Kasus Tak Jelas, Orangtua Korban Pembunuhan Datangi Polda Sumsel

Kasus Tak Jelas, Orangtua Korban Pembunuhan Datangi Polda Sumsel
A
A
A
PALEMBANG - Kasus dugaan kekerasan seksual disertai pembunuhan terjadi di Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Kedua korban yang diketahui bernama Amelia Tiara Rista Ananda (11), bocah kelas SD dan Alfin Darif Akbar (8), bocah kelas 2 Sekolah Dasar Negeri 3 Desa Suradi, merupakan kakak beradik.
Kejadian itu terungkap, Rabu (14/9/2016), saat orangtua kedua korban Idris Broji (48), mendatangi Polda Sumsel untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut yang kini belum ada kejelasan. Padahal, usai kejadian pada 7 Mei 2016 lalu, dirinya sudah membuat laporan di Polres OKI.
Dari cerita Idris diketahui, kejadian yang menimpa anaknya tersebut berlangsung tak jauh dari kediamannya di Jalan Lintas Timur, Desa Suradi Blok D Pasar Gajah, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI.
Dimana menurut Idris, kedua anaknya tersebut awalnya sedang bermain bersama temannya yang lain di samping rumah.
Namun, sekitar pukul 13.00 WIB, Amel dan Alfin tiba-tiba menghilang tak tahu rimbanya. Hal itu baru disadari ketika teman korban kembali mendatangi rumahnya untuk mengajak bermain.
Setelah dilakukan pencarian, sekitar pukul 16.00 WIB, dua kakak beradik ini ditemukan tewas mengapung di pinggir sungai. Idris baru mengetahui kejadian itu usai menerima laporan dari teman satu seprofesinya sebagai pencuci mobil.
"Awalnya saya kira tenggelam. Tetapi setelah jenazah dimandikan di kepala belakang Amel ada luka memar dan ada bekas cakaran di leher. Alfin juga luka memar dibelakang kepala," kata Idris kepada wartawan.
Kecurigaan itu pun semakin menjadi, setelah dirinya melihat kemaluan anaknya yang juga mengalami memar. "Jadi saya curiga anak saya ini dibunuh. Sehingga langsung lapor ke Polres OKI," ujarnya.
Laporannya pun saat itu diterima pihak Polres. Bahkan, tiga pekan setelah dimakamkan, kuburan korban pun dibongkar kembali dan kedua jenazah langsung di autopsi oleh Polres OKI.
Dari hasil itulah autopsi terkuak jika kedua anak Idris menjadi korban pembunuhan. Sebab, dari kedua jenazah anak Idris ditemukan sejumlah bekas kekerasan serta luka robek di kemaluan Amelia.
"Saya juga merasa kecewa karena tidak ada kejelasan dari pihak Polres OKI. Sehingga ke sini untuk menanyakan kasus itu," bebernya.
Selain itu, sambungnya, dalam proses autopsi dirinya dikenakan biaya oleh Polres OKI sebesar Rp 15 juta.
"Awalnya saya diminta Rp25 juta untuk satu kepala. Setelah itu saya nego, jadi Rp 15 juta untuk keduanya. Proses autopsi lama, karena saya tak ada uang," ujarnya.
Kasubdit IV Renata Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel, AKBP Faishol Majid saat dikonfirmasi menjelaskan, pihaknya akan segera menanyakan perkembangan kasus tersebut di Polres OKI.
"Sesuai dengan laporan orang tuanya di sana, dugaan kekerasan seksual kepada anak. Nanti akan kami panggil jajaran Polres OKI yang menangani kasus ini," jelas Faisol.
Sementara itu, Ketua Perlindungan Anak Indonesia RI Seto Mulyadi yang mendampingi orang tua korban ke Mapolda Sumsel mengatakan, pihaknya menanggapi serius kasus kekerasan yang terjadi khususnya kasus yang menimpa dua kakak beradik diwilayah OKI.
Dirinya mendesak agar Polda Sumsel segera mengusut tuntas kasus itu. "Kami disini mendampingi orang tua korban untuk menanyakan kasus yang ditangan pihak kepolisian Sumsel. Kita meminta ini segera diselesaikan," katanya.
Disinggung mengenai upaya agar kasus kekerasan pada anak tidak terus terjadi, Seto menerangkan, pihaknya sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk melakukan pengawasan.
