tumbuh kembang berupa kelainan genetik.
"Saat ini, petugas medis di RSUD Sumedang terus mengobati luka-luka di bagian tubuhnya akibat terlalu lama berbaring. Pada intinya, selain mengobati luka-luka di bagian tubuh, kami juga terus memerhatikan asupan gizi bagi Yusup untuk memulihkan kondisinya," jelasnya.
Terkait masalah biaya, lanjut Retno, pihak keluarga tidak perlu khawatir karena sepenuhnya menjadi tanggungan pemerintah daerah.
"Untuk biaya perawatan selanjutnya, pada 2017 ini akan disertakan pada program Jamkesda sehingga nantinya bisa dicover BPJS Kesehatan," katanya.
Derita yang dialami anak lelaki kelahiran 9 September 2002 ini dia rasakan sepanjang hidupnya, tepatnya sejak usia 11 hari setelah dilahirkan sang ibu, Apong Hartati (40), warga Desa Cisurat, Kecamatan Wado, Sumedang, Jawa Barat. Kini, mereka tinggal di tempat relokasi di Dusun Kisepat, Desa Sukapura, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang.
Apong, ibunda Yusup, mengatakan, kondisi fisik anak pertama dari dua bersaudara yang kini hanya tinggal tulang belulang ini, bermula saat Yusup berusia 11 hari. Ketika itu, Yusup mengalami pendarahan pusar.
"Saat itu juga Yusup langsung kami bawa ke RSUD Sumedang. Dan hasil pemeriksaan waktu itu, pusar Yusup harus dijahit. Dan, selama menunggu proses penjahitan itu, Yusup harus dirawat di rumah sakit. Tapi seingat saya, waktu itu, dokter hanya memberikan obat tetes saja dan saat dirawat itu, Yusup sempat kehabisan darah," kenang istri dari Komar (45), kepada KORAN SINDO di RSUD Sumedang, Selasa (3/1/2017).
Karena saat itu kehabisan biaya dan kondisi Yusup selama dirawat inap di RSUD Sumedang tak kunjung membaik, pihak keluarga memutuskan untuk merawat Yusup di rumah.
"Kondisi Yusup sebenarnya sempat tumbuh normal dan bertahan hingga usia lima tahun. Tapi sejak itu, badan Yusup mulai mengalami penyusutan. Segala upaya terus kami lakukan untuk menyembuhkan Yusup, namun kondisi Yusup terus memburuk dan hingga kami kewalahan membiayai pengobatannya," tuturnya.
Sejak kondisi badan Yusup terus mengalami penyusutan dan kian parah, lanjutnya, derita Yusup kian bertambah karena sudah tidak bisa bicara dan tidak berdaya sama sekali.
"Untuk makan dan minum pun sudah tidak bisa, sehingga harus disuapi. Yang saya paling tidak tega itu kalau sudah terasa penyakitnya anak saya selalu menangis kejang."
Saat ini, Apong mengaku pasrah setelah berbagai upaya tidak bisa membuat Yusup sembuh normal, seperti anak seusianya.
"Dari hari ke hari kondisi anak saya terlihat makin memburuk. Tapi sebagai seorang ibu, saya berharap anak ini masih bisa kembali normal dan sembuh seperti sediakala. Karena kami juga sudah tidak mampu membiayai pengobatannya, saya berharap ada pihak yang membantu terutama dari pihak yang mengerti kesehatan."
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumedang Retno Ernawati menyebutkan, Yusup menderita penyakit tumbuh kembang berupa kelainan genetik.
"Saat ini, petugas medis di RSUD Sumedang terus mengobati luka-luka di bagian tubuhnya akibat terlalu lama berbaring. Pada intinya, selain mengobati luka-luka di bagian tubuh, kami juga terus memerhatikan asupan gizi bagi Yusup untuk memulihkan kondisinya," jelasnya.
Terkait masalah biaya, lanjut Retno, pihak keluarga tidak perlu khawatir karena sepenuhnya menjadi tanggungan pemerintah daerah.
"Untuk biaya perawatan selanjutnya, pada 2017 ini akan disertakan pada program Jamkesda sehingga nantinya bisa dicover BPJS Kesehatan," katanya.
(zik)