1.000 Kaki Palsu, Harapan Bisa Kembali Berdaya

Selasa, 01 November 2016 - 19:02 WIB
1.000 Kaki Palsu, Harapan Bisa Kembali Berdaya
1.000 Kaki Palsu, Harapan Bisa Kembali Berdaya
A A A
SURABAYA - Sebanyak 10 orang penerima manfaat datang ke kantor Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Jawa Timur (Jatim) untuk mengukur kaki mereka, Senin (1/11/2016). Mereka ini dipilih dari 34 pendaftar mendapatkan bantuan kaki palsu.

Program 1.000 Kaki Palsu digalang IZI agar para penyandang disabilitas kembali bisa berdaya. Faktor itu jugalah yang menjadi salah satu kriteria penting penerima kaki palsu, kemungkinan kembali berdaya setelah dibantu kaki palsu.

”Yang menerima bantuan ini memang kami seleksi. Karena dananya memang berasal dari dana zakat. Dan peruntukannya sudah ditetapkan hanya untuk delapan golongan. Selain itu, kemampuan lembaga dalam menghimpun dana juga masih terbatas. Maka kami mohon maaf bila belum bisa membantu dalam jumlah besar,” kata Kepala Perwakilan IZI Jawa Timur Suripta.

Tidak hanya di Jatim, program ini juga berlangsung di 13 kantor IZI, baik pusat maupun perwakilan. Saat ini jumlah kaki palsu yang didistribusikan mencapai 100 buah. Program ini terus berlanjut sehingga jumlah penerima manfaat akan bertambah. ”Kami mohon doa dari bapak ibu sekalian agar orang yang mendonasikan zakat, infak, dan sedekah melalui IZI makin mendapat keberkahan,” lanjutnya.

Salah satu penerima bantuan kaki palsu yakni Suharti (51). Nenek ini datang bersama cucunya. Dia masuk daftar nomor urut 8 untuk pengukuran kaki palsu.

Kaki Suharti terpaksa diamputasi karena menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Penyakit itu awalnya membuat dia kehilangan tiga jari kaki. Namun karena kurangnya perawatan, dia harus kehilangan kaki di bawah mata kaki.

Dia menitikkan air mata saat menceritakan kejadian waktu anak tertuanya meyakinkan untuk amputasi. Meski mengaku kini bisa lebih ikhlas, tapi sangat jelas tergambar di wajah Suharti betapa sulit merelakan kondisi yang sudah terjadi pada dirinya.

Sebelum diamputasi Suharti berjualan makanan keliling kantor di sekitar tempat tinggalnya. Mengingat masa lalu itu senyumnya terkembang. Betapa bahagianya masa-masa itu.

”Yang menjadikan bahagia itu bukan karena uangnya Mas. Yang membahagiakan adalah saat bertemu orang lain, kemudian saling bertukar cerita. Itulah bagi saya yang membahagiakan,” ujarnya. (Azwar/Putri/IZI)
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7829 seconds (0.1#10.140)