"Di Indonesia saat ini sudah dibentuk Satgas perlindungan anak. Hal itu sebagai keseriusan kita agar kasus serupa tidak terjadi lagi," pungkasnya.
Kedua korban yang diketahui bernama Amelia Tiara Rista Ananda (11), bocah kelas SD dan Alfin Darif Akbar (8), bocah kelas 2 Sekolah Dasar Negeri 3 Desa Suradi, merupakan kakak beradik.
Kejadian itu terungkap, Rabu (14/9/2016), saat orangtua kedua korban Idris Broji (48), mendatangi Polda Sumsel untuk menanyakan perkembangan kasus tersebut yang kini belum ada kejelasan. Padahal, usai kejadian pada 7 Mei 2016 lalu, dirinya sudah membuat laporan di Polres OKI.
Dari cerita Idris diketahui, kejadian yang menimpa anaknya tersebut berlangsung tak jauh dari kediamannya di Jalan Lintas Timur, Desa Suradi Blok D Pasar Gajah, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI.
Dimana menurut Idris, kedua anaknya tersebut awalnya sedang bermain bersama temannya yang lain di samping rumah.
Namun, sekitar pukul 13.00 WIB, Amel dan Alfin tiba-tiba menghilang tak tahu rimbanya. Hal itu baru disadari ketika teman korban kembali mendatangi rumahnya untuk mengajak bermain.
Setelah dilakukan pencarian, sekitar pukul 16.00 WIB, dua kakak beradik ini ditemukan tewas mengapung di pinggir sungai. Idris baru mengetahui kejadian itu usai menerima laporan dari teman satu seprofesinya sebagai pencuci mobil.
"Awalnya saya kira tenggelam. Tetapi setelah jenazah dimandikan di kepala belakang Amel ada luka memar dan ada bekas cakaran di leher. Alfin juga luka memar dibelakang kepala," kata Idris kepada wartawan.
Kecurigaan itu pun semakin menjadi, setelah dirinya melihat kemaluan anaknya yang juga mengalami memar. "Jadi saya curiga anak saya ini dibunuh. Sehingga langsung lapor ke Polres OKI," ujarnya.
Laporannya pun saat itu diterima pihak Polres. Bahkan, tiga pekan setelah dimakamkan, kuburan korban pun dibongkar kembali dan kedua jenazah langsung di autopsi oleh Polres OKI.
Dari hasil itulah autopsi terkuak jika kedua anak Idris menjadi korban pembunuhan. Sebab, dari kedua jenazah anak Idris ditemukan sejumlah bekas kekerasan serta luka robek di kemaluan Amelia.
"Saya juga merasa kecewa karena tidak ada kejelasan dari pihak Polres OKI. Sehingga ke sini untuk menanyakan kasus itu," bebernya.
Selain itu, sambungnya, dalam proses autopsi dirinya dikenakan biaya oleh Polres OKI sebesar Rp 15 juta.
"Awalnya saya diminta Rp25 juta untuk satu kepala. Setelah itu saya nego, jadi Rp 15 juta untuk keduanya. Proses autopsi lama, karena saya tak ada uang," ujarnya.
Kasubdit IV Renata Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel, AKBP Faishol Majid saat dikonfirmasi menjelaskan, pihaknya akan segera menanyakan perkembangan kasus tersebut di Polres OKI.
"Sesuai dengan laporan orang tuanya di sana, dugaan kekerasan seksual kepada anak. Nanti akan kami panggil jajaran Polres OKI yang menangani kasus ini," jelas Faisol.
Sementara itu, Ketua Perlindungan Anak Indonesia RI Seto Mulyadi yang mendampingi orang tua korban ke Mapolda Sumsel mengatakan, pihaknya menanggapi serius kasus kekerasan yang terjadi khususnya kasus yang menimpa dua kakak beradik diwilayah OKI.
Dirinya mendesak agar Polda Sumsel segera mengusut tuntas kasus itu. "Kami disini mendampingi orang tua korban untuk menanyakan kasus yang ditangan pihak kepolisian Sumsel. Kita meminta ini segera diselesaikan," katanya.
Disinggung mengenai upaya agar kasus kekerasan pada anak tidak terus terjadi, Seto menerangkan, pihaknya sudah membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk melakukan pengawasan.
"Di Indonesia saat ini sudah dibentuk Satgas perlindungan anak. Hal itu sebagai keseriusan kita agar kasus serupa tidak terjadi lagi," pungkasnya.
(nag)