Jaga dan Lestarikan Marwah Leluhur Batak dengan Regenerasi
A
A
A
PARAPAT - Partai Demokrat mengajak para tokoh adat Batak dan masyarakat Parapat untuk menjaga, melestarikan adat Batak dan Danau Toba dengan menumbuhkan regenerasi. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Hinca Pandjaitan, didampingi Ketua Terpilih DPP Partai Demokrat Sumatera Utara JR Saragih, dan Wakil Wali Kota Terpilih Kota Pematangsiantar Hefriansyah di Parapat, Selasa (20/12/2016).
Hinca Pandjaitan mengatakan, sebagai putera daerah bahwa dirinya ingin membayar lunas dan merasa tergerak hatinya untuk menjaga dan melestarikan marwah leluhur orang Batak yang sudah mulai terkikis.
Dia pun mengaku sangat prihatin dan khawatir jika orang Batak akan kehilangan identitas budayanya. Sebab regenerasinya belum muncul untuk pelestarian dan menjaga marwah leluhur.
"Di Parapat sini, dulunya terdapat penari Tor Tor tunggal sekaligus memiliki panggung pentas tari yang hebat. Akan tetapi sekarang, tidak ada generasi penerusnya. Untuk itu, saya ingin menggerakan kembali budaya dan adat ini. Cari kan saya guru tari, biar dapat belajar manortor. Syukur-syukur sudah ada penarinya di Parapat," kata Hinca.
Orang Batak, kata Hinca, mempunyai situs leluhur yaitu Rumah Hela di Pusuk Buhit, Gunung Sihoba, Samosir. Dan dari Pusuk Buhit ini lah muasal pertama orang Batak dan seluruh turunan silsilah yang ada Sumatera Utara.
"Pusuk Buhit dapat dikemas sebagai wisata edukasi Batak setelah mereka menikmati keindahan Danau Toba. Sayangnya, generasi sekarang sudah tidak mengenal leluhur mereka. Mereka hanya berhenti digaris silsilah, tidak berusaha tahu sampai ke atas, yaitu leluhur mereka," terang Hinca.
Untuk itu, dirinya mengajak bersama warga Batak yang ada di tujuh kabupaten di Danau Toba menjaga dan melestarikannya.
"Kita nanti akan kembali menggelar even Festival Edukasi Wisata Leluhur Batak di Pusuk Buhit. Tahun depan akan menjadi even kedua dengan menyajikan konsep budaya leluhur orang Batak," timpal Hinca.
Salah satu ciri dan identitas suatu daerah di negeri ini adalah kebudayaan. Hal ini pun seperti tertuang dalam UUD 1945 Pasal 32 bahwa negara memajukan kebudayaan nasional. Dan sejarah ini pun dibangun atas keberagaman kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerahnya.
Sementara itu, JR Saragih, menyambut antusias ajakan kolega separtaimya tersebut untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Batak yang ada di Sumatera Utara. Khususnya di Danau Toba dari salah satu pintu masuk Danau Toba yakni Parapat.
Dalam berbagai kesempatan, JR Saragih selalu mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menunjukan identitas diri sebagai orang Batak.
Dan tak perlu untuk menunjukan hal tersebut. Sebab dengan menunjukan identitas itu sama halnya dengan menghormati dan melestarikan kebudayaan leluhur.
Dijelaskan oleh JR Saragih, bahwa orang-orang yang melestarikan budaya adalah orang yang diberkati. Cara untuk menunjukan identitas tersebut pun sebenarnya cukup sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap orang.
"Jangan pernah malu untuk mengenakan ulos atau suri-suri dalam suatu acara pesta maupun saat akan beribadah," kata Bupati Simalungun itu.
Hinca Pandjaitan mengatakan, sebagai putera daerah bahwa dirinya ingin membayar lunas dan merasa tergerak hatinya untuk menjaga dan melestarikan marwah leluhur orang Batak yang sudah mulai terkikis.
Dia pun mengaku sangat prihatin dan khawatir jika orang Batak akan kehilangan identitas budayanya. Sebab regenerasinya belum muncul untuk pelestarian dan menjaga marwah leluhur.
"Di Parapat sini, dulunya terdapat penari Tor Tor tunggal sekaligus memiliki panggung pentas tari yang hebat. Akan tetapi sekarang, tidak ada generasi penerusnya. Untuk itu, saya ingin menggerakan kembali budaya dan adat ini. Cari kan saya guru tari, biar dapat belajar manortor. Syukur-syukur sudah ada penarinya di Parapat," kata Hinca.
Orang Batak, kata Hinca, mempunyai situs leluhur yaitu Rumah Hela di Pusuk Buhit, Gunung Sihoba, Samosir. Dan dari Pusuk Buhit ini lah muasal pertama orang Batak dan seluruh turunan silsilah yang ada Sumatera Utara.
"Pusuk Buhit dapat dikemas sebagai wisata edukasi Batak setelah mereka menikmati keindahan Danau Toba. Sayangnya, generasi sekarang sudah tidak mengenal leluhur mereka. Mereka hanya berhenti digaris silsilah, tidak berusaha tahu sampai ke atas, yaitu leluhur mereka," terang Hinca.
Untuk itu, dirinya mengajak bersama warga Batak yang ada di tujuh kabupaten di Danau Toba menjaga dan melestarikannya.
"Kita nanti akan kembali menggelar even Festival Edukasi Wisata Leluhur Batak di Pusuk Buhit. Tahun depan akan menjadi even kedua dengan menyajikan konsep budaya leluhur orang Batak," timpal Hinca.
Salah satu ciri dan identitas suatu daerah di negeri ini adalah kebudayaan. Hal ini pun seperti tertuang dalam UUD 1945 Pasal 32 bahwa negara memajukan kebudayaan nasional. Dan sejarah ini pun dibangun atas keberagaman kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerahnya.
Sementara itu, JR Saragih, menyambut antusias ajakan kolega separtaimya tersebut untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Batak yang ada di Sumatera Utara. Khususnya di Danau Toba dari salah satu pintu masuk Danau Toba yakni Parapat.
Dalam berbagai kesempatan, JR Saragih selalu mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menunjukan identitas diri sebagai orang Batak.
Dan tak perlu untuk menunjukan hal tersebut. Sebab dengan menunjukan identitas itu sama halnya dengan menghormati dan melestarikan kebudayaan leluhur.
Dijelaskan oleh JR Saragih, bahwa orang-orang yang melestarikan budaya adalah orang yang diberkati. Cara untuk menunjukan identitas tersebut pun sebenarnya cukup sederhana dan mudah dilakukan oleh setiap orang.
"Jangan pernah malu untuk mengenakan ulos atau suri-suri dalam suatu acara pesta maupun saat akan beribadah," kata Bupati Simalungun itu.
(sms)