Demi Hidupi Dua Anak, Estriyati Nekat Jual Ginjal Rp200 Juta
A
A
A
TEGAL - Seorang warga RT 01 RW 3 Desa Pepedan, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Estriyati (38), terpaksa menjual ginjalnya sendiri karena terdesak kebutuhan ekonomi. Ibu dua anak ini akan merelakan ginjalnya jika ada yang mau membeli dengan harga Rp200 juta.
Estriyati merasa putus asa dengan beban hidup yang diembannya sehingga nekat mengiklankan penjualan ginjalnya melalui sebuah rubrik di sebuah media harian lokal empat hari lalu.
"Kalau ada yang mau, saya mau jual Rp200 juta. Ini terpaksa karena butuh biaya untuk hidup sehari-hari," kata Estriyati, Minggu (9/10/2016).
Estriyati mengaku butuh biaya untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua anaknya, Salma (11) dan Satrio (3). Salma saat ini duduk di bangku kelas 4 SD. Selain itu, Estriyati juga terjerat utang hingga puluhan juta rupiah.
"Saya bingung. Buat makan sehari-hari saja susah. Utang juga sudah banyak, sampai-sampai tidak boleh pinjam uang lagi," katanya sembari terisak.
Kehidupan Estriyati mulai sulit sejak tak lagi menjadi perangkat desa pada 2012 karena mengundurkan diri. Beban hidupnya bertambah berat setelah sang suami meninggalkannya tiga bulan lalu karena ada permasalahan keluarga dan tidak pernah lagi memberi nafkah.
Sejak itu, Estriyati lebih banyak menggantungkan diri dari pinjaman tetangga dan penghasilan ibunya sebagai tukang pijat yang tidak menentu.
Kakak dan adik-adiknya, menurut Estriyati, sudah memiliki kehidupan masing-masing sehingga sulit membantu secara rutin. "Ini saya juga tinggalnya numpang di rumah orangtua," ungkapnya.
Estriyati juga mengaku sudah berupaya untuk mencari pekerjaan apa saja agar bisa mendapat penghasilan. Namun, upayanya itu selalu mentok. Pernah mendapat pekerjaan, namun terpaksa keluar karena tak diperbolehkan oleh majikannya membawa anak keduanya yang masih berusia balita.
"Sudah cari kerja ke mana-mana, apa saja, tapi tidak dapat. Tiap hari sudah ke mana-mana."
Estriyati menyadari jika ketiadaan ginjal akan memengaruhi kesehatannya. Dia mengaku sudah siap ginjalnya diambil dan menanggung risikonya jika ada orang yang berminat membeli. "Demi anak tidak apa-apa. Sekarang sudah tidak bisa jual apa-apa lagi karena tidak punya apa-apa."
Estriyati merasa putus asa dengan beban hidup yang diembannya sehingga nekat mengiklankan penjualan ginjalnya melalui sebuah rubrik di sebuah media harian lokal empat hari lalu.
"Kalau ada yang mau, saya mau jual Rp200 juta. Ini terpaksa karena butuh biaya untuk hidup sehari-hari," kata Estriyati, Minggu (9/10/2016).
Estriyati mengaku butuh biaya untuk menghidupi dan menyekolahkan kedua anaknya, Salma (11) dan Satrio (3). Salma saat ini duduk di bangku kelas 4 SD. Selain itu, Estriyati juga terjerat utang hingga puluhan juta rupiah.
"Saya bingung. Buat makan sehari-hari saja susah. Utang juga sudah banyak, sampai-sampai tidak boleh pinjam uang lagi," katanya sembari terisak.
Kehidupan Estriyati mulai sulit sejak tak lagi menjadi perangkat desa pada 2012 karena mengundurkan diri. Beban hidupnya bertambah berat setelah sang suami meninggalkannya tiga bulan lalu karena ada permasalahan keluarga dan tidak pernah lagi memberi nafkah.
Sejak itu, Estriyati lebih banyak menggantungkan diri dari pinjaman tetangga dan penghasilan ibunya sebagai tukang pijat yang tidak menentu.
Kakak dan adik-adiknya, menurut Estriyati, sudah memiliki kehidupan masing-masing sehingga sulit membantu secara rutin. "Ini saya juga tinggalnya numpang di rumah orangtua," ungkapnya.
Estriyati juga mengaku sudah berupaya untuk mencari pekerjaan apa saja agar bisa mendapat penghasilan. Namun, upayanya itu selalu mentok. Pernah mendapat pekerjaan, namun terpaksa keluar karena tak diperbolehkan oleh majikannya membawa anak keduanya yang masih berusia balita.
"Sudah cari kerja ke mana-mana, apa saja, tapi tidak dapat. Tiap hari sudah ke mana-mana."
Estriyati menyadari jika ketiadaan ginjal akan memengaruhi kesehatannya. Dia mengaku sudah siap ginjalnya diambil dan menanggung risikonya jika ada orang yang berminat membeli. "Demi anak tidak apa-apa. Sekarang sudah tidak bisa jual apa-apa lagi karena tidak punya apa-apa."
(zik)