Tiga Desa di Pasuruan Masih Terendam Banjir
A
A
A
PASURUAN - Bencana banjir yang menerjang lima kecamatan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, masih menyisakan genangan di Desa Pateguran, Rejoso Lor, dan Kawisrejo Kecamatan Rejoso. Luapan air dari daerah aliran sungai (DAS) Rejoso masih menggenangi ratusan rumah warga.
Hingga Rabu (12/10/2016) siang, ketinggian air bervariasi antara 20-80 cm. Sebagian genangan air masih masuk di rumah warga. Meski demikian, warga yang rumahnya terendam banjir memilih bertahan di dalam rumah.
Menurut Moch Sodiq, warga Desa Kawisrejo, ia sengaja tidak mengungsi karena rumah tinggalnya masih bisa ditempati. Selain itu, ia juga masih melakukan aktivitas di dalam rumah seperti biasa.
"Kalau ditinggal mengungsi, rumah tidak ada yang menjaga. Di dalam rumah juga masih beraktivitas seperti biasa, meskipun air menggenang sampai ke dalam kamar," kata Sodiq.
Akibat banjir langganan saat musim hujan ini, aktivitas warga terganggu. Selain jalan desa masih terendam, tanaman padi yang siap panen juga tergenang luapan banjir. Jika air masih menggenang, ancaman gagal panen menghantui para petani.
Warga berharap, pemerintah segera mengambil langkah untuk mengantisipasi persoalan banjir yang selalu terjadi setiap tahun. Pendangkalan sungai dan saluran air yang mampet menjadi salah satu penyebab lambannya penyusutan genangan air.
"Kami minta pemerintah segera menanggulangi terjadinya banjir tahunan. Sungai yang dangkal dan saluran air yang buntu menjadi penyebab banjir di perkampungan warga," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengungkapkan, kawasan permukiman yang terendam banjir ini ketinggiannya lebih rendah dari muka air sungai, sehingga penyusutan genangan banjir ini berjalan lamban.
Menurutnya, di wilayah Rejoso terdapat beberapa saluran air seperti Sungai Rejoso, Sungai Petung, dan Sungai Sumber Made, yang meluap ke permukiman warga. Namun, saluran pembuangannya hanya ada dua yakni di Gapuk, Desa Kawisrejo dan Dusun Kasuran, Desa Rejoso Lor yang memutar lewat dan masuk ke Sungai Rejoso.
Hingga Rabu (12/10/2016) siang, ketinggian air bervariasi antara 20-80 cm. Sebagian genangan air masih masuk di rumah warga. Meski demikian, warga yang rumahnya terendam banjir memilih bertahan di dalam rumah.
Menurut Moch Sodiq, warga Desa Kawisrejo, ia sengaja tidak mengungsi karena rumah tinggalnya masih bisa ditempati. Selain itu, ia juga masih melakukan aktivitas di dalam rumah seperti biasa.
"Kalau ditinggal mengungsi, rumah tidak ada yang menjaga. Di dalam rumah juga masih beraktivitas seperti biasa, meskipun air menggenang sampai ke dalam kamar," kata Sodiq.
Akibat banjir langganan saat musim hujan ini, aktivitas warga terganggu. Selain jalan desa masih terendam, tanaman padi yang siap panen juga tergenang luapan banjir. Jika air masih menggenang, ancaman gagal panen menghantui para petani.
Warga berharap, pemerintah segera mengambil langkah untuk mengantisipasi persoalan banjir yang selalu terjadi setiap tahun. Pendangkalan sungai dan saluran air yang mampet menjadi salah satu penyebab lambannya penyusutan genangan air.
"Kami minta pemerintah segera menanggulangi terjadinya banjir tahunan. Sungai yang dangkal dan saluran air yang buntu menjadi penyebab banjir di perkampungan warga," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengungkapkan, kawasan permukiman yang terendam banjir ini ketinggiannya lebih rendah dari muka air sungai, sehingga penyusutan genangan banjir ini berjalan lamban.
Menurutnya, di wilayah Rejoso terdapat beberapa saluran air seperti Sungai Rejoso, Sungai Petung, dan Sungai Sumber Made, yang meluap ke permukiman warga. Namun, saluran pembuangannya hanya ada dua yakni di Gapuk, Desa Kawisrejo dan Dusun Kasuran, Desa Rejoso Lor yang memutar lewat dan masuk ke Sungai Rejoso.
(zik)