Kisah Cantomi Buruh Tani yang Miliki 2 Anak Penderita Gangguan Jiwa

Kamis, 20 Oktober 2016 - 08:03 WIB
Kisah Cantomi Buruh...
Kisah Cantomi Buruh Tani yang Miliki 2 Anak Penderita Gangguan Jiwa
A A A
KUNINGAN - Beban berat dirasa pasangan suami istri Cantomi (64) dan Kinta (60) warga RT 01/01, Dusun Manis, Desa Langseb, Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Kuningan yang memiliki tiga anak, tetapi dua diantaranya menderita gangguan jiwa. Sejak tahun 2000 silam, hampir secara bersamaan anak pertama dan kedua Cantoni, yakni Amir Syarifudin (38) disusul Yoyo Suryaman (36) mengalami gangguan jiwa, dan hal ini tentunya sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian dia dan keluarganya.

Cantomi yang keseharian bekerja sebagai buruh tani, dengan penghasilan kurang lebih Rp50 ribu perhari, tentunya sangat berat untuk terus menerus melakukan pengobatan bagi dua puteranya tersebut.

“Bukannya tidak mau berikhtiar menyembuhkan kedua anak saya ini, saya juga sudah membawa berobat ke beberapa tempat pengobatan alternatif di daerah terdekat,” tuturnya, Rabu (19/10/2016).

Karena, kata dia, jika harus berobat secara medis, ke rumah sakit, atau ke tempat yang jauh, Cantomi berterus terang jika dirinya tidak mampu, mengingat terbatasnya keadaan ekonomi, akhirnya hanya melakukan ikhtiar semampunya. “Sebenarnya jangankan untuk mengobati anak anak, untuk makan sehari-hari saja sebenarnya kami sangat repot,” katanya.

Apalagi, lanjut Cantomi, sekarang kedua anaknya yang dahulu bisa membantu meringankan beban ekonomi, kondisinya malah seperti itu.

“Ditambah lagi permintaan anak saya yang menderita sakit jiwa itu, kalau tidak dituruti pasti ngamuk, seperti memenuhi kebutuhan merokoknya, yang sehari itu bisa menghabiskan Rp40 ribu,” ujar Cantomi.

Beruntungnya, pihak pemerintahan desa sedikitnya mau meringankan beban keluarganya, sehingga sewatu waktu sempat membawa anaknya berobat ke rumah sakit.

“Namun mungkin karena penyakit anak saya itu sudah akut, sehingga untuk proses penyembuhannya-pun agak sulit. Dengan keadaan ini, tidak ada cara lain, kecuali saya harus ikhlas, seperti ikhlasnya hati saya ketika anak saya harus di rantai, karena hawatir membahayakan warga,” ucapnya, lirih.

Kepala Dusun Manis, Desa Langseb, Tohari (52) membenarkan, jika pihak desa memang sudah berusaha secara maksimal untuk membantu pengobatan pada kedua anak Cantomi, bahkan pernah membawanya ke rumah sakit.

“Tetapi, memang mungkin karena Allah SWT belum memberikan karunia kesembuhan, sehingga akhirnya kita hanya bisa memasrahkan pada kehendak-Nya. Yang penting kan kita sudah berikhtiar,” bebernya.

Untuk menjaga terjadinya hal hal yang tidak diinginkan, sekarang salah satu dari anak Cantomi yang menderita penyakit jiwa itu terpaksa dirantai.

“Kondisi Amir saat ini dirantai, karena dikhawatirkan mengganggu orang lain di saat mengamuk. Namun itupun sudah melalui kesepakatan dengan pihak keluarga,” terang Tohari.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0852 seconds (0.1#10.140